Subsidi KRL Tidak Cukup

Sabtu, 07 Oktober 2017 - 08:00 WIB
Subsidi KRL Tidak Cukup
Subsidi KRL Tidak Cukup
A A A
SUBSIDI kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek dipastikan tak sampai hingga akhir tahun ini. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah membeberkan bahwa subsidi KRL harus segera ditambal sebesar Rp140 miliar. Hal itu disebabkan jumlah penumpang KRL Jabodetabek terus melonjak belakangan ini. Padahal pemerintah menganggarkan subsidi dengan asumsi penumpang KRL tak lebih dari 900.000 orang per hari dengan kata lain melebihi prediksi sebelumnya. Jumlah penumpang KRL saat ini sebagaimana diungkapkan Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Perkeretaapian Kemenhub Zulmafendi, tercatat sekitar 1 juta orang lebih per hari. Solusi untuk menutup kekurangan subsidi tersebut sedang dalam pembahasan antara Kemenhub dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Anggaran subsidi KRL Jabodetabek hanya bisa menutupi kebutuhan hingga pertengahan Desember 2017.

Sebelumnya pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi kereta api sebesar Rp2,1 triliun. Dari total angka subsidi kereta api tersebut, sepanjang tahun 2017 sebanyak Rp1,3 triliun dialihkan untuk subsidi KRL Jabodetabek. Selebihnya pemerintah mengalokasikan untuk subsidi kereta api jarak jauh senilai Rp135 miliar, kereta api jarak sedang sekitar Rp130 miliar, kereta api jarak dekat senilai Rp379 miliar, kereta rel diesel (KRD) mencapai Rp94 miliar dan kereta api lebaran sebesar Rp4,5 miliar.

Sementara itu, untuk tahun depan, Kemenhub mencanangkan anggran subsidi kereta api naik sebesar Rp 200 miliar menjadi sebesar Rp2,3 triliun bila dibandingkan dengan tahun ini. Alasannya, sejumlah pembenahan infrastruktur kereta api harus dianggarkan, terutama jalur KRL Jabodatabek.

Semenjak pembenahan infrastruktur KRL Jabodetabek secara menyeluruh yang berdampak pada pengelolaan yang lebih teratur, mulai dari ketepatan waktu kereta pada setiap stasiun hingga penyediaan lahan parkir yang luas di stasiun, telah merangsang minat masyarakat untuk menggunakan transportasi massal itu. Selain harga tiket yang tergolong sangat murah untuk transportasi umum saat ini di Jabodetabek juga dikenal bebas macet.

Sebagian masyarakat yang hidup di wilayah penyangga yang beraktivitas di Jakarta pun beralih menggunakan KRL. Pihak PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) yang telah bersalin nama menjadi PT Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL Jabodetabek memprediksi angka penumpang akan menembus sekitar 1,2 juta per hari untuk dua tahun ke depan atau 2019.

Mengantisipasi lonjakan penumpang tersebut, solusi sederhananya adalah menambah jumlah gerbong KRL. Namun di balik penambahan gerbong tersebut muncul masalah baru, terutama terkait lahan parkir di saat KRL sedang tidak beroperasi. Saat ini lokasi parkir KRL ada di Merak, Banten. Pada awal tahun 2017 dalam keterangan pers manajemen KCI menargetkan jumlah penumpang KRL sebanyak 292,3 juta atau terjadi kenaikan sekitar 11,8 juta penumpang dibandingkan tahun sebelumnya (2016) di mana tercatat sebanyak 280,5 juta penumpang. Semenjak minat masyarakat menggunakan KRL semakin tinggi, pihak KCI terus menambah jumlah rangkaian gerbong, mulai dari 8 gerbong kemudian menjadi 10 gerbong lalu sekarang sebanyak 12 gerbong.

Kini jangkauan KRL Jabodetabek semakin panjang. Mulai tanggal 8 Oktober 2017 pihak KCI melayani penumpang hingga stasiun Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. KCI menjadwalkan sebanyak 32 perjalanan atau 16 perjalanan pergi-pulang (PP) di jalur Cikarang--Jakarta Kota. Adapun jarak antara Cikarang dan Jakarta Kota sepanjang 43,97 kilometer dengan tarif sebesar Rp5.000 per sekali jalan yang menempuh waktu sekitar 90 menit. Pihak Kemenhub telah mengagendakan peresmian pengoperasian rute baru KRL tersebut pada hari ini, Sabtu, 7 Oktober 2017.

Pengelolaan KRL Jabodetabek di bawah PT KAI Commuter Indonesia (KCI) yang sebelumnya bernama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) memang patut diapresiasi. Saat ini, KCJ telah berubah nama menjadi KCI dengan maksud untuk memperluas wilayah operasi. Perubahan nama itu oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai induk perusahaan menandai bahwa wilayah operasional KCI tidak hanya sebatas Jabodetabek.

Wilayah operasi KRL saat ini sudah menyasar Rangkas Bitung, Banten dan Cikarang, Jawa Barat, bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk kota lain dalam wilayah Indonesia. Tahun lalu KCI mengantongi keuntungan sebesar Rp207 miliar. Meski demikian, pihak manajemen KCI senantiasa harus mengevaluasi diri terkait seringnya KRL anjlok belakangan ini. Artinya aspek perawatan dan pemeliharaan tetap mendapat perhatian serius di tengah lonjakan penumpang. Buatlah penumpang aman dan nyaman dengan tiket murah. (*)
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5900 seconds (0.1#10.140)