BNPB Sebut Kebakaran TPA Sampah di Pulau Jawa Meningkat

Senin, 25 September 2023 - 17:57 WIB
loading...
BNPB Sebut Kebakaran TPA Sampah di Pulau Jawa Meningkat
BNPB menyoroti kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Pulau Jawa yang semakin meningkat. Foto/MPI
A A A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyoroti kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Pulau Jawa yang semakin meningkat.

“Perlu menjadi perhatian kita frekuensi laporan kebakaran di tempat sampah, di tempat pembuangan sampah berarti di Jawa itu cukup signifikan,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing, Senin (25/9/2023).

Diketahui, dalam beberapa waktu terakhir terjadi kebakaran di TPA Putri Cempo Solo, di TPA Jatibarang Semarang, juga di TPA Sarimukti Bandung Barat. “Kita tahu kemarin di Solo sudah mulai terkendali, kemudian ada di Jatibarang Semarang, di Sarimukti belum sepenuhnya kita kendalikan, dan ada beberapa TPA-TPA kecil dan juga terbakar,” ungkap Aam sapaan akrab Abdul Muhari.



Aam mengatakan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah khususnya Sumatera dan Kalimantan sudah mulai terkendali. “Secara umum kalau untuk karhutla di Sumatera itu relatif lebih terkendali karena ada hujan, kemudian yang minggu lalu jadi atensi Kepala BNPB Kalbar dan Kalsel karena masih kering,” ujarnya.



Sementara itu, Aam melaporkan kejadian bencana karhutla sejak awal tahun hingga September 2023 jumlahnya lebih sering jika dibandingan dengan kejadian bencana tanah longsor. “Kita lihat jadi sejak awal tahun sampai 26 September, kita sudah hampir tembus 3.000 kejadian bencana,” katanya.

Menurut Aam, yang membedakan antara proporsi statistik dari kejadian bencana tahun ini dan tahun lalu adalah, kalau tahun lalu banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor itu mendominasi 3 kejadian dengan frekuensi yang paling tinggi. Tapi sekarang karhutla sudah lebih sering terjadi dibandingkan dengan tanah longsor.

“Jadi ada hidrometeorologi kering khususnya karhutla ini sudah lebih dominan dari salah satu kejadian bencana hidrometeorologi basah, artinya memang perbandingan kondisi iklim dan cuaca kita mulai berimbang antara musim hujan dan panas,” ucapnya.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1024 seconds (0.1#10.140)