Mengharukan, Jenderal Kopassus Ini Bertemu Bekas Musuh Paling Ditakuti di Medan Operasi Kalimantan
loading...
A
A
A
Setelah menunggu cukup lama, target yang diburu pun akhirnya datang. Tanpa menunggu lama, Hendropriyono bersama anak buahnya langsung melakukan penyergapan ke dalam markas musuh. Duel maut antara Hendropriyono dengan Sukirjan alias Siauw Ah San tidak terelakkan. Dalam pertarungan tersebut, jari kelingking mantan Pangdam Jaya ini nyaris putus akibat terkena sabetan bayonet. Tidak hanya itu, pangkal paha kiri Hendropriyono juga mendapat luka cukup serius akibat ditusuk bayonet.
Dalam duel maut satu lawan satu itu, Hendropriyono akhirnya berhasil mengalahkan musuhnya. Sukirjan alias Siauw Ah San tewas setelah ditembak oleh Hendropriyono. Meski demikian, akibat luka yang dideritanya cukup parah, mantan Dankodiklat TNI AD ini harus dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Mempawah untuk menjalani perawatan medis.
Meski berhasil menembak mati Sukirjan alias Siauw Ah San, namun Boong Kee Chok tokoh utama, penggagas sekaligus pendiri PGRS/Paraku tidak berhasil ditangkap. Saat menjalani perawatan di rumah sakit Hendropriyono mendapat kabar jika Boong Kee Chok menyerahkan diri.
Bertemu Bekas Musuh
Seiring perjalanan waktu, pemberontakan PGRS/Paraku berhasil diredam. Meski begitu Hendropriyono tidak pernah bertemu dengan Boong Kee Chok, sosok yang sangat ditakuti dan tersohor di rimba Kalimantan Utara dan Barat.
Hingga momen yang tidak disangka-sangka itupun terjadi. Dua orang yang selama ini saling berhadap-hadapan di medan tempur dan berupaya saling membunuh akhirnya bertemu.
Pertemuan di lobi Hotel Four Seasons, Singapura itu berawal dari upaya Mark Wee seorang pemuda Malaysia kelahiran Sarawak, teman Hendropriyono yang menyatakan kesediaannya untuk mempertemukan keduanya. ”Betapa ingin saya melihat wajah orang yang 38 tahun lalu kita kejar-kejar bersama seluruh prajurit ABRI,” ucapnya.
Setelah menunggu cukup lama di lobi hotel, tiba-tiba rombongan keluarga Mark Wee tiba. Tampak ayah Mark, Datuk Amar Wee Hood Teck yang duduk di kursi roda didorong istrinya Datin Amar Wee. Kemudian Irene, istri Mark.
Di antara keluarga Mark Wee, tiba-tiba seseorang berkulit gelap legam yang berada di belakang Irene langsung memperkenalkan diri, "Saya, Bong Kee Chok!". Menyadari yang dihadapannya adalah orang yang selama ini dicari, Hendropriyono sempat terkejut.
”Wow, ini rupanya sang jagoan yang saya tunggu- tunggu. Ternyata ia tidak tinggi, cuma sekitar 163 cm. Kulit dan matanya tidak mencerminkan dia seorang China. Sama sekali saya tak menyangka. Berpakaian sederhana dengan potongan rambut ala militer, otot-otot lengan untuk lelaki berusia 70 tahun (saat itu), dengan sorot mata laksana harimau, jelas menunjukkan ia seorang pemimpin, seorang pemberani, dan seorang yang cerdas,” tuturnya.
Dalam duel maut satu lawan satu itu, Hendropriyono akhirnya berhasil mengalahkan musuhnya. Sukirjan alias Siauw Ah San tewas setelah ditembak oleh Hendropriyono. Meski demikian, akibat luka yang dideritanya cukup parah, mantan Dankodiklat TNI AD ini harus dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Mempawah untuk menjalani perawatan medis.
Meski berhasil menembak mati Sukirjan alias Siauw Ah San, namun Boong Kee Chok tokoh utama, penggagas sekaligus pendiri PGRS/Paraku tidak berhasil ditangkap. Saat menjalani perawatan di rumah sakit Hendropriyono mendapat kabar jika Boong Kee Chok menyerahkan diri.
Bertemu Bekas Musuh
Seiring perjalanan waktu, pemberontakan PGRS/Paraku berhasil diredam. Meski begitu Hendropriyono tidak pernah bertemu dengan Boong Kee Chok, sosok yang sangat ditakuti dan tersohor di rimba Kalimantan Utara dan Barat.
Hingga momen yang tidak disangka-sangka itupun terjadi. Dua orang yang selama ini saling berhadap-hadapan di medan tempur dan berupaya saling membunuh akhirnya bertemu.
Pertemuan di lobi Hotel Four Seasons, Singapura itu berawal dari upaya Mark Wee seorang pemuda Malaysia kelahiran Sarawak, teman Hendropriyono yang menyatakan kesediaannya untuk mempertemukan keduanya. ”Betapa ingin saya melihat wajah orang yang 38 tahun lalu kita kejar-kejar bersama seluruh prajurit ABRI,” ucapnya.
Setelah menunggu cukup lama di lobi hotel, tiba-tiba rombongan keluarga Mark Wee tiba. Tampak ayah Mark, Datuk Amar Wee Hood Teck yang duduk di kursi roda didorong istrinya Datin Amar Wee. Kemudian Irene, istri Mark.
Di antara keluarga Mark Wee, tiba-tiba seseorang berkulit gelap legam yang berada di belakang Irene langsung memperkenalkan diri, "Saya, Bong Kee Chok!". Menyadari yang dihadapannya adalah orang yang selama ini dicari, Hendropriyono sempat terkejut.
”Wow, ini rupanya sang jagoan yang saya tunggu- tunggu. Ternyata ia tidak tinggi, cuma sekitar 163 cm. Kulit dan matanya tidak mencerminkan dia seorang China. Sama sekali saya tak menyangka. Berpakaian sederhana dengan potongan rambut ala militer, otot-otot lengan untuk lelaki berusia 70 tahun (saat itu), dengan sorot mata laksana harimau, jelas menunjukkan ia seorang pemimpin, seorang pemberani, dan seorang yang cerdas,” tuturnya.