Perang Sengit Propaganda Pemitosan Capres

Rabu, 06 Desember 2023 - 08:05 WIB
loading...
A A A
baca juga: Jadwal Pengundian Nomor Urut Capres Cawapres 2024 hingga Kampanye

Penulis saksikan tiap melintas jalan-jalan utama, sosok-sosok itu berdiri jumawa di tengah-tengah jantung kota Jakarta. Di antara gedung-gedung pencakar langit, baliho dan billboard silih berganti menampilkan dua figur yang dibuat dari artificial intelligence. Meski terkesan rapi, menimbulkan tanda tanya, bahwa imej-imej itu menjauh dari realitas hidup dan memang sejatinya benar-benar artificial?

Anak-anak muda dan lebih dari lima puluh persen Generasi Z dan Millenial yang aktif menjadi pemilih Pemilu kita pada 2024 semoga berpikir lebih kritis. Tak hanyut oleh mitos-mitos baru yang sembarangan menghina nalar, menjauhkan nurani. Berbagai acara yang unik dari totonan TV juga kreatifnya pesan-pesan media sosial sedang disiapkan untuk membuka ide-ide dan digelontorkan ke publik tentu dengan bujuk emosi makin tajam.

Beberapa saat lalu, penulis sempat menghadiri sebuah acara yang menampilkan salah satu nara sumbernya seorang coach tenar. Penulis terpana dan terpikat, dengan kiat-kiat untuk memenangkan kompetisi meraih dukungan publik sebenarnya adalah strategi membujuk hati, yakni intimasi personal.

Coach Rene - sebut saja demikian, sebagai pembicara publik yang pernah memimpin sebuah BUMD dan menjadi komisaris utama. Piawai mengetengahkan bahwa selayaknya calon pemimpin sedikit menjauhkan hal-hal yang menguras hidup kita dari dunia yang penuh distraktif.

Salah satu dunia paling distraktif adalah dunia aplikasi digital, yang menyita dan mencipta kita tersihir, menjadi separuh manusia-zombie, yang menyetir kita jatah separuh waktu selama 24 jam sehari. Fokus kita, sebaiknya mengembalikan marwah dan harkat hidup kita dari yang paling hakiki, menyentuh sisi manusiawi kita untuk winning the heart and minds. Ia mengombinasikan peran kedekatan nurani personal calon pemimpin sekaligus menggedor kewarasan publik.

baca juga: Fotonya Sering Digunakan Kampanye Capres, Jokowi: Enggak Apa-apa, Boleh-boleh Saja

Rene sebut satu contoh satu aksi, kenapa tidak menyentuh seseorang dengan tulisan tangan dari pada bersibuk mengirimkan lewat percakapan aplikasi di gup-grup di ponsel? Sementara paslon Capres lain, AMIN yang mengusung semangat keberpihakan pada masyarakat jelata, dalam dua minggu terakhir para relawannya dengan cara bahu-membahu, yang dikarenakan minimnya logistik justru membuka pencerahan. Mereka menampakkan paras sesungguhnya dunia realita.

Pesta demokrasi lima tahunan berasal dari, oleh dan untuk arus bawah diwakilkan dengan spanduk rakyat dari karung goni - wadah beras dan terigu, pun media luar - ruangnya yang sederhana yang dicantolkan di pagar rumah warga. Tapi, itu semua memuat pesan-pesan nan tajam menusuk juga menggugah.

Bagi penulis, lagi-lagi menerbangkan ingat pada masa-masa revolusi fisik sekitar 1945-1949, yang mana spanduk-spanduk atau bahkan tembok-tembok berteriak-garang! Seperti misalnya “enyahkan NICA dari bumi Pertiwi”, “Merdeka atau mati”, “Go to Hell NICA” dll.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1504 seconds (0.1#10.140)