Ganjar Pranowo Bicara tentang Pentingnya Demokrasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Calon Presiden Ganjar Pranowo berbicara tentang pentingnya demokrasi yang memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi dalam proses politik. Hal itu dia sampaikan dalam sebuah kuliah umum di Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung.
Dalam acara bertajuk "Dialog Kebangsaan: Peran Pemuda dalam Masa Depan Politik Indonesia," Ganjar menyoroti peran pemuda dalam proses politik dan menyampaikan pemikiran tentang perubahan, demokrasi, dan keterlibatan pemuda dalam Pemilu 2024. Artikel ini menjelaskan pandangan dan data yang diungkapkan oleh Ganjar Pranowo selama kuliah umum tersebut.
Menurut Ganjar, yang telah menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode, ilmu pengetahuan terus berkembang, tetapi demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik. "Ilmu pengetahuan terus mencari tapi pilihan terbaiknya demokrasi karena semua bisa berpartisipasi."
Ganjar juga berbagi refleksi pribadinya tentang perjalanan politiknya. Ia mengakui bahwa jika tidak ada perubahan pada tahun 1998, kemungkinan besar ia tidak akan terlibat dalam politik. "Mungkin teman-teman, jika tidak ada perubahan di tahun 1998, saya mungkin tidak akan menjadi anggota parlemen di DPR. Jadi, siapa saya ini? Saya tidak memiliki urutan yang mungkin bisa menarik perhatian," ujarnya.
Data Mengenai Anak Pemuda di Pemilu
Ganjar memaparkan data yang sangat relevan dari lembaga penelitian CSIS, yaitu bahwa 54 persen pemilih anak muda di Pemilu 2024 akan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah bangsa Indonesia ke depan. "Tapi teman-teman, 54 persen dari pemilih anak muda pada Pemilu 2024 adalah anak muda. Dan saat kita menghadapi bonus demografi, ketika anak muda yang produktif berlimpah di tengah dunia yang multipolar, ketika kita berhadapan dengan disrupsi, teknologi informasi yang berkembang pesat, maka kita berada di pusatnya untuk membentuk arah bangsa ini," jelas Ganjar.
Ganjar juga menyentuh topik partisipasi pemilih, dengan merujuk pada Pemilu 2019. Menurut data CSIS, 91,3 persen anak muda telah menggunakan hak suaranya pada pemilu tersebut. Namun, ia juga mengingatkan potensi golput dan perlu adanya upaya untuk memahami alasan di balik sikap-sikap tersebut.
"Kita punya data dari CSIS bahwa 91,3 persen anak muda ikut dalam Pemilu 2019. Namun, ada yang mungkin tidak ingin ikut dalam pemilu besok? Kami ingin memahami sikap-sikap ini," katanya.
Selain itu, Ganjar menyoroti fakta bahwa 35,9 persen anak muda merasa tidak puas dengan sistem demokrasi saat ini. Ia menekankan bahwa demokrasi adalah sarana yang memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi, dan bahwa pemuda memiliki peran kunci dalam menggambarkan masa depan politik Indonesia.
Dalam acara bertajuk "Dialog Kebangsaan: Peran Pemuda dalam Masa Depan Politik Indonesia," Ganjar menyoroti peran pemuda dalam proses politik dan menyampaikan pemikiran tentang perubahan, demokrasi, dan keterlibatan pemuda dalam Pemilu 2024. Artikel ini menjelaskan pandangan dan data yang diungkapkan oleh Ganjar Pranowo selama kuliah umum tersebut.
Menurut Ganjar, yang telah menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua periode, ilmu pengetahuan terus berkembang, tetapi demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik. "Ilmu pengetahuan terus mencari tapi pilihan terbaiknya demokrasi karena semua bisa berpartisipasi."
Ganjar juga berbagi refleksi pribadinya tentang perjalanan politiknya. Ia mengakui bahwa jika tidak ada perubahan pada tahun 1998, kemungkinan besar ia tidak akan terlibat dalam politik. "Mungkin teman-teman, jika tidak ada perubahan di tahun 1998, saya mungkin tidak akan menjadi anggota parlemen di DPR. Jadi, siapa saya ini? Saya tidak memiliki urutan yang mungkin bisa menarik perhatian," ujarnya.
Data Mengenai Anak Pemuda di Pemilu
Ganjar memaparkan data yang sangat relevan dari lembaga penelitian CSIS, yaitu bahwa 54 persen pemilih anak muda di Pemilu 2024 akan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah bangsa Indonesia ke depan. "Tapi teman-teman, 54 persen dari pemilih anak muda pada Pemilu 2024 adalah anak muda. Dan saat kita menghadapi bonus demografi, ketika anak muda yang produktif berlimpah di tengah dunia yang multipolar, ketika kita berhadapan dengan disrupsi, teknologi informasi yang berkembang pesat, maka kita berada di pusatnya untuk membentuk arah bangsa ini," jelas Ganjar.
Ganjar juga menyentuh topik partisipasi pemilih, dengan merujuk pada Pemilu 2019. Menurut data CSIS, 91,3 persen anak muda telah menggunakan hak suaranya pada pemilu tersebut. Namun, ia juga mengingatkan potensi golput dan perlu adanya upaya untuk memahami alasan di balik sikap-sikap tersebut.
"Kita punya data dari CSIS bahwa 91,3 persen anak muda ikut dalam Pemilu 2019. Namun, ada yang mungkin tidak ingin ikut dalam pemilu besok? Kami ingin memahami sikap-sikap ini," katanya.
Selain itu, Ganjar menyoroti fakta bahwa 35,9 persen anak muda merasa tidak puas dengan sistem demokrasi saat ini. Ia menekankan bahwa demokrasi adalah sarana yang memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi, dan bahwa pemuda memiliki peran kunci dalam menggambarkan masa depan politik Indonesia.
(zik)