Kenakan Pakaian Adat saat Debat Cawapres, Ganjar: Kami Siap Diperintah Rakyat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres-Cawapres) Ganjar Pranowo dan Mahfud MD mencuri perhatian pada gelaran debat Pilpres 2024 babak kedua, Jumat (22/12/2023) malam. Pasalnya, paslon nomor urut 3 itu mengenakan busana berbeda dari paslon lain.
Ganjar-Mahfud tampak mengenakan busana adat. Ganjar mengenakan pakaian adat Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tak hanya tenunan, Ganjar juga mengenakan Ti'i langga, penutup kepala berbentuk topi yang dibuat dari daun lontar.
Sementara Mahfud, mengenakan pakaian adat Madura. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengenakan baju garis-garis merah putih dan odheng atau ikat kepala khas madura berwarna merah.
Ganjar menegaskan, ada pesan kuat yang terkandung di dalam penggunaan pakaian adat dalam debat. Keduanya hendak menegaskan kedekatan dan perhatiannya kepada masyarakat, terutama dari daerah terpencil.
Lebih dari itu, pakaian adat juga menjadi simbol bahwa keduanya merupakan bagian dari rakyat bahkan merupakan anak buah rakyat. Hal tersebut sesuai dengan tagline yang selalu disampaikan Ganjar, 'Tuanku, ya Rakyat!'.
"Kami siap diperintah oleh rakyat," tegas Ganjar dalam keterangannya dikutip, Sabtu (23/12/2023).
Pernyataan dan simbolisasi sikap tersebut menunjukkan kesungguhan sikap Ganjar-Mahfud pada masyarakat kecil. Ganjar juga secara tegas menampik isu miring yang kerap menyebutnya sebagai boneka partai.
Keyakinan Ganjar menjadi petugas rakyat diungkapkan oleh pengamat politik Emrus Sihombing. Emrus meyakini Ganjar merupakan sosok yang independen. Karena itu Ganjar bukanlah boneka sebagaimana yang kerap dituduhkan.
"Pasti Ganjar tidak akan jadi boneka," katanya.
Menurutnya, kekhawatiran Ganjar akan menjadi boneka merupakan isu gorengan. Hal tersebut sama dengan cap yang kerap dilontarkan kepada Ganjar sebagai petugas partai. "Kalau selama ini ada orang menggoreng-goreng petugas partai itu hasil gorengan itu," katanya.
Dia meyakini, track record Ganjar telah menunjukkan dirinya merupakan sosok independen. Hal tersebut akan dia teruskan ketika menjadi presiden, dengan slogan utama Ganjar yang terkenal, 'Tuanku, ya Rakyat'.
"Siapa pun menjadi presiden termasuk Ganjar, tentu tugas itu sudah diembannya. Dalam melaksanakan tugas itu dia independen. Tidak di bawah pengaruh partai," katanya.
"Ganjar sudah pasti di independen. Independen artinya tidak di bawah bayang-bayang atau pengaruh ketua umum partai," katanya.
Lagipula, partai politik tidak bakal mengambil risiko ditinggalkan publik lantaran menjadikan orang nomor 1 republik ini sebagai boneka. Tentu, partai politik tidak akan membuat lubang yang menjerumuskan dirinya sendiri.
"Karena partai itu akan rugi sendiri. Maka rakyat tidak akan memilih partai itu. Karena dia tersandera oleh partai. Partai tidak akan mau presiden yang diusungnya menjadi boneka," katanya.
"Karena itu saya pastikan bahwa partai siapa pun presiden pemenangnya nanti, partai tidak akan membuat calonnya menjadi boneka demikian juga Ganjar tidak akan menjadi boneka bagi partai pengusung," katanya.
Ganjar-Mahfud tampak mengenakan busana adat. Ganjar mengenakan pakaian adat Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tak hanya tenunan, Ganjar juga mengenakan Ti'i langga, penutup kepala berbentuk topi yang dibuat dari daun lontar.
Sementara Mahfud, mengenakan pakaian adat Madura. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengenakan baju garis-garis merah putih dan odheng atau ikat kepala khas madura berwarna merah.
Ganjar menegaskan, ada pesan kuat yang terkandung di dalam penggunaan pakaian adat dalam debat. Keduanya hendak menegaskan kedekatan dan perhatiannya kepada masyarakat, terutama dari daerah terpencil.
Lebih dari itu, pakaian adat juga menjadi simbol bahwa keduanya merupakan bagian dari rakyat bahkan merupakan anak buah rakyat. Hal tersebut sesuai dengan tagline yang selalu disampaikan Ganjar, 'Tuanku, ya Rakyat!'.
"Kami siap diperintah oleh rakyat," tegas Ganjar dalam keterangannya dikutip, Sabtu (23/12/2023).
Pernyataan dan simbolisasi sikap tersebut menunjukkan kesungguhan sikap Ganjar-Mahfud pada masyarakat kecil. Ganjar juga secara tegas menampik isu miring yang kerap menyebutnya sebagai boneka partai.
Keyakinan Ganjar menjadi petugas rakyat diungkapkan oleh pengamat politik Emrus Sihombing. Emrus meyakini Ganjar merupakan sosok yang independen. Karena itu Ganjar bukanlah boneka sebagaimana yang kerap dituduhkan.
"Pasti Ganjar tidak akan jadi boneka," katanya.
Menurutnya, kekhawatiran Ganjar akan menjadi boneka merupakan isu gorengan. Hal tersebut sama dengan cap yang kerap dilontarkan kepada Ganjar sebagai petugas partai. "Kalau selama ini ada orang menggoreng-goreng petugas partai itu hasil gorengan itu," katanya.
Dia meyakini, track record Ganjar telah menunjukkan dirinya merupakan sosok independen. Hal tersebut akan dia teruskan ketika menjadi presiden, dengan slogan utama Ganjar yang terkenal, 'Tuanku, ya Rakyat'.
"Siapa pun menjadi presiden termasuk Ganjar, tentu tugas itu sudah diembannya. Dalam melaksanakan tugas itu dia independen. Tidak di bawah pengaruh partai," katanya.
"Ganjar sudah pasti di independen. Independen artinya tidak di bawah bayang-bayang atau pengaruh ketua umum partai," katanya.
Lagipula, partai politik tidak bakal mengambil risiko ditinggalkan publik lantaran menjadikan orang nomor 1 republik ini sebagai boneka. Tentu, partai politik tidak akan membuat lubang yang menjerumuskan dirinya sendiri.
"Karena partai itu akan rugi sendiri. Maka rakyat tidak akan memilih partai itu. Karena dia tersandera oleh partai. Partai tidak akan mau presiden yang diusungnya menjadi boneka," katanya.
"Karena itu saya pastikan bahwa partai siapa pun presiden pemenangnya nanti, partai tidak akan membuat calonnya menjadi boneka demikian juga Ganjar tidak akan menjadi boneka bagi partai pengusung," katanya.
(rca)