Milenial dan Gen Z Diminta Perhatikan Rekam Jejak Capres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah aktivis mengingatkan Milenial dan Gen Z untuk memperhatikan rekam jejak calon presiden (capres) 2024. Mereka menyayangkan bergabungnya aktivis 98 dan purnawirawan yang mendukung Capres Prabowo Subianto.
Aktivis Petrus Hariyanto mengatakan ada upaya memanipulasi sejarah masa lalu. Hal itu dilakukan dengan cara melibatkan aktivis 98 serta sejumlah purnawirawan.
"Saya menyayangkan dukungan para aktivis 98 juga pernyataan Budiman Sudjatmiko yang mengatakan Prabowo dalam kerangka menjalankan tugas negara," kata Petrus saat menggelar pertemuan di kawasan Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/12/2024).
Petrus yang pernah menjadi korban penculikan 1998 ini menyatakan, Generasi Z maupun pemilih pemula saat ini tidak merasakan nuansa pelanggaran HAM berat masa lalu. "Semua itu dalam kerangka membangun citra jika yang bersangkutan sebagai calon presiden tidak mempunyai jejak gelap di masa lalu," ujar Petrus.
Dia menilai semua gerakan itu adalah manuver politik yang sifatnya transaksional. Atas dasar itu, Petrus menyebut pemikiran Generasi Z saat ini telah diracuni bahwa seolah-olah penculikan aktivis 98 adalah hal yang normal-normal saja.
"Saya pikir ini seruan kepada Generasi Z yang tidak mengalami peristiwa kelam bahwa itu sesuatu yang normal-normal saja, sesuatu yang bukan merupakan kejahatan," ucapnya.
Aktivis 98 Benny Ramdhani juga mengecam sikap sejumlah aktivis dan purnawirawan yang berada di barisan Prabowo. Benny mengaku tidak rela nasib 270 juta rakyat Indonesia diserahkan kepada seorang yang pernah terlibat dalam kasus hukum.
"Tindak pidana yang bersifat ketidakpatuhan dalam kitab undang-undang hukum pidana militer dan perampasan terhadap kemerdekaan," ucapnya.
Orang tua korban tragedi 1998 Paian Siahaan juga menyampaikan kesedihannya karena sampai saat ini anaknya belum ditemukan. "Anak saya itu punya akta kelahiran, kalaupun dia sudah mati harus ada akta kematiannya. Sampai sekarang anak saya masih ada dalam kartu keluarga," kata Paian.
Aktivis Petrus Hariyanto mengatakan ada upaya memanipulasi sejarah masa lalu. Hal itu dilakukan dengan cara melibatkan aktivis 98 serta sejumlah purnawirawan.
"Saya menyayangkan dukungan para aktivis 98 juga pernyataan Budiman Sudjatmiko yang mengatakan Prabowo dalam kerangka menjalankan tugas negara," kata Petrus saat menggelar pertemuan di kawasan Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/12/2024).
Petrus yang pernah menjadi korban penculikan 1998 ini menyatakan, Generasi Z maupun pemilih pemula saat ini tidak merasakan nuansa pelanggaran HAM berat masa lalu. "Semua itu dalam kerangka membangun citra jika yang bersangkutan sebagai calon presiden tidak mempunyai jejak gelap di masa lalu," ujar Petrus.
Dia menilai semua gerakan itu adalah manuver politik yang sifatnya transaksional. Atas dasar itu, Petrus menyebut pemikiran Generasi Z saat ini telah diracuni bahwa seolah-olah penculikan aktivis 98 adalah hal yang normal-normal saja.
"Saya pikir ini seruan kepada Generasi Z yang tidak mengalami peristiwa kelam bahwa itu sesuatu yang normal-normal saja, sesuatu yang bukan merupakan kejahatan," ucapnya.
Aktivis 98 Benny Ramdhani juga mengecam sikap sejumlah aktivis dan purnawirawan yang berada di barisan Prabowo. Benny mengaku tidak rela nasib 270 juta rakyat Indonesia diserahkan kepada seorang yang pernah terlibat dalam kasus hukum.
"Tindak pidana yang bersifat ketidakpatuhan dalam kitab undang-undang hukum pidana militer dan perampasan terhadap kemerdekaan," ucapnya.
Orang tua korban tragedi 1998 Paian Siahaan juga menyampaikan kesedihannya karena sampai saat ini anaknya belum ditemukan. "Anak saya itu punya akta kelahiran, kalaupun dia sudah mati harus ada akta kematiannya. Sampai sekarang anak saya masih ada dalam kartu keluarga," kata Paian.
(cip)