Kemenkes Sebut Pembangunan Gedung ACT Plab Sejalan dengan UU Kesehatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) mendukung penuh metode pengobatan dengan cara terapi stem cell atau sel punca. Cara tersebut dinilai efektif dalam mengobati berbagai jenis penyakit seperti diabetes, jantung dan sebagainya.
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Kefarmasian dan alat kesehatan sekaligus Plt Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Rizka Andalucia saat meresmikan Gedung Advanced Cell Therapy Production Laboratory (ACT Plab) di Kramat VII, Senen, Jakarta Pusat. Gedung seluas 2.100 meter persegi yang dibangun Prodia Stem Cell Indonesia (ProSTEM) ini dinilai sejalan dengan UU Kesehatan.
"Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 dimuat pasal-pasal yang mendukung terkait teknologi kesehatan untuk mendukung ketahanan kefarmasian sehingga kegiatan ini sejalan dengan agenda transformasi sistem kesehatan khususnya pilar pengembangan teknologi kesehatan," ujarnya, Senin (11/12/2023).
Rizka menegaskan, laboratorium ini telah memenuhi standar Current Good Manufacturing Practicies (cGMP). Menurut Rizka, tidak mudah mendapatkan standar pengolahan stem cell dan sel terapi. Namun demikian hal itu sangat penting untuk dipenuhi.
"Bagaimana pun canggihnya kita membuat penelitian, tapi kalau penjaminan mutu terhadap produk tidak diterapkan maka tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Prodia Stem Cell yang dengan kegigihannya membuat sarana produksi stem cell sampai mendapat sertifikat dari BPOM," katanya.
Direktur ProSTEM Cynthia Retna Sartika menjelaskan, pembangunan laboratorium ini untuk memenuhi permintaan sel punca dan sekretom yang terus meningkat setiap tahunnya.
"Kehadiran ACT-PLab ini penting untuk terapi regeneratif dalam pengobatan penyakit yang sulit diobati secara konvensional. Kami berharap dapat memberikan kontribusi dalam reformasi kesehatan terutama dibidang teknologi pengobatan regeneratif untuk pasien penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes, stroke, osteoatritis dan gangguan lainnya," katanya.
Menurut Cynthia, laboratorium ini dapat memenuhi permintaan sel dan turunannya dengan kapasitas hampir 1.000 kali lebih besar dari fasilitas yang sudah.
"Gedung ini juga dilengkap fasilitas laboratorium uji mutu untuk memastikan bahan baku dan fasilitas yang digunakan, serta produk akhir memiliki kualitas yang baik. Kami berharap kehadiran fasilitas ini mampu mendukung Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri di dalam bidang terapi regeneratif," katanya.
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Kefarmasian dan alat kesehatan sekaligus Plt Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Rizka Andalucia saat meresmikan Gedung Advanced Cell Therapy Production Laboratory (ACT Plab) di Kramat VII, Senen, Jakarta Pusat. Gedung seluas 2.100 meter persegi yang dibangun Prodia Stem Cell Indonesia (ProSTEM) ini dinilai sejalan dengan UU Kesehatan.
"Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 dimuat pasal-pasal yang mendukung terkait teknologi kesehatan untuk mendukung ketahanan kefarmasian sehingga kegiatan ini sejalan dengan agenda transformasi sistem kesehatan khususnya pilar pengembangan teknologi kesehatan," ujarnya, Senin (11/12/2023).
Rizka menegaskan, laboratorium ini telah memenuhi standar Current Good Manufacturing Practicies (cGMP). Menurut Rizka, tidak mudah mendapatkan standar pengolahan stem cell dan sel terapi. Namun demikian hal itu sangat penting untuk dipenuhi.
"Bagaimana pun canggihnya kita membuat penelitian, tapi kalau penjaminan mutu terhadap produk tidak diterapkan maka tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Prodia Stem Cell yang dengan kegigihannya membuat sarana produksi stem cell sampai mendapat sertifikat dari BPOM," katanya.
Direktur ProSTEM Cynthia Retna Sartika menjelaskan, pembangunan laboratorium ini untuk memenuhi permintaan sel punca dan sekretom yang terus meningkat setiap tahunnya.
"Kehadiran ACT-PLab ini penting untuk terapi regeneratif dalam pengobatan penyakit yang sulit diobati secara konvensional. Kami berharap dapat memberikan kontribusi dalam reformasi kesehatan terutama dibidang teknologi pengobatan regeneratif untuk pasien penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes, stroke, osteoatritis dan gangguan lainnya," katanya.
Menurut Cynthia, laboratorium ini dapat memenuhi permintaan sel dan turunannya dengan kapasitas hampir 1.000 kali lebih besar dari fasilitas yang sudah.
"Gedung ini juga dilengkap fasilitas laboratorium uji mutu untuk memastikan bahan baku dan fasilitas yang digunakan, serta produk akhir memiliki kualitas yang baik. Kami berharap kehadiran fasilitas ini mampu mendukung Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri di dalam bidang terapi regeneratif," katanya.
(cip)