TNI dan Tantangan Indonesia Emas
loading...
A
A
A
Sunanto
Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Ketua OKK DPP Taruna Merah Putih, Juru Bicara Ganjar Pranowo
Setiap tanggal 5 Oktober Indonesia merayakan HUT TNI . Sebagai bagian dari sejarah bangsa, tentu Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki peran yang sangat strategis. Tidak hanya sebatas menjaga keamanan kedaulatan negara (security), tetapi juga kontribusinya dalam pembangunan
Apalagi hari ini di tengah gejolak ekonomi global, menguatnya populisme, masih besarnya ancaman non-tradisional serta kebangkitan ancaman tradisional seperti perang Rusia dan Ukraina membuat perayaan HUT ke-78 TNI menjadi penting untuk menjadi medium mendiskusikan kembali reformasi TNI sejak setidaknya Reformasi 1998 serta relevansinya untuk menata ulang TNI masa depan
Meskipun dalam negeri relatif lebih damai baik dari ancaman yang bersifat tradisional seperti perang maupun non-tradisional seperti separatisme dan terorisme bisa dikendalikan dan ditanggulangi, akan tetapi ancaman ke depan dengan begitu cepatnya revolusi ancaman yang ada seperti perang siber, geopolitik, perubahan iklim, dan ancaman ketahanan pangan (food security) membutuhkan TNI yang modern, sehingga dapat merespons perubahan ancaman yang ada.
Paling dapat dilihat adalah terus meningkatnya ancaman geopolitik di Laut China Selatan (LCS) misalnya yang mengancam kedaulatan negara. LCS juga berpotensi menjadi pemicu utama munculnya perang dagang di kawasan serta instabilitas kawasan ASEAN yang sejauh ini relatif damai.
Peran TNI sejauh ini dalam menjaga kedaulatan harus diapresiasi karena baik dengan patroli maupun deterence mampu membuat China tidak melanggar ketentuan kedaulatan. Tidak cukup dengan apresiasi, pemerintah seharusnya terus mempercepat akumulasi kekuatan dengan mencapai Minimum Essential Forces (MEF) karena Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara-negara di kawasan
Selain MEF, TNI juga perlu memulai modernisasi tidak hanya yang bersifat material berupa kekuatan militer tetapi juga modernisasi pasukan yang lebih adaptif dengan perubahan ancaman terutama ancaman perang siber. Mengingat model ancaman siber akan memaksa perubahan paradigma pertahanan dalam merespons ancaman dari yang sangat state centric menjadi sangat personal terutama menyangkut keamanan data pribadi.
Perubahan paradigma ancaman dan pertahanan di masa depan membutuhkan TNI yang lebih aware terhadap perubahan, sehingga perlunya membangun sinergi dan kolaborasi dalam menghadapi ancaman baru. TNI bisa berkolaborasi dengan mengadopsi quadruple helix model dengan memadukan government, private sector, civil society, dan university dalam menghadapi ancaman perang siber
Dengan mengadopsi kolaborasi dan sinergi tidak hanya mampu menghadapi model ancaman-ancaman baru, tapi juga akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap TNI yang dekat dengan rakyat. Dukungan rakyat sangat penting bagi TNI agar percepatan reformasi dan modernisasi mempercepat profesionalisme TNI. Kemampuan TNI dalam merespons ancaman sekarang dan akan datang akan menentukan stabilitas keamanan negara yang tidak hanya memberi rasa aman kepada rakyat atau keutuhan kedaulatan negara, tetapi juga penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Aspek pertumbuhan ekonomi sangat penting bagi Indonesia sebagai negara middle power yang berupaya menaikkan status sebagai negara maju pada tahun 2045 sehingga antara keamanan dan pertumbuhan ekonomi tidak bisa dipisahkan. Maka pada momentum HUT ke-78 TNI kali ini pengarusutamaan terwujudnya TNI yang profesional dan modern yang mampu merespons tantangan ke depan sudah mulai diperbincangkan dan menjadi diskursus publik
Sebagai civil society, saya sangat mendorong model sinergi TNI dengan rakyat sehingga tidak lagi sering menimbulkan persepsi TNI vis a vis dengan rakyat ketika terjadi konflik seperti di Rempang. TNI dan rakyat tidak bisa lagi dipersepsikan berhadap-hadapan. Karena kalau ini terus direproduksi maka tidak hanya rakyat dan TNI yang dirugikan, tetapi bangsa dan negara.
Yang perlu kita lakukan adalah terus mendorong TNI untuk memodernisasi lembaga dan pasukannya agar terus mampu menjawab tantangan perubahan zaman yang terus dinamis. Apabila TNI mampu menjaga segala ancaman model lama dan baru maka dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi akan muncul karena salah satu bahan bakar dari pertumbuhan ekonomi adalah stabilitas keamanan.
Konsekuensi ketika stabilitas dan ekonomi dapat tumbuh adalah percepatan modernisasi TNI, terutama tercapainya MEF yang menjadi kebutuhan pokok dari pertahanan dan keamanan negara. Untuk mewujudkan semuanya, perlu civil society yang terus mendukung TNI karena semua muaranya adalah demi bangsa dan negara. Tanpa itu semua, Indonesia Emas 2045 hanya akan jadi wacana belaka.
