Pentingnya Pengelolaan Limbah Berkelanjutan Menuju Lingkungan Lebih Bersih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Limbah masih menjadi isu serius yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Limbah adalah hasil sampingan dari kegiatan domestik, aktivitas industri, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan.
Di Indonesia, sistem pembuangan limbah yang belum efisien dan masih belum memadai terlihat jelas dari tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA) di berbagai wilayah. Limbah yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan timbulan limbah yang dapat menjadi sarang bakteri penyebab penyakit.
Ketidakefektifan pengelolaan limbah berdampak negatif pada kesehatan masyarakat dan lingkungan. Situasi seperti ini juga bisa dimanfaatkan oleh individu atau kelompok yang tidak bertanggung jawab, yang dapat menggunakan limbah medis untuk keuntungan pribadi mereka.
Timbulan limbah atau sampah yang tidak mendapat penanganan yang memadai di TPS dan TPA akan menghasilkan gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) berlebih di udara yang menimbulkan efek gas rumah kaca (GRK).
Dampaknya sangat terasa dan berkontribusi pada terjadinya perubahan iklim, sehingga pengelolaan limbah dapat menjadi cara untuk mengurangi dampak perubahan iklim sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan.
Sampah yang bisa diolah kembali dan didaur ulang memiliki potensi untuk menjadi peluang ekonomi tambahan sumber pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan dan memberikan alternatif untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi masyarakat.
Laporan dari WHO mengindikasikan bahwa isu yang paling sering terkait dengan limbah adalah kurangnya kesadaran akan risiko kesehatan yang diakibatkannya, pelatihan yang kurang memadai dalam pengelolaan limbah yang tepat, keterbatasan dalam system administrasi dan penghapusan limbah serta kendala sumber daya manusia dan ekonomi.
Pada tahun 2015, seluruh anggota PBB sepakat untuk mengadopsi agenda pembangunan berkelanjutan sebagai upaya untuk mengatasi tantangan ekonomi dan mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini menegaskan bahwa betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan untuk keberlangsungan kehidupan manusia. Perkembangan ekonomi di masa depan sangat tergantung pada model bisnis yang menjunjung tinggi prinsip pembangunan keberlanjutan.
Masyarakat Indonesia sebagian besar masih tidak peduli pada pengelolaan limbah rumah tangganya, tenaga pengelola dari instansi penyelenggara kebersihan kota pun tidak konsisten dalam menangani pengelolaan limbah domestik perkotaan.
Limbah yang sudah dipilah dari sumbernya masih banyak ditemukan diangkut oleh truk sampah yang sama dalam satu kali pengambilan. Hal ini menyebabkan tercampurnya limbah pada saat diambil dari sumber, dikumpulkan di TPS sampai dibuang di TPA, sehingga biaya pengelolaan limbah menjadi lebih mahal jika akan dikelola untuk sirkular ekonomi dan pemanfaatan energi terbarukan.
Limbah anorganik yang sudah dipilah sesuai jenisnya dapat diolah menjadi bahan baku kembali yang dibutuhkan oleh industri terkait sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus dapat menjadi penggerak sirkular ekonomi. Limbah organik juga dapat diolah untuk menjadi kompos yang mempunyai nilai ekonomi mendukung kegiatan sirkular ekonomi juga.
Selain itu, proses biologi penguraian limbah organik di TPA akan menghasilkan metan (CH4) yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik terbarukan dan dapat digunakan oleh masyarkat setempat.
Limbah lain yang tidak dapat diolah dapat dibakar menggunakan teknologi pengolahan sampah termal yang zero emisi sehingga tidak mencemari lingkungan. Abu sisa pembakaran dapat digunakan untuk pembuatan bata khusus yang ramah lingkungan yang juga memiliki nilai ekonomi.
Untuk pengelolaan limbah yang berkelanjutan sangat dibutuhkan komitmen masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan sampah yang baik dan benar.
Oleh karena itu dibutukan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah serta diseminasi teknologi pengelolan dan pengolahan sampah yang dapat digunakan di Indonesia.
