Latgab Persekutuan FPDA, untuk Hadapi Indonesia?
loading...

Ilustrasi: Masyudi/SINDOnews
A
A
A
NEGARA-negara yang tergabung dalam persekutuan Five Power Defense Arrangement (FPDA) belum lama ini menggelar latihan militer gabungan di Malaysia. Latihan yang melibatkan 400 personel militer dari Australia ditambah prajurit Inggris, Selandia Baru, dan Singapura diarahkan untuk meningkatkan interoperabilitas militer, memperkuat hubungan profesional, serta meningkatkan kemampuan operasi gabungan dalam lingkungan multi-ancaman di antara negara anggota persekutuan.
baca juga: 8 Keunggulan Latihan Militer Gabungan Anggota ASEAN
Dalam latihan yang digelar selama dua minggu, Australia tercatat mengerahkan kekuatan paling besar, di antaranya berupa pesawat F/A-18 Super Hornet, pesawat angkut militer C-27J Spartan, kapal perusak berpeluru kendali kelas Hobart, dan HMAS Brisbane.
Kepala Operasi Gabungan Australia, Letnan Jenderal Greg Bilton AO, CSC, menekankan komitmen kuat negerinya terhadap FPDA yang telah memberikan landasan stabilitas regional selama setengah abad. Tentu saja, muara latihan anggota FPDA diarahkan untuk memperkuat kerja sama memudah kekuatan militer anggota untuk bekerja sama ketika diperlukan.
Dibanding latihan gabungan militer seperti Latgab Cooperation Afloat Readiness and Training (Carat) atau Latgab Garuda Shield yang intes digelar di kawasan dan melibatkan TNI, latgab anggota FDPA relatif jarang terdengar. Kalaupun digelar, gaungnya juga tidak begitu besar. Terakhir, mereka menggelar latihan pada Oktober 2021 dengan tajuk ‘Bersama Gold 2021’ untuk memperingati 50 tahun keberadaan FPDA.
Dari sisi skala pelibatan alutsista, latgab 2021 jauh lebih besar. Seperti dilansir USNI News, latgab total melibatkan 2.600 personel, 10 kapal, satu kapal selam, enam helikopter maritim, tiga pesawat patroli maritim, 25 pesawat tempur, dua pesawat pendukung. Satu pesawat komando dan kontrol berpartisipasi dalam latihan tersebut.
baca juga: Amerika-Filipina Akan Gelar Latihan Militer Gabungan Terbesar
Sebelumnya, latgab militer FPDA digelar pada 2019. Latihan yang dilaksanakan di Malaysia itu melibatkan sekitar 3.000 personel militer, lebih dari selusin kapal, dan 100 pesawat terbang dari lima negara anggota.
Meski gaung latgab FPDA tidak menggetarkan, bagi Indonesia eksistensi pakta pertahanan tersebut dan langkah menggelar latgab tetap patut mendapat perhatian. Betapa tidak, bila dirunut sejarahnya, kelahiran FPDA spesifik diarahkan untuk menghadapi Indonesia yang ketika itu berkonfrontasi dengan Malaysia.
Namun dalam kondisi damai seperti saat ini, dan negara-negara anggota FPDA menjalin hubungan mesra dengan Indonesia, eksistensi FPDA dan latgab yang digelar pun menimbulkan tanda tanya.
Pertanyaan dimaksud antara lain, apakah sejatinya masih menganggap Indonesia masih musuh potensial? Bila dengan Indonesia sudah menjalin hubungan mesra, lantas negara mana yang menjadi ancaman? Sebaliknya dari perspektif Jakarta, apakah FPDA masih layak dipertimbangkan sebagai ancaman?
Tujuan Pembentukan dan Dinamika
Berdasar sejarah, FPDA merupakan kerja sama pertahanan yang ditandatangani pada 1971 antara Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia dan Singapura. Tujuan pembentukan sebagai wadah konsultasi 5 negara anggota untuk bersama-sama menentukan tindakan apa yang harus diambil secara kolektif atau terpisah dalam merespons munculnya ancaman atau serangan.
baca juga: AS Pantau Latihan Militer China di Sekitar Taiwan
Pembentukan FDPA dilakukan setelah Inggris pada Januari 1968 mengumumkan segera menarik pasukannya dari Malaysia dan Singapura pada 1971, sebagai hasil keputusan pada 1967 untuk menarik pasukannya di sebelah timur Terusan Suez.
