Menanamkan Toleransi dan Nasionalisme Sejak Dini lewat Keluarga dan Lembaga Pendidikan
loading...
A
A
A
"Hal yang kami khawatirkan adalah beberapa sekolah ini sudah tidak menjadikan Pancasila sebagai landasan bernegaranya. Bahkan dari lembaga pendidikan ini ada yang sudah mulai mengajarkan teknik bersenjata dan berperang pada anak didiknya. Materi pelajaran agama yang berisi kisah para nabi justru tidak diambil sifat-sifat teladan mereka, namun dibelokkan untuk membakar semangat berperang," imbuh Tika.
Tika pun menambahkan, jika kita berkaca pada negara-negara maju, maka sebenarnya cara Indonesia menanamkan rasa nasionalisme pada generasi muda masih kurang baik. Sebagai contoh, sebelum pelajaran sekolah dimulai, siswa Amerika Serikat mengucapkan sumpah setia (pledge) terhadap negaranya.
"Hampir semua siswa di sana, baik yang pribumi maupun pendatang, itu bisa hafal kalimat sumpahnya di luar kepala. Penanaman nasionalisme seperti ini yang saya rasa belum dimiliki oleh sistem pendidikan di Indonesia," tambah Tika.
Tika pun berharap bahwa semua orang tua di Indonesia bisa menanamkan rasa nasionalisme dan toleransi yang tinggi kepada anak-anaknya. Semangat kebhinekaan nyatanya hanya ditemukan di Indonesia, bahkan beberapa negara lain justru iri melihat Indonesia yang warganya bisa membaur antar etnis.
"Seperti di Singapura dan Malaysia saja, itu sangat susah sekali menyatukan etnis India, Tiongkok, dan Melayu. Mereka tidak punya nilai kebangsaan yang bisa mempersatukan perbedaan etnisnya. Mereka pun iri melihat Indonesia yang walaupun terdiri dari banyak etnis dan suku bisa sepakat untuk bersatu dan menggunakan bahasa yang sama, bahasa Indonesia. Ini jelas tidak akan kita temukan di manapun kecuali hanya di Indonesia," kata Tika.
Tika pun menambahkan, jika kita berkaca pada negara-negara maju, maka sebenarnya cara Indonesia menanamkan rasa nasionalisme pada generasi muda masih kurang baik. Sebagai contoh, sebelum pelajaran sekolah dimulai, siswa Amerika Serikat mengucapkan sumpah setia (pledge) terhadap negaranya.
"Hampir semua siswa di sana, baik yang pribumi maupun pendatang, itu bisa hafal kalimat sumpahnya di luar kepala. Penanaman nasionalisme seperti ini yang saya rasa belum dimiliki oleh sistem pendidikan di Indonesia," tambah Tika.
Tika pun berharap bahwa semua orang tua di Indonesia bisa menanamkan rasa nasionalisme dan toleransi yang tinggi kepada anak-anaknya. Semangat kebhinekaan nyatanya hanya ditemukan di Indonesia, bahkan beberapa negara lain justru iri melihat Indonesia yang warganya bisa membaur antar etnis.
"Seperti di Singapura dan Malaysia saja, itu sangat susah sekali menyatukan etnis India, Tiongkok, dan Melayu. Mereka tidak punya nilai kebangsaan yang bisa mempersatukan perbedaan etnisnya. Mereka pun iri melihat Indonesia yang walaupun terdiri dari banyak etnis dan suku bisa sepakat untuk bersatu dan menggunakan bahasa yang sama, bahasa Indonesia. Ini jelas tidak akan kita temukan di manapun kecuali hanya di Indonesia," kata Tika.
(abd)