Latgab Persekutuan FPDA, untuk Hadapi Indonesia?
loading...
A
A
A
baca juga: Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia dengan Vietnam
Pada satu dekade awal, latihan FPDA masih fokus pada latihan pertahanan udara sederhana. Hingga pada 1980-an, skala latihan terus berkembang mulai dari sisi ukuran, ruang lingkup dan kompleksitasnya. Per tahun 1997 latihan matra laut dan matra udara telah digabungkan. Memasuki fase 2000-an, latihan ditingkatkan mencakup penanganan ancaman non-konvensional seperti operasi kontra-pembajakan, peningkatan kapasitas dalam bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana.
Hubungan Indonesia dengan negara-negara anggota FPDA yang diwarnai dengan kecurigaan dalam perkembangan sejarah menunjukkan tren positif. Kondisi cair ini terjadi karena hubungan antarnegara terbangun, baik secara bilateral maupun di level regional.
Dengan Malaysia misalnya, sejak ditandatanganinya perjanjian keamanan di wilayah perbatasan kedua negara pada 1972, Indonesia telah melakukan kerja sama bidang pertahanan. Model-kegiatan yang dilakukan antara lain kerja sama di bidang intelijen dan operasi dalam wadah General Border Committee Malaysia-Indonesia (GBC Malindo).
Begitu juga dengan Australia, kerja sama pertahanan semakin kuat melalui Lombok Treaty (Agreement between the Republic of Indonesia and Australia on the Framework for Security Cooperation) yang diteken pada 2006. Perjanjian tersebut telah ditindaklanjuti Kementerian Pertahanan RI dan Departemen Pertahanan Australia melalui kerangka kerja mengenai kerja sama keamanan dan rencana aksi di bidang pertahanan yang ditanda tangani pada tahun 2012.
baca juga: Militer Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat Latihan Bersama
Kedua negara pun sangat intensif menjalin komunikasi dan konsultasi pertahanan melalui forum dialog meliputi Indonesia Australia Defence Strategic Dialogue (IADSD), Australia-Indonesia High Level Committee (Ausindo HLC), dan Two Plus Two antara menteri luar negeri dan menteri pertahanan kedua negara.
Mendekati Indonesia, Mengantisipasi China
Kepada Straits Times, pada 21 Oktober 2021, di sela Latgab militer FPDA, PM Singapura Lee Hsien Loong menegaskan FPDA harus mengambil langkah aktif agar Jakarta tak melihat pakta pertahanan ini sebagai ancaman. Pendekatan antara lain dilakukan dengan mengundang Indonesia untuk menyaksikan langsung latihan militer FPDA.
Selain menghindari konflik, Hsien Loong melihat mendekati Indonesia bisa menjadi sarana FPDA menangkal pengaruh China di Asia Tenggara. Bila melihat dinamika perkembangan FPDA hingga menginjak usia 50 tahun, apa yang disampaikan Hsien Loong sangat realitis. Mengapa? Indonesia memang bukan lagi ancaman, seperti menjadi muasal berdirinya aliansi tersebut.
Pada satu dekade awal, latihan FPDA masih fokus pada latihan pertahanan udara sederhana. Hingga pada 1980-an, skala latihan terus berkembang mulai dari sisi ukuran, ruang lingkup dan kompleksitasnya. Per tahun 1997 latihan matra laut dan matra udara telah digabungkan. Memasuki fase 2000-an, latihan ditingkatkan mencakup penanganan ancaman non-konvensional seperti operasi kontra-pembajakan, peningkatan kapasitas dalam bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana.
Hubungan Indonesia dengan negara-negara anggota FPDA yang diwarnai dengan kecurigaan dalam perkembangan sejarah menunjukkan tren positif. Kondisi cair ini terjadi karena hubungan antarnegara terbangun, baik secara bilateral maupun di level regional.
Dengan Malaysia misalnya, sejak ditandatanganinya perjanjian keamanan di wilayah perbatasan kedua negara pada 1972, Indonesia telah melakukan kerja sama bidang pertahanan. Model-kegiatan yang dilakukan antara lain kerja sama di bidang intelijen dan operasi dalam wadah General Border Committee Malaysia-Indonesia (GBC Malindo).
Begitu juga dengan Australia, kerja sama pertahanan semakin kuat melalui Lombok Treaty (Agreement between the Republic of Indonesia and Australia on the Framework for Security Cooperation) yang diteken pada 2006. Perjanjian tersebut telah ditindaklanjuti Kementerian Pertahanan RI dan Departemen Pertahanan Australia melalui kerangka kerja mengenai kerja sama keamanan dan rencana aksi di bidang pertahanan yang ditanda tangani pada tahun 2012.
baca juga: Militer Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat Latihan Bersama
Kedua negara pun sangat intensif menjalin komunikasi dan konsultasi pertahanan melalui forum dialog meliputi Indonesia Australia Defence Strategic Dialogue (IADSD), Australia-Indonesia High Level Committee (Ausindo HLC), dan Two Plus Two antara menteri luar negeri dan menteri pertahanan kedua negara.
Mendekati Indonesia, Mengantisipasi China
Kepada Straits Times, pada 21 Oktober 2021, di sela Latgab militer FPDA, PM Singapura Lee Hsien Loong menegaskan FPDA harus mengambil langkah aktif agar Jakarta tak melihat pakta pertahanan ini sebagai ancaman. Pendekatan antara lain dilakukan dengan mengundang Indonesia untuk menyaksikan langsung latihan militer FPDA.
Selain menghindari konflik, Hsien Loong melihat mendekati Indonesia bisa menjadi sarana FPDA menangkal pengaruh China di Asia Tenggara. Bila melihat dinamika perkembangan FPDA hingga menginjak usia 50 tahun, apa yang disampaikan Hsien Loong sangat realitis. Mengapa? Indonesia memang bukan lagi ancaman, seperti menjadi muasal berdirinya aliansi tersebut.