Selamat Hari TNI. Jaya di darat, laut, dan udara!
Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Ketua OKK DPP Taruna Merah Putih, Juru Bicara Ganjar Pranowo
Setiap tanggal 5 Oktober Indonesia merayakan HUT TNI . Sebagai bagian dari sejarah bangsa, tentu Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki peran yang sangat strategis. Tidak hanya sebatas menjaga keamanan kedaulatan negara (security), tetapi juga kontribusinya dalam pembangunan
Apalagi hari ini di tengah gejolak ekonomi global, menguatnya populisme, masih besarnya ancaman non-tradisional serta kebangkitan ancaman tradisional seperti perang Rusia dan Ukraina membuat perayaan HUT ke-78 TNI menjadi penting untuk menjadi medium mendiskusikan kembali reformasi TNI sejak setidaknya Reformasi 1998 serta relevansinya untuk menata ulang TNI masa depan
Meskipun dalam negeri relatif lebih damai baik dari ancaman yang bersifat tradisional seperti perang maupun non-tradisional seperti separatisme dan terorisme bisa dikendalikan dan ditanggulangi, akan tetapi ancaman ke depan dengan begitu cepatnya revolusi ancaman yang ada seperti perang siber, geopolitik, perubahan iklim, dan ancaman ketahanan pangan (food security) membutuhkan TNI yang modern, sehingga dapat merespons perubahan ancaman yang ada.
Paling dapat dilihat adalah terus meningkatnya ancaman geopolitik di Laut China Selatan (LCS) misalnya yang mengancam kedaulatan negara. LCS juga berpotensi menjadi pemicu utama munculnya perang dagang di kawasan serta instabilitas kawasan ASEAN yang sejauh ini relatif damai.
Peran TNI sejauh ini dalam menjaga kedaulatan harus diapresiasi karena baik dengan patroli maupun deterence mampu membuat China tidak melanggar ketentuan kedaulatan. Tidak cukup dengan apresiasi, pemerintah seharusnya terus mempercepat akumulasi kekuatan dengan mencapai Minimum Essential Forces (MEF) karena Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara-negara di kawasan
Selain MEF, TNI juga perlu memulai modernisasi tidak hanya yang bersifat material berupa kekuatan militer tetapi juga modernisasi pasukan yang lebih adaptif dengan perubahan ancaman terutama ancaman perang siber. Mengingat model ancaman siber akan memaksa perubahan paradigma pertahanan dalam merespons ancaman dari yang sangat state centric menjadi sangat personal terutama menyangkut keamanan data pribadi.
Perubahan paradigma ancaman dan pertahanan di masa depan membutuhkan TNI yang lebih aware terhadap perubahan, sehingga perlunya membangun sinergi dan kolaborasi dalam menghadapi ancaman baru. TNI bisa berkolaborasi dengan mengadopsi quadruple helix model dengan memadukan government, private sector, civil society, dan university dalam menghadapi ancaman perang siber
Dengan mengadopsi kolaborasi dan sinergi tidak hanya mampu menghadapi model ancaman-ancaman baru, tapi juga akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap TNI yang dekat dengan rakyat. Dukungan rakyat sangat penting bagi TNI agar percepatan reformasi dan modernisasi mempercepat profesionalisme TNI. Kemampuan TNI dalam merespons ancaman sekarang dan akan datang akan menentukan stabilitas keamanan negara yang tidak hanya memberi rasa aman kepada rakyat atau keutuhan kedaulatan negara, tetapi juga penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Aspek pertumbuhan ekonomi sangat penting bagi Indonesia sebagai negara middle power yang berupaya menaikkan status sebagai negara maju pada tahun 2045 sehingga antara keamanan dan pertumbuhan ekonomi tidak bisa dipisahkan. Maka pada momentum HUT ke-78 TNI kali ini pengarusutamaan terwujudnya TNI yang profesional dan modern yang mampu merespons tantangan ke depan sudah mulai diperbincangkan dan menjadi diskursus publik
Sebagai civil society, saya sangat mendorong model sinergi TNI dengan rakyat sehingga tidak lagi sering menimbulkan persepsi TNI vis a vis dengan rakyat ketika terjadi konflik seperti di Rempang. TNI dan rakyat tidak bisa lagi dipersepsikan berhadap-hadapan. Karena kalau ini terus direproduksi maka tidak hanya rakyat dan TNI yang dirugikan, tetapi bangsa dan negara.
Yang perlu kita lakukan adalah terus mendorong TNI untuk memodernisasi lembaga dan pasukannya agar terus mampu menjawab tantangan perubahan zaman yang terus dinamis. Apabila TNI mampu menjaga segala ancaman model lama dan baru maka dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi akan muncul karena salah satu bahan bakar dari pertumbuhan ekonomi adalah stabilitas keamanan.
Konsekuensi ketika stabilitas dan ekonomi dapat tumbuh adalah percepatan modernisasi TNI, terutama tercapainya MEF yang menjadi kebutuhan pokok dari pertahanan dan keamanan negara. Untuk mewujudkan semuanya, perlu civil society yang terus mendukung TNI karena semua muaranya adalah demi bangsa dan negara. Tanpa itu semua, Indonesia Emas 2045 hanya akan jadi wacana belaka.
Selamat Hari TNI. Jaya di darat, laut, dan udara!
(zik)