Ketua DPP Perindo: Kemandirian Produksi Alutsista Kunci Efektivitas Sishankamrata

Minggu, 07 Januari 2024 - 22:22 WIB
loading...
A A A
”Itulah mengapa kita terpaksa membeli alutsista bekas. Tuntutan waktu dan alokasi anggaran acapkali lebih menonjol dibandingkan mutu alutsista. Oleh karenanya kita harus mampu membeli alutsista yang kita butuhkan sesuai dengan kemampuan anggaran dan ketersediaan dari negara produsen,” ucapnya.

Caleg DPR RI Dapil VI Jawa Tengah dengan nomor urut 1 ini menambahkan, pada akhirnya kemandirian produksi alutsista merupakan elemen vital dalam mencapai efektivitas sishankamrata. ”Dibutuhkan riset yang berkelanjutan untuk inovasi produk alutsista di masa mendatang,” ucapnya.

Nuning menambahkan, pembenahan alutsista TNI terbagi ke dalam dua program untuk alutsista yang dimiliki sebelum Minimum Essential Force (MEF) ditetapkan pemerintah dan setelah MEF berjalan. Alutsista sebelum MEF dibenahi untuk mempertahankan life cycle agar tetap dapat digunakan sesuai pasokan rantai logistik dan keahlian prajurit TNI yang mengawaki alutsista tersebut.

”Dari analisa Operation Reaearch biasanya pembenahan alutsista tersebut dituntut mencapai level yang maximin, yaitu yang maksimal dan semua kondisi minimal. Sedangkan alutsista yang pengadaanya setelah MEF berlaku, maka pembenahannya diutamakan untuk interoperability dan communability,” paparnya.

Pembenahan yang bersifat interoperability agar seluruh alutsista ketiga matra dapat digunakan secara terintegrasi. Contohnya meskipun jenis alat komunikasi yang diadakan oleh masing-masing angkatan berbeda tetapi tetap terintegral ke dalam sistem komunikasi ketika operasi gabungan digelar. Pembenahan yang bersifat communability agar suku cadang atau logistik alutsista yang diadakan oleh suatu angkatan dapat memenuhi kebutuhan angkatan lainnya.

Nuning mencontohkan, suku cadang tank milik Angkatan Darat dapat digunakan oleh panser Korps Marinir. Amunisi meriam kaliber 40 mm Angkatan Laut dapat mendukung kebutuhan pesawat tempur Angkatan Udara. Menggunakan Operation Research, maka pembenahan Alutsista tsb dituntut mencapai level yang Minimax, yaitu yang minimal dari semua kondisi maksimal.

”Pada prinsipnya pembenahan alutsista sebelum MEF ditujukan untuk efisiensi sedangkan pembenahan alutsista setelah MEF ditujukan untuk optimalisasi (efektif dan efisien),” katanya.

Pembenahan alutsista TNI setelah MEF membutuhkan profesionalitas prajurit TNI dari ketiga angkatan yang terintegrasi. Artinya, sistem pendidikan dan latihan (Diklat) prajurit TNI harus dibenahi sesuai dengan operational requirement dan technical specification alutsista yang diadakan setelah MEF.

”Diklat TNI harus menerapkan standar dan kriteria profesionalitas prajurit TNI yang baru sesuai parameter Alutsista yang terintegrasi. Pembenahan Alutsista yang terintegrasi dan pembenahan kompetensi dan kapasitas tempur prajurit TNI sesuai alutsista baru tersebut berujung pada pembenahan organisasi TNI. ”Organisasi TNI dapat dibenahi agar benar-benar berada kondisi siap-siaga tempur,” katanya.

Dari perspektif ilmu pertahanan maka tuntutan kondisi tersebut harus dijawab dengan menganalisa sejauhmana efektivitas dan efisiensi organisasi TNI saat kondisi perang atau saat operasi gabungan berlangsung. Jadi, organisasi tempur TNI adalah organisasi yang bersifat permanen dan bukannya organisasi bentukan (ad hoc).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2402 seconds (0.1#10.140)