Mencintai Tak Haus Memiliki
loading...
A
A
A
Tidak banyak kolektor seni grafis, kecuali kolektor karya yang diaplikasikan ke dalam produk-produk industri. Ada baiknya cetak karya-karya seniman grafis pada barang pakai sesuai kodrat kelahiran seni grafis yang repetitif.
Kedudukan seni itu setara. Berhenti memikirkan bagaimana seni grafis menjadi lebih bergengsi, populer dari seni lukis. Seniman grafisnya saja jadikan yang bergengsi dan populer. Meskipun masalah dengan hal itu, sebagian perkembangan seni juga akibat dari adanya perselisihan. Namun biarkan saja, karena semua itu akan berlalu.
Secara eksplisit buku Dikutuk Disumpahi Eros bercerita kisah cinta Syahrizal Pahlevi dengan seni grafis dan perjuangannya. Pahit getirnya dan manis madu perjalanan mempertahankan cintanya terhadap seni grafis, serta bagaimana menjaga api semangatnya tetap menyala.
baca juga: Buku Teladan dari Tiongkok Diluncurkan
Tampaknya di sanalah spirit hidup seribu tahun terus ada, semacam tanggung jawab moral meraih cita-cita mulia. Seni grafis diapresiasi dalam kebanggaan tersendiri bagi para pelakunya.
Mengapa Syahrizal Pahlevi begitu peduli dengan seni grafis? Padahal bukan tanggung jawabnya sepenuhnya. Dia sendiri lulusan Program Studi Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (FSRD ISI) Yogyakarta. Di mana seniman lainnya yang notabene seniman grafis? Ayolah dibantu didukung.
Apa yang dilakukan Eros syarat beban dan rintangan. Apabila bukan karena ketulusan cintanya, kesabaran, dan dukungan dari berbagai pihak, kisah cintanya akan bertepuk sebelah tangan.
Ia menjaga seni grafis dengan terus produktif berkarya, dan menjaga stabilitas dengan membuat event-event seni grafis. Membuat ide event kreatif, inovatif, alternatif, baik lokal dengan komunitas dan individual, serta event internasional.
Ketekunan dan keuletannya dalam merawat ritme lalu lintas kegiatan seni grafis, memberi semangat para pegrafis tetap eksis dan mendapat tempat di rumah pecinta grafis serta di hati senimannya.
Sedikit seniman mengolah seni grafis sebagai kegiatan berkesenian, banyak seniman yang menekuni seni grafis justru bukan dari jurusan seni grafis. Semakin sedikit seniman persaingannya semakin gampang dan senimannya mudah dikenali.
Kedudukan seni itu setara. Berhenti memikirkan bagaimana seni grafis menjadi lebih bergengsi, populer dari seni lukis. Seniman grafisnya saja jadikan yang bergengsi dan populer. Meskipun masalah dengan hal itu, sebagian perkembangan seni juga akibat dari adanya perselisihan. Namun biarkan saja, karena semua itu akan berlalu.
Secara eksplisit buku Dikutuk Disumpahi Eros bercerita kisah cinta Syahrizal Pahlevi dengan seni grafis dan perjuangannya. Pahit getirnya dan manis madu perjalanan mempertahankan cintanya terhadap seni grafis, serta bagaimana menjaga api semangatnya tetap menyala.
baca juga: Buku Teladan dari Tiongkok Diluncurkan
Tampaknya di sanalah spirit hidup seribu tahun terus ada, semacam tanggung jawab moral meraih cita-cita mulia. Seni grafis diapresiasi dalam kebanggaan tersendiri bagi para pelakunya.
Mengapa Syahrizal Pahlevi begitu peduli dengan seni grafis? Padahal bukan tanggung jawabnya sepenuhnya. Dia sendiri lulusan Program Studi Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (FSRD ISI) Yogyakarta. Di mana seniman lainnya yang notabene seniman grafis? Ayolah dibantu didukung.
Apa yang dilakukan Eros syarat beban dan rintangan. Apabila bukan karena ketulusan cintanya, kesabaran, dan dukungan dari berbagai pihak, kisah cintanya akan bertepuk sebelah tangan.
Ia menjaga seni grafis dengan terus produktif berkarya, dan menjaga stabilitas dengan membuat event-event seni grafis. Membuat ide event kreatif, inovatif, alternatif, baik lokal dengan komunitas dan individual, serta event internasional.
Ketekunan dan keuletannya dalam merawat ritme lalu lintas kegiatan seni grafis, memberi semangat para pegrafis tetap eksis dan mendapat tempat di rumah pecinta grafis serta di hati senimannya.
Sedikit seniman mengolah seni grafis sebagai kegiatan berkesenian, banyak seniman yang menekuni seni grafis justru bukan dari jurusan seni grafis. Semakin sedikit seniman persaingannya semakin gampang dan senimannya mudah dikenali.