SBY: Selamatkan Manusia dan Ekonomi Bisa Dilakukan Bersamaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai menyelamatkan jiwa manusia dan ekonomi dari pandemi COVID-19 bisa dilakukan secara bersamaan. Pandangan demikian dituliskannya dalam bukunya yang berjudul 'Pandemi Covid-19, Jangan Ada yang Dikorbankan, Manusia dan Ekonomi, Keduanya Dapat Diselamatkan'.
"Maaf, saya punya pandangan yang mungkin berbeda dengan banyak kalangan. Bagi saya, memilih antara nyawa manusia dengan ekonomi bukanlah sebuah dilema," kata SBY dalam bukunya yang setebal 108 halaman itu.
SBY pun lantas memberikan contoh mengenai dilema. Yakni, ketika pesawat kecil yang ditumpangi oleh dua orang selain pilot. Kemudian, karena terjadi kerusakan mesin yang serius, pilot mengatakan tiga menit lagi pesawat akan jatuh.( )
Artinya, semua harus keluar dari pesawat untuk menyelamatkan diri dengan menggunakan payung udara. Pilot sudah aman karena dia akan melakukan bail out dengan payung yang melekat di badannya. Sedangkan di bagian penumpang hanya ada satu payung.
"Siapa yang dikasih, memilih payung dikasih siapa? Ini dilema. Sama dengan simalakama, buah dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati. Itu lah dilema," katanya dalam acara peluncuran dua buku monograf karyanya di kediamannya, Puri Cikeas, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (10/8/2020) malam.
Maka itu, dia tidak sepakat jika memilih antara menyelamatkan jiwa manusia dan menyelamatkan ekonomi disebut dilema. "Sebenarnya sangat bisa dua-duanya diselamatkan, jangan ada yang dikorbankan. Manusia tentu diutamakan penyelamatan jiwanya, tapi tidak perlu ekonomi menunggu sampai semua sudah terang benderang, sudah aman," katanya. ( )
Dia melanjutkan, menyelamatkan jiwa manusia dan menyelamatkan ekonomi bisa dilakukan secara bersamaan dengan strategi yang tepat. "Dengan kebijakan yang tepat, dengan aksi yang tepat pula, ini lah kritis utama dari buku yang saya tulis itu," katanya.
"Maaf, saya punya pandangan yang mungkin berbeda dengan banyak kalangan. Bagi saya, memilih antara nyawa manusia dengan ekonomi bukanlah sebuah dilema," kata SBY dalam bukunya yang setebal 108 halaman itu.
SBY pun lantas memberikan contoh mengenai dilema. Yakni, ketika pesawat kecil yang ditumpangi oleh dua orang selain pilot. Kemudian, karena terjadi kerusakan mesin yang serius, pilot mengatakan tiga menit lagi pesawat akan jatuh.( )
Artinya, semua harus keluar dari pesawat untuk menyelamatkan diri dengan menggunakan payung udara. Pilot sudah aman karena dia akan melakukan bail out dengan payung yang melekat di badannya. Sedangkan di bagian penumpang hanya ada satu payung.
"Siapa yang dikasih, memilih payung dikasih siapa? Ini dilema. Sama dengan simalakama, buah dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati. Itu lah dilema," katanya dalam acara peluncuran dua buku monograf karyanya di kediamannya, Puri Cikeas, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (10/8/2020) malam.
Maka itu, dia tidak sepakat jika memilih antara menyelamatkan jiwa manusia dan menyelamatkan ekonomi disebut dilema. "Sebenarnya sangat bisa dua-duanya diselamatkan, jangan ada yang dikorbankan. Manusia tentu diutamakan penyelamatan jiwanya, tapi tidak perlu ekonomi menunggu sampai semua sudah terang benderang, sudah aman," katanya. ( )
Dia melanjutkan, menyelamatkan jiwa manusia dan menyelamatkan ekonomi bisa dilakukan secara bersamaan dengan strategi yang tepat. "Dengan kebijakan yang tepat, dengan aksi yang tepat pula, ini lah kritis utama dari buku yang saya tulis itu," katanya.
(abd)