Penarikan ini berkonsekwensi pada penghentian jaminan pertahanan Britania Raya atas Malaysia dan Singapura di bawah Perjanjian Pertahanan Anglo-Malaya. Karena itulah, 5 negara membuat keputusan bersama sebagai solusi atas kemungkinan serangan terhadap Malaysia dan Singapura setelah pasukan Inggris tidak lagi melindunginya.
baca juga: 8 Keunggulan Latihan Militer Gabungan Anggota ASEAN
Dalam latihan yang digelar selama dua minggu, Australia tercatat mengerahkan kekuatan paling besar, di antaranya berupa pesawat F/A-18 Super Hornet, pesawat angkut militer C-27J Spartan, kapal perusak berpeluru kendali kelas Hobart, dan HMAS Brisbane.
Kepala Operasi Gabungan Australia, Letnan Jenderal Greg Bilton AO, CSC, menekankan komitmen kuat negerinya terhadap FPDA yang telah memberikan landasan stabilitas regional selama setengah abad. Tentu saja, muara latihan anggota FPDA diarahkan untuk memperkuat kerja sama memudah kekuatan militer anggota untuk bekerja sama ketika diperlukan.
Dibanding latihan gabungan militer seperti Latgab Cooperation Afloat Readiness and Training (Carat) atau Latgab Garuda Shield yang intes digelar di kawasan dan melibatkan TNI, latgab anggota FDPA relatif jarang terdengar. Kalaupun digelar, gaungnya juga tidak begitu besar. Terakhir, mereka menggelar latihan pada Oktober 2021 dengan tajuk ‘Bersama Gold 2021’ untuk memperingati 50 tahun keberadaan FPDA.
Dari sisi skala pelibatan alutsista, latgab 2021 jauh lebih besar. Seperti dilansir USNI News, latgab total melibatkan 2.600 personel, 10 kapal, satu kapal selam, enam helikopter maritim, tiga pesawat patroli maritim, 25 pesawat tempur, dua pesawat pendukung. Satu pesawat komando dan kontrol berpartisipasi dalam latihan tersebut.
baca juga: Amerika-Filipina Akan Gelar Latihan Militer Gabungan Terbesar
Sebelumnya, latgab militer FPDA digelar pada 2019. Latihan yang dilaksanakan di Malaysia itu melibatkan sekitar 3.000 personel militer, lebih dari selusin kapal, dan 100 pesawat terbang dari lima negara anggota.
Meski gaung latgab FPDA tidak menggetarkan, bagi Indonesia eksistensi pakta pertahanan tersebut dan langkah menggelar latgab tetap patut mendapat perhatian. Betapa tidak, bila dirunut sejarahnya, kelahiran FPDA spesifik diarahkan untuk menghadapi Indonesia yang ketika itu berkonfrontasi dengan Malaysia.
Namun dalam kondisi damai seperti saat ini, dan negara-negara anggota FPDA menjalin hubungan mesra dengan Indonesia, eksistensi FPDA dan latgab yang digelar pun menimbulkan tanda tanya.
Pertanyaan dimaksud antara lain, apakah sejatinya masih menganggap Indonesia masih musuh potensial? Bila dengan Indonesia sudah menjalin hubungan mesra, lantas negara mana yang menjadi ancaman? Sebaliknya dari perspektif Jakarta, apakah FPDA masih layak dipertimbangkan sebagai ancaman?
Tujuan Pembentukan dan Dinamika
Berdasar sejarah, FPDA merupakan kerja sama pertahanan yang ditandatangani pada 1971 antara Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia dan Singapura. Tujuan pembentukan sebagai wadah konsultasi 5 negara anggota untuk bersama-sama menentukan tindakan apa yang harus diambil secara kolektif atau terpisah dalam merespons munculnya ancaman atau serangan.
baca juga: AS Pantau Latihan Militer China di Sekitar Taiwan
Pembentukan FDPA dilakukan setelah Inggris pada Januari 1968 mengumumkan segera menarik pasukannya dari Malaysia dan Singapura pada 1971, sebagai hasil keputusan pada 1967 untuk menarik pasukannya di sebelah timur Terusan Suez.
Penarikan ini berkonsekwensi pada penghentian jaminan pertahanan Britania Raya atas Malaysia dan Singapura di bawah Perjanjian Pertahanan Anglo-Malaya. Karena itulah, 5 negara membuat keputusan bersama sebagai solusi atas kemungkinan serangan terhadap Malaysia dan Singapura setelah pasukan Inggris tidak lagi melindunginya.
Lihat Juga :