Oleh:Nur Fadilah Dewi
Mahasiswa S3 Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia
Di Indonesia, sistem pembuangan limbah yang belum efisien dan masih belum memadai terlihat jelas dari tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA) di berbagai wilayah. Limbah yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan timbulan limbah yang dapat menjadi sarang bakteri penyebab penyakit.
Ketidakefektifan pengelolaan limbah berdampak negatif pada kesehatan masyarakat dan lingkungan. Situasi seperti ini juga bisa dimanfaatkan oleh individu atau kelompok yang tidak bertanggung jawab, yang dapat menggunakan limbah medis untuk keuntungan pribadi mereka.
Timbulan limbah atau sampah yang tidak mendapat penanganan yang memadai di TPS dan TPA akan menghasilkan gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) berlebih di udara yang menimbulkan efek gas rumah kaca (GRK).
Dampaknya sangat terasa dan berkontribusi pada terjadinya perubahan iklim, sehingga pengelolaan limbah dapat menjadi cara untuk mengurangi dampak perubahan iklim sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan.
Sampah yang bisa diolah kembali dan didaur ulang memiliki potensi untuk menjadi peluang ekonomi tambahan sumber pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan dan memberikan alternatif untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi masyarakat.
Laporan dari WHO mengindikasikan bahwa isu yang paling sering terkait dengan limbah adalah kurangnya kesadaran akan risiko kesehatan yang diakibatkannya, pelatihan yang kurang memadai dalam pengelolaan limbah yang tepat, keterbatasan dalam system administrasi dan penghapusan limbah serta kendala sumber daya manusia dan ekonomi.
Pada tahun 2015, seluruh anggota PBB sepakat untuk mengadopsi agenda pembangunan berkelanjutan sebagai upaya untuk mengatasi tantangan ekonomi dan mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini menegaskan bahwa betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan untuk keberlangsungan kehidupan manusia. Perkembangan ekonomi di masa depan sangat tergantung pada model bisnis yang menjunjung tinggi prinsip pembangunan keberlanjutan.
Masyarakat Indonesia sebagian besar masih tidak peduli pada pengelolaan limbah rumah tangganya, tenaga pengelola dari instansi penyelenggara kebersihan kota pun tidak konsisten dalam menangani pengelolaan limbah domestik perkotaan.
Limbah yang sudah dipilah dari sumbernya masih banyak ditemukan diangkut oleh truk sampah yang sama dalam satu kali pengambilan. Hal ini menyebabkan tercampurnya limbah pada saat diambil dari sumber, dikumpulkan di TPS sampai dibuang di TPA, sehingga biaya pengelolaan limbah menjadi lebih mahal jika akan dikelola untuk sirkular ekonomi dan pemanfaatan energi terbarukan.
Limbah anorganik yang sudah dipilah sesuai jenisnya dapat diolah menjadi bahan baku kembali yang dibutuhkan oleh industri terkait sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus dapat menjadi penggerak sirkular ekonomi. Limbah organik juga dapat diolah untuk menjadi kompos yang mempunyai nilai ekonomi mendukung kegiatan sirkular ekonomi juga.
Selain itu, proses biologi penguraian limbah organik di TPA akan menghasilkan metan (CH4) yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik terbarukan dan dapat digunakan oleh masyarkat setempat.
Limbah lain yang tidak dapat diolah dapat dibakar menggunakan teknologi pengolahan sampah termal yang zero emisi sehingga tidak mencemari lingkungan. Abu sisa pembakaran dapat digunakan untuk pembuatan bata khusus yang ramah lingkungan yang juga memiliki nilai ekonomi.
Untuk pengelolaan limbah yang berkelanjutan sangat dibutuhkan komitmen masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan sampah yang baik dan benar.
Oleh karena itu dibutukan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah serta diseminasi teknologi pengelolan dan pengolahan sampah yang dapat digunakan di Indonesia.
Oleh:Nur Fadilah Dewi
Mahasiswa S3 Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia
(hab)