Pengamat Sebut NU, Jokowi, dan Sepakbola Punya Peran Kunci pada Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Suropati Syndicate Muh Shujahri menilai tiga hal yang memiliki peran kunci pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Ketiganya, yakni Nahdlatul Ulama (NU), Presiden Jokowi, dan Sepakbola.
Shujahri berpandangan pentingnya Jawa Timur dalam pilpres di Indonesia. Sebab Jawa Timur yang sering disebut sebagai wilayah pertempuran (battle ground), menjadi penentu utama hasil Pilpres sejak tahun 2004.
Dengan jumlah pemilih mencapai 31 juta, Jawa Timur menjadi salah satu wilayah dengan jumlah pemilih terbesar setelah Jawa Barat yang memiliki total 35 juta pemilih.
Namun, perbedaannya terletak pada pola pemilihan. Pemilih di Jawa Barat cenderung memiliki kecenderungan yang sama, sementara di Jawa Timur, arah dukungan pemilih lebih dinamis.
"Jatim menjadi provinsi sulit ditebak. Hal ini karena komposisi wilayah Jatim yang memiliki karakter ideologi berbeda-beda. Setidaknya ada tiga kluster ideologi utama di sana, yakni Mataraman, Tapal Kuda, dan Arek," kata Shujahri dalam keterangan persnya, Selasa (10/10/2023).
Mataraman mencakup wilayah yang memiliki irisan dengan Jawa Tengah, sedangkan Tapal Kuda adalah basis kekuatan santri tradisional (NU) yang meliputi wilayah Probolinggo hingga Madura. Sedangkan wilayah Arek, di sisi lain adalah wilayah perkotaan yang meliputi Surabaya hingga Malang.
Menurut Shujahri, kompleksitas komposisi ideologi pemilih di Jawa Timur membuat politik di wilayah tersebut sulit diprediksi. Sejarah juga menunjukkan bahwa belum ada calon yang berhasil merepresentasikan satu kluster ideologi tertentu, terutama kluster tapal kuda (NU).
Shujahri menjelaskan, Klaster ini ditentukan oleh bagaimana calon bisa mendapatkan dukungan kiai khos, pesantren besar, maupun simpati dari santri. Di Tapal Kuda ada ratusan kiai khos dan pesantren besar.
"Jumlah santrinya pun bisa mencapai ratusan ribu. Walhasil, jadi pekerjaan amat besar bagi calon untuk bisa merebut suara mutlak dari kalangan santri," tambahnya.
Dalam konteks Pilpres 2014, kata dia, dukungan dari kiai khos kemungkinan akan terbagi ke beberapa calon presiden/wakil presiden yang memiliki koneksi dengan NU, sehingga suara dari wilayah tapal kuda akan terpecah.
Ia menekankan bahwa wilayah Mataraman memiliki dinamika politik yang unik, dan faktor-faktor ini akan berperan penting dalam menentukan hasil Pilpres di provinsi tersebut.
Shujahri juga menyoroti faktor-faktor lain yang bisa memengaruhi hasil di Jawa Timur, seperti mesin partai, dukungan dari Presiden Jokowi, dan bahkan sepakbola.
Lihat Juga: Tom Lembong Ditahan Kejagung, Pakar Ingatkan Omongan Jokowi Minta Kebijakan Jangan Dikriminalisasi
Shujahri berpandangan pentingnya Jawa Timur dalam pilpres di Indonesia. Sebab Jawa Timur yang sering disebut sebagai wilayah pertempuran (battle ground), menjadi penentu utama hasil Pilpres sejak tahun 2004.
Dengan jumlah pemilih mencapai 31 juta, Jawa Timur menjadi salah satu wilayah dengan jumlah pemilih terbesar setelah Jawa Barat yang memiliki total 35 juta pemilih.
Namun, perbedaannya terletak pada pola pemilihan. Pemilih di Jawa Barat cenderung memiliki kecenderungan yang sama, sementara di Jawa Timur, arah dukungan pemilih lebih dinamis.
"Jatim menjadi provinsi sulit ditebak. Hal ini karena komposisi wilayah Jatim yang memiliki karakter ideologi berbeda-beda. Setidaknya ada tiga kluster ideologi utama di sana, yakni Mataraman, Tapal Kuda, dan Arek," kata Shujahri dalam keterangan persnya, Selasa (10/10/2023).
Mataraman mencakup wilayah yang memiliki irisan dengan Jawa Tengah, sedangkan Tapal Kuda adalah basis kekuatan santri tradisional (NU) yang meliputi wilayah Probolinggo hingga Madura. Sedangkan wilayah Arek, di sisi lain adalah wilayah perkotaan yang meliputi Surabaya hingga Malang.
Menurut Shujahri, kompleksitas komposisi ideologi pemilih di Jawa Timur membuat politik di wilayah tersebut sulit diprediksi. Sejarah juga menunjukkan bahwa belum ada calon yang berhasil merepresentasikan satu kluster ideologi tertentu, terutama kluster tapal kuda (NU).
Shujahri menjelaskan, Klaster ini ditentukan oleh bagaimana calon bisa mendapatkan dukungan kiai khos, pesantren besar, maupun simpati dari santri. Di Tapal Kuda ada ratusan kiai khos dan pesantren besar.
"Jumlah santrinya pun bisa mencapai ratusan ribu. Walhasil, jadi pekerjaan amat besar bagi calon untuk bisa merebut suara mutlak dari kalangan santri," tambahnya.
Dalam konteks Pilpres 2014, kata dia, dukungan dari kiai khos kemungkinan akan terbagi ke beberapa calon presiden/wakil presiden yang memiliki koneksi dengan NU, sehingga suara dari wilayah tapal kuda akan terpecah.
Ia menekankan bahwa wilayah Mataraman memiliki dinamika politik yang unik, dan faktor-faktor ini akan berperan penting dalam menentukan hasil Pilpres di provinsi tersebut.
Shujahri juga menyoroti faktor-faktor lain yang bisa memengaruhi hasil di Jawa Timur, seperti mesin partai, dukungan dari Presiden Jokowi, dan bahkan sepakbola.
Lihat Juga: Tom Lembong Ditahan Kejagung, Pakar Ingatkan Omongan Jokowi Minta Kebijakan Jangan Dikriminalisasi
(thm)