Karsiyah Ibunda Korban Tragedi Trisakti Meninggal, Aktivis 98: Reformasi Belum Tuntas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Duka mendalam dirasakan para aktivis Reformasi 1998 . Karsiyah, ibunda Hendriawan, mahasiswa Universitas Trisakti Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Angkatan 1996 yang tewas tertembak dalam aksi demonstrasi 12 Mei 1998, meninggal dunia, Minggu, 26 November 2023.
Karsiyah meninggal dunia pada pukul 09.30 WIB. Saat ini, jenazah almarhumah berada di rumah duka di Jalan Tanjung Gedong, Jakarta Barat.
Juru Bicara Gerakan Aktivis (GERAK) 98 Abraham Leo menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya Karsiyah. Menurutnya, Karsiyah yang mengalami kepedihan kehilangan putra semata wayangnya dalam Tragedi Trisakti sebagai bagian dari perjuangan menghadirkan alam Reformasi di Indonesia. Kini almarhumah telah berbahagia bersama putranya Hendriawan di surga.
"Kami GERAK 98 mengalami duka yang mendalam, kekuatan, kepedihan Ibu Karsiyah adalah semangat kami. Melalui perjuangan Hendriawan, kita berada di jalur perubahan. Era kediktatoran, era rezim KKN, era penggunaan kesewenang-wenangan negara untuk melanggengkan kekuasaan menuju kemunduran demokrasi tumbang berganti era harapan, era Reformasi," kata Abe, sapaan akrab Abraham Leo, Senin (27/11/2023).
Abe mengatakan, Karsiyah, Sumarsih, dan keluarga korban Tragedi Trisaksi terus melakukan Aksi Kamisan di depan Istana Negara, bukan sekali tetapi ratusan dan hingga saat ini 25 tahun berlalu. Abe melihat Karsiyah dan lainnya adalah ibu pejuang yang teruji komitmennya, memberikan kekuatan untuk terus melakukan perlawanan mengawal Reformasi tetap berada di jalan yang benar.
"25 tahun berlalu sejak Reformasi 1998, Ibu Karsiyah, Ibu Sumarsih, dan keluarga konsisten terus melakukan Aksi Kamisan di depan penguasa Istana Negara. Tidak bergeming, menyuarakan putranya yang gugur demi bangsa. Komitmen kuat ini adalah bensin penggerak adrenalin kami untuk terus berada di jalan Reformasi. Tidak melakukan kompromi, bekerja sama dengan pelaku, kolaborator, yang mencoba-coba menarik mundur jalan Reformasi," katanya.
Aktivis 98 lainnya, Hisia Martogi Lumban Gaol (Togi) mengenang peristiwa Trisakti adalah momentum yang tidak pernah dilupakan dalam hidupnya. Anak-anak muda saat itu memiliki tujuan yang sama yakni perubahan, berpikir kritis, kemuakan terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang membawa republik demi kepentingan pragmatis semata.
"Hendriawan bukan saja Pahlawan Trisakti tetapi Pahlawan Bangsa, semangatnya adalah obor. Darahnya yang mengalir di bumi pertiwi adalah torehan tinta kebenaran. Kami berjuang, melakukan perubahan. Harapan Kami, perjuangan Hendriawan, menjadi obor anak-anak muda saat ini untuk berpikir kritis, berani melawan pihak yang mencoba membawa kemunduran republik. Perjuangan Hendriawan tidak boleh terhenti," kata Togi, Mahasiswa Manajemen Transportasi Udara Trisakti saat Reformasi bergulir.
Lihat Juga: Dies Natalis Ke-29 UBHARA JAYA, Wisudawan Terbaik Serukan Reformasi Hukum Laut Indonesia
Karsiyah meninggal dunia pada pukul 09.30 WIB. Saat ini, jenazah almarhumah berada di rumah duka di Jalan Tanjung Gedong, Jakarta Barat.
Juru Bicara Gerakan Aktivis (GERAK) 98 Abraham Leo menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya Karsiyah. Menurutnya, Karsiyah yang mengalami kepedihan kehilangan putra semata wayangnya dalam Tragedi Trisakti sebagai bagian dari perjuangan menghadirkan alam Reformasi di Indonesia. Kini almarhumah telah berbahagia bersama putranya Hendriawan di surga.
"Kami GERAK 98 mengalami duka yang mendalam, kekuatan, kepedihan Ibu Karsiyah adalah semangat kami. Melalui perjuangan Hendriawan, kita berada di jalur perubahan. Era kediktatoran, era rezim KKN, era penggunaan kesewenang-wenangan negara untuk melanggengkan kekuasaan menuju kemunduran demokrasi tumbang berganti era harapan, era Reformasi," kata Abe, sapaan akrab Abraham Leo, Senin (27/11/2023).
Abe mengatakan, Karsiyah, Sumarsih, dan keluarga korban Tragedi Trisaksi terus melakukan Aksi Kamisan di depan Istana Negara, bukan sekali tetapi ratusan dan hingga saat ini 25 tahun berlalu. Abe melihat Karsiyah dan lainnya adalah ibu pejuang yang teruji komitmennya, memberikan kekuatan untuk terus melakukan perlawanan mengawal Reformasi tetap berada di jalan yang benar.
"25 tahun berlalu sejak Reformasi 1998, Ibu Karsiyah, Ibu Sumarsih, dan keluarga konsisten terus melakukan Aksi Kamisan di depan penguasa Istana Negara. Tidak bergeming, menyuarakan putranya yang gugur demi bangsa. Komitmen kuat ini adalah bensin penggerak adrenalin kami untuk terus berada di jalan Reformasi. Tidak melakukan kompromi, bekerja sama dengan pelaku, kolaborator, yang mencoba-coba menarik mundur jalan Reformasi," katanya.
Aktivis 98 lainnya, Hisia Martogi Lumban Gaol (Togi) mengenang peristiwa Trisakti adalah momentum yang tidak pernah dilupakan dalam hidupnya. Anak-anak muda saat itu memiliki tujuan yang sama yakni perubahan, berpikir kritis, kemuakan terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang membawa republik demi kepentingan pragmatis semata.
"Hendriawan bukan saja Pahlawan Trisakti tetapi Pahlawan Bangsa, semangatnya adalah obor. Darahnya yang mengalir di bumi pertiwi adalah torehan tinta kebenaran. Kami berjuang, melakukan perubahan. Harapan Kami, perjuangan Hendriawan, menjadi obor anak-anak muda saat ini untuk berpikir kritis, berani melawan pihak yang mencoba membawa kemunduran republik. Perjuangan Hendriawan tidak boleh terhenti," kata Togi, Mahasiswa Manajemen Transportasi Udara Trisakti saat Reformasi bergulir.
Lihat Juga: Dies Natalis Ke-29 UBHARA JAYA, Wisudawan Terbaik Serukan Reformasi Hukum Laut Indonesia
(cip)