Momen Siti Atikoh Menyaring Kedelai dan Potong Tahu saat Kunjungi ke UD Makmur Gresik
loading...
A
A
A
GRESIK - Siti Atikoh Suprianti , istri capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, melanjutkan safari politiknya dengan bersilaturahmi ke Desa Gadingwatu, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Dalam kesempatan ini, Siti Atikoh akan berdialog dengan perajin tahu di UD Makmur.
Kedatangan Siti Atikoh ini disambut antusiasme ibu-ibu yang sudah sejak pagi menunggu di Desa Gadingwatu. Ketika Siti Atikoh pergi mereka tampak berebut meminta foto bersama ibunda Alam Ganjar itu. Dengan senyum sumringah, Siti Atikoh melayani permintaan para ibu-ibu.
Setelah selesai melayani warga yang meminta foto, Siti Atikoh langsung mendatangi para perajin tahu untuk melihat secara langsung proses pembuatan panganan itu dari awal sampai siap didistibusikan ke pasar.
Tidak hanya itu, Siti Atikoh juga turun langsung dengan menyaring kedelai yang sedang proses dimasak. Selanjutnya, Siti Atikoh dengan fokus memotong tahu menjadi kotak-kotak kecil. Selanjutnya, Siti Atikoh mengajak perajin untuk berdialog.
Dalam kesempatan itu, perajin menyebut permasalahan utama usaha tahu itu soal ketersediaan bahan baku karena kedelai yang digunakan berasal dari impor.
Terkait masalah ini, Siti Atikoh menyarankan agar perajin tidak ketergantungan dengan kedelai impor. "Kalau ketergantungan impor masih tinggi, dan keran impor ditutup, akhirnya memengaruhi ketersediaan bahan baku. Kondisi ini membuat ketahanan pangan kita masih rentan," kata Atikoh.
Menurutnya, tanah Indonesia sangat subur dengan kekayaan alam yang luar biasa. Dahulu, di beberapa wilayah masih produksi kedelai seperti Sumbawa dan Bima. Saat ini sudah beralih ke jagung. Dia mengatakan kedelai lokal ke depan harus bisa berdaulat, sehingga perajin tahu di Indonesia tidak lagi bergantung pada impor.
Atikoh menyadari kedelai secara teori lebih subur apabila ditanam di negara yang mempunyai empat musim. Sedangkan di wilayah tropis terdapat beberapa kendala seperti kadar air, curah hujan, dan hawa panas.
Kedatangan Siti Atikoh ini disambut antusiasme ibu-ibu yang sudah sejak pagi menunggu di Desa Gadingwatu. Ketika Siti Atikoh pergi mereka tampak berebut meminta foto bersama ibunda Alam Ganjar itu. Dengan senyum sumringah, Siti Atikoh melayani permintaan para ibu-ibu.
Setelah selesai melayani warga yang meminta foto, Siti Atikoh langsung mendatangi para perajin tahu untuk melihat secara langsung proses pembuatan panganan itu dari awal sampai siap didistibusikan ke pasar.
Tidak hanya itu, Siti Atikoh juga turun langsung dengan menyaring kedelai yang sedang proses dimasak. Selanjutnya, Siti Atikoh dengan fokus memotong tahu menjadi kotak-kotak kecil. Selanjutnya, Siti Atikoh mengajak perajin untuk berdialog.
Dalam kesempatan itu, perajin menyebut permasalahan utama usaha tahu itu soal ketersediaan bahan baku karena kedelai yang digunakan berasal dari impor.
Terkait masalah ini, Siti Atikoh menyarankan agar perajin tidak ketergantungan dengan kedelai impor. "Kalau ketergantungan impor masih tinggi, dan keran impor ditutup, akhirnya memengaruhi ketersediaan bahan baku. Kondisi ini membuat ketahanan pangan kita masih rentan," kata Atikoh.
Menurutnya, tanah Indonesia sangat subur dengan kekayaan alam yang luar biasa. Dahulu, di beberapa wilayah masih produksi kedelai seperti Sumbawa dan Bima. Saat ini sudah beralih ke jagung. Dia mengatakan kedelai lokal ke depan harus bisa berdaulat, sehingga perajin tahu di Indonesia tidak lagi bergantung pada impor.
Atikoh menyadari kedelai secara teori lebih subur apabila ditanam di negara yang mempunyai empat musim. Sedangkan di wilayah tropis terdapat beberapa kendala seperti kadar air, curah hujan, dan hawa panas.