5 Fakta Andi Muhammad Jusuf Amir, Sosok Panglima ABRI Berdarah Bangsawan Bugis yang Hidup Sederhana

Minggu, 17 September 2023 - 22:52 WIB
loading...
5 Fakta Andi Muhammad Jusuf Amir, Sosok Panglima ABRI Berdarah Bangsawan Bugis yang Hidup Sederhana
Jenderal TNI Andi Muhammad Jusuf Amir merupakan Panglima ABRI periode 29 Maret 1978-19 Maret 1983. FOTO/DOK.TNI AD
A A A
JAKARTA - Jenderal TNI Andi Muhammad Jusuf Amir adalah sosok yang punya pengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia. Meski berpangkat sebagai perwira tinggi, tapi dia justru dikenal akan kehidupan sederhananya.

Pria yang akrab disapa M Jusuf ini lahir pada 23 Juni 1928 di Kajuara, Bone, Celebes, Hindia Belanda. Ketika masih aktif di militer, ia pernah menduduki posisi Panglima ABRI yang merangkap sebagai Menteri Pertahanan.

Tidak hanya itu, pria asal Sulawesi ini juga pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian. Selain beberapa fakta yang telah disebutkan, masih ada sejumlah fakta menarik terkait Andi Muhammad Jusuf Amir.



Fakta Andi Muhammad Jusuf Amir

1. Seorang Bangsawan

Meskipun kehidupan awal Muhammad Jusuf ini masih belum terlalu diekspos, tapi fakta bahwa dia merupakan seorang bangsawan Bugis ini tak dapat disembunyikan.

Nama tituler "Andi" di depan namanya membuktikan bahwa dirinya merupakan keturunan Bangsawan Bugis kala itu. Namun Jusuf justru mencela latar belakang aristokrat dengan menjatuhkan Andi dari namanya.

2. Memulai karier militer di Angkatan Laut

Jusuf sebenarnya memulai karier militernya di Angkatan Laut, menjadi ajudan Letnan Kolonel Kahar Muzakkar di Angkatan Laut ke-10 Staf Komando Kantor Pusat di Yogyakarta.

Jusuf yang kala itu tergabung ke dalam Devosi Rakyat Indonesia dari Sulawesi (KRIS), berlayar ke Jawa untuk bergabung dalam pertempuran mempertahankan Indonesia dari cengkraman Belanda pada 1948.

Barulah pada 1949, Jusuf telah beralih ke Angkatan Darat, menjadi bagian dari Polisi Militer sebelum menjadi anggota Komisi Militer Indonesia Timur.

3. Pernah Dukung Permesta

Gerakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) muncul pada 1950-an setelah masyarakat Sulawesi merasa pemerintah pusat tidak melayani mereka. Mereka mendesak adanya desentralisasi untuk semua aspek pemerintahan. Sebagai orang yang lahir di Sulawesi, M Jusuf mendukung gerakan tersebut.

Namun ketika Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Abdul Haris Nasution resmi membentuk empat Kodam di Indonesia Timur untuk menjaga keamanan Sulawesi, sudah tidak ada alasan lagi bagi Jusuf untuk membelot. Bahkan dirinya dipercaya untuk menjadi Panglima Kodam Sulawesi Selatan dan Tenggara. Dengan posisinya itu dan dibantu pemerintah pusat, M Jusuf bisa memadamkan gerakan Permesta.

4. Diangkat Menjadi Panglima ABRI

Ketika ditunjuk sebagai Panglima ABRI, Jusuf ditugaskan Presiden Soeharto memulai proses mengintegrasikan ABRI dengan rakyat. Ia juga bertanggung jawab atas Program ABRI Masuk Desa. Dalam program ini, ABRI dikirim ke daerah pedesaan untuk membantu dengan pembangunan infrastruktur.

Selama masa jabatannya sebagai Panglima ABRI, Jusuf mengembangkan reputasi sebagai Jenderal yang memperhatikan kesejahteraan anak buahnya.

5. Memiliki Kehidupan Sederhana

Kisah tentang kehidupan sederhana Panglima ABRI M Jufuf diungkapkan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto. Kala itu dirinya baru saja pecah bintang satu dan diajak untuk mengunjungi kediaman Jenderal Jusuf.

Namun ketika sampai di kediaman jenderal bintang empat itu, Prabowo terkejut. Ia melihat rumah yang begitu sederhana tanpa penjagaan dan barang-barang tua yang sudah terlihat kusam.

Melihat kondisi M Jusuf seperti itu, Prabowo kemudian menawarkan pengawal dan ajudan dari Kopassus. Terhadap tawaran itu, M Jusuf mengatakan akan menghubunginya jika membutuhkan pengawalan dan ajudan. Namun seiring perjalanan waktu, M Jusuf tidak pernah menghubunginya.

Kehidupan sederhana Jusuf ini membuat Prabowo kagum, mengingat mantan Panglima ABRI itu bukanlah sosok sembarangan. Terlebih Jusuf juga pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Menhankam/Pangab selama 5 tahun, Menteri Perindustrian selama 10 tahun serta Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 5 tahun, tapi kehidupannya jauh dari kata glamour.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2095 seconds (0.1#10.140)