Sederhana, Panglima TNI Kesayangan Prajurit Ini Tak Miliki Apa-apa di Rumahnya

Jum'at, 25 Februari 2022 - 06:14 WIB
loading...
Sederhana, Panglima TNI Kesayangan Prajurit Ini Tak Miliki Apa-apa di Rumahnya
Jenderal TNI (Purn) Andi Muhammad Jusuf Amir atau dikenal dengan M. Jusuf merupakan tokoh militer yang sangat dikenal di kalangan prajurit. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Jenderal TNI (Purn) Andi Muhammad Jusuf Amir atau dikenal dengan M. Jusuf merupakan tokoh militer yang sangat dikenal di kalangan prajurit. Wajar saja, pria kelahiran Bone, 23 Juni 1928 ini pernah menjabat sebagai Panglima TNI periode 1978-1983.

Sebagai jenderal lapangan, M. Jusuf kenyang dengan pengalaman tempur. Berbagai palagan telah dilaluinya mulai dari zaman Revolusi Kemerdekaan, meredam pemberontakan bersenjata Permesta, DI/TII Kahar Muzakar, penumpasan G30S/PKI hingga operasi di Timor-Timor sekarang bernama Timor Leste.

Selain keberaniannya di medan tempur, M. Jusuf juga dikenal sebagai pemimpin yang sangat peduli dengan kesejahteraan prajuritnya. Begitu perhatiannya, M. Jusuf tidak segan-segan mengecek rumah tangga dan makanan para prajuritnya. Tak heran, jika sosok M. Jusuf begitu dicintai prajuritnya.



”Jenderal M. Jusuf sangat dihormati. Bahkan, sampai dicium tangannya oleh anak buah. Belum ada lagi Panglima seperti beliau,” ucap Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dalam buku biografinya berjudul ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto’, dikutip SINDOnews, Jumat (25/2/2022).

Kepeduliannya kepada para prajurit sangat dirasakan ketika M. Jusuf mengunjungi, barak-barak, kompi-kompi dan batalyon-batalyon di seluruh Indonesia. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mendengarkan keluhan prajuritnya dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi anak buahnya di lapangan.

Sederhana, Panglima TNI Kesayangan Prajurit Ini Tak Miliki Apa-apa di Rumahnya


Pernah suatu kali, M. Jusuf yang baru diangkat menjadi Panglima TNI melakukan inpeksi ke Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Cijantung. Saat itu, M. Jusuf mengecek barak yang ditempati Prabowo dan bertanya mengenai permasalahan yang ada. ”Prabowo, apa kesulitan kompi kamu sekarang?,” tanya M. Jusuf.



Prabowo yang mengetahui jika di Cijantung sedang kesulitan air langsung menjawab pertanyaan tersebut. ”Panglima, tidak ada air di kompi saya,” ucap putra Begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini.

Mendapat jawaban tersebut, M. Jusuf kemudian memerintahkan Asisten Logistik (Aslog) TNI Laksda TNI Rudolf Kasenda ketika itu untuk segera membuatkan pompa air untuk kompi Prabowo. ”Ternyata benar, pompa dan menara air sudah tersedia sebulan kemudian,” ucapnya.

Setelah pertemuannya di Mako Kopassus, keduanya baru kembali bertemu saat operasi Timor-Timor. Ketika itu, Prabowo yang masih berpangkat Letnan Satu (Lettu) mendapat tugas untuk melakukan pengejaran terhadap Presiden Fretilin Nicolau dos Reis Lobato. Prabowo yang menjabat sebagai komandan kompi kemudian menggelar operasi pada Oktober 1978 mulai dari sektor timur di bawah pimpinan RDP 18 Kolonel Raja Kami Sembiring Meliala.

Sederhana, Panglima TNI Kesayangan Prajurit Ini Tak Miliki Apa-apa di Rumahnya

Prabowo Subianto saat di medan operasi Timor-Timor. Foto/istimewa

Setelah beberapa minggu, kompi yang dipimpin Prabowo kemudian dipindah ke sektor tengah di bawah pimpinan Komandan RTP 6 Letkol Inf Sahala Rajagukguk. Dalam operasi pengejaran selama dua minggu di daerah Laclubar, Fatuberliu dan Fahinehan dan membaca jejak, pasukan Prabowo akhirnya terlibat kontak tembak dengan pasukan Lobato. Pasukan Lobato saat itu berkekuatan hampir 200 orang yang dilengkapi 40 senjata.

“Pasukan yang mengepung terdiri dari Batalyon 744, 700, dan 401. Kompi saya sendiri sebagai pemukul dari lingkaran. Alhamdulillah, pada 31 Desember siang hari, Lobato dan pasukannya berhasil disergap. Namun Lobato memilih untuk bunuh diri karena tidak mau ditangkap hidup-hidup,” kata Prabowo.

Mendengar keberhasilan penyergapan Fretilin dan menewaskan Lobato, sambung Prabowo, Jenderal M. Jusuf langsung datang dan menjemputnya dengan helikopter. ”Sebagai hadiah, satu peleton pasukan saya yang menyergap mendapat kenaikan pangkat luar biasa dan langsung pulang ke Jakarta hanya tiga bulan operasi. Kami pun naik Hercules tidak naik kapal seperti biasanya,” kata Prabowo.

Tolak Pengawal dan Ajudan Kopassus

Tidak hanya kepeduliannya terhadap anak buahnya yang membuat Prabowo terkesan. Jenderal M. Jusuf juga merupakan Jenderal TNI yang sederhana dan bersahaja.

”Penampilan beliau yang sederhana, rendah hati juga sangat mengesankan saya. Saya pernah berkunjung ke rumahnya pada saat saya berpangkat Kapten pada 1982. Lalu pada 1995 ketika menjadi Brigadir Jenderal saya juga mengunjungi Jenderal Yusuf karena beliau saya anggap panutan dan mentor,” ucapnya.

Ketika itu, Prabowo yang baru saja pecah bintang menjadi Brigjen TNI mengunjungi kediaman Jenderal M. Jusuf di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat sekitar pukul 19.00. ”Saya mengunjungi Jenderal Jusuf setelah saya melakukan laporan korps kenaikan pangkat pada Panglima ABRI (Pangab) yang ketika itu dijabat Jenderal Feisal Tanjung serta setelah mendatangi orang tua saya dan Pak Harto,” kata Prabowo.

Ketika tiba di kediaman M. Jusuf, Prabowo mengaku