Almas Tsaqibbirru Ngaku Tak Kenal Gibran Rakabuming Raka
loading...
A
A
A
SOLO - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Surakarta (UNSA) Almas Tsaqibbirru mengaku tidak mengenal Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka . Sosok Almas menyita perhatian publik pascaputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai batas usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Dia meminta MK mengubah batas usia minimal capres-cawapres menjadi 40 tahun atau memiliki pengalaman sebagai kepala daerah. MK mengabulkan sebagian permohonan yang menguji Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu).
Gugatan perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 itu diajukan oleh Almas. Putusan MK membuat peluang Gibran Rakabuming Raka maju dalam Pilpres 2024 terbuka lebar meskipun usianya kini 36 tahun.
Terlebih santer kabar, Gibran akan dipinang menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Salah satu alasan dirinya melakukan gugatan karena prihatin banyak orang-orang yang memiliki potensi untuk maju tapi terhalang batas usia.
Namun, dia menampik tudingan gugatannya untuk memuluskan Gibran maju sebagai cawapres. “Ini tidak ada kaitannya dengan Mas Gibran, ini murni niat dari saya sendiri, tidak ada intervensi pihak mana pun,” katanya saat ditemui di kawasan Stadion Manahan Solo, Senin (16/10/2023) malam.
Setelah selesai gugatan dan sebagian dikabulkan, dirinya tidak mau mengotak-atik lagi. Dirinya ingin politik di Indonesia lebih dinamis dan banyak varian. Sedangkan ide menambah materi gugatan, yakni pernah menjadi kepala daerah, merupakan hasil diskusi dengan kuasa hukum.
Pada sisi lain, putusan MK ini membuat nama Almas Tsaqibbirru turut menjadi sorotan publik yang penasaran dengan sosoknya. Almas belakangan diketahui merupakan anak pertama Koordinator Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman.
Almas kelahiran 16 Mei 2000. Ia tinggal di Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Solo. Saat ini, ia tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Surakarta (UNSA) semester 8. Pada akhir Oktober 2023, dia akan diwisuda sebagai sarjana.
Setelah wisuda, pria berusia 23 tahun ini berencana mempersunting kekasih pujaan hatinya awal 2024 mendatang. Kekasihnya bernama Anisa, perempuan asal Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Anisa sebelumnya merupakan teman di kampus UNSA.
Ditanya apakah akan bersedia menjadi tim sukses (timses) jika Gibran benar-benar menjadi cawapres, dengan tegas Almas menolak. “Saya mau nikah saja, dari pada ngurusin timses,” ucapnya.
Setelah diwisuda, dia ingin menjadi pengacara dan bekerja di Kalimantan. Salah satu pertimbangannya karena Ibu Kota Negara (IKN) berada di Kalimantan. Dirinya berusaha visioner dan yakin akan banyak pekerjaan di IKN.
Dia memastikan bahwa gugatan yang dilayangkan ke MK tidak ada intervensi dari pihak mana pun. Dia juga mengaku tidak kenal dengan Gibran. Selama proses gugatan di MK, dirinya mengikuti sidang tiga kali. Materi gugatan melalui diskusi bersama kuasa hukumnya Arif Sahudi.
Dia meminta MK mengubah batas usia minimal capres-cawapres menjadi 40 tahun atau memiliki pengalaman sebagai kepala daerah. MK mengabulkan sebagian permohonan yang menguji Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu).
Gugatan perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 itu diajukan oleh Almas. Putusan MK membuat peluang Gibran Rakabuming Raka maju dalam Pilpres 2024 terbuka lebar meskipun usianya kini 36 tahun.
Terlebih santer kabar, Gibran akan dipinang menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Salah satu alasan dirinya melakukan gugatan karena prihatin banyak orang-orang yang memiliki potensi untuk maju tapi terhalang batas usia.
Namun, dia menampik tudingan gugatannya untuk memuluskan Gibran maju sebagai cawapres. “Ini tidak ada kaitannya dengan Mas Gibran, ini murni niat dari saya sendiri, tidak ada intervensi pihak mana pun,” katanya saat ditemui di kawasan Stadion Manahan Solo, Senin (16/10/2023) malam.
Setelah selesai gugatan dan sebagian dikabulkan, dirinya tidak mau mengotak-atik lagi. Dirinya ingin politik di Indonesia lebih dinamis dan banyak varian. Sedangkan ide menambah materi gugatan, yakni pernah menjadi kepala daerah, merupakan hasil diskusi dengan kuasa hukum.
Pada sisi lain, putusan MK ini membuat nama Almas Tsaqibbirru turut menjadi sorotan publik yang penasaran dengan sosoknya. Almas belakangan diketahui merupakan anak pertama Koordinator Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman.
Almas kelahiran 16 Mei 2000. Ia tinggal di Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Solo. Saat ini, ia tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Surakarta (UNSA) semester 8. Pada akhir Oktober 2023, dia akan diwisuda sebagai sarjana.
Setelah wisuda, pria berusia 23 tahun ini berencana mempersunting kekasih pujaan hatinya awal 2024 mendatang. Kekasihnya bernama Anisa, perempuan asal Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Anisa sebelumnya merupakan teman di kampus UNSA.
Ditanya apakah akan bersedia menjadi tim sukses (timses) jika Gibran benar-benar menjadi cawapres, dengan tegas Almas menolak. “Saya mau nikah saja, dari pada ngurusin timses,” ucapnya.
Setelah diwisuda, dia ingin menjadi pengacara dan bekerja di Kalimantan. Salah satu pertimbangannya karena Ibu Kota Negara (IKN) berada di Kalimantan. Dirinya berusaha visioner dan yakin akan banyak pekerjaan di IKN.
Dia memastikan bahwa gugatan yang dilayangkan ke MK tidak ada intervensi dari pihak mana pun. Dia juga mengaku tidak kenal dengan Gibran. Selama proses gugatan di MK, dirinya mengikuti sidang tiga kali. Materi gugatan melalui diskusi bersama kuasa hukumnya Arif Sahudi.
(rca)