Kemenag Gelar Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin, Bahas Perdamaian Dunia

Jum'at, 15 Desember 2023 - 20:27 WIB
loading...
Kemenag Gelar Konferensi...
Stafsus Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo (kanan), Kepala Balitbang Diklat Kemenag Suyitno (tengah), dan Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (15/12/2023). FOTO/SINDOnews/SUCIPTO
A A A
JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) bersama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggelar Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA). Konferensi tersebut akan membahas perdamaian global.

Acara yang akan berlangsung di Gedung Merdeka atau Gedung penyelenggaran Konferensi Asia-Afrika 1955 dan Hotel Savoy Homann, Bandung, Jawa Barat digelar selama empat hari pada 20-22 Desember 2023.

Staf Khusus (Stafsus) Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo mengatakan, konferensi ini menjadi ikhtiar Kemenag dalam penguatan moderasi beragama di level global sekaligus ikut mengupayakan perdamaian dunia, di tengah konflik yang terus terjadi di sejumlah negara.



"Menag Yaqut Cholil Qoumas telah mendapat mandat sebagai Ketua Pelaksana Sekretariat Bersama Penguatan Moderasi Beragama, berdasarkan Perpres No 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama. KMBAAA menjadi forum strategis internasionalisasi Moderasi Beragama di kawasan Asia Afrika dan Amerika Latin," kata Wibowo di Jakarta, Jumat (15/12/2023).

Menurut Bowo, dalam konferensi ini tidak semata soal moderasi beragama, tapi juga dibahas sejumlah langkah strategis dalam rangka berpartisipasi dalam perdamaian global dan mencari penyelesaian terbaik atas konflik yang masih terjadi di sejumlah negara.

"Fakta ini perlu direspons karena ada kecenderungan konflik dunia semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Dari Ukraina ke Gaza, perang dan krisis terus terjadi. Perang Israel dan Hamas di Gaza, bahkan dikhawatirkan menyebar ke seluruh Timur Tengah," ucapnya.

Eskalasi perang ini, kata Bowo, terus mengambil nyawa warga sipil, mengganggu penyediaan perawatan medis untuk menyelamatkan nyawa, mengacaukan layanan mendasar untuk bertahan hidup, dan meninggalkan banyak keluarga yang berduka atas hilangnya orang yang dicintai.



"Dunia memberikan reaksi atas konflik-konflik ini, namun dampaknya belum sesuai harapan. Sejumlah pemimpin negara belum berbicara secara terbuka tentang konflik yang sedang berlangsung ini. Apalagi, upaya Dewan Keamanan PBB membuat resolusi khusus tentang perang, juga gagal dengan veto Amerika Serikat," sebut Wibowo.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2079 seconds (0.1#10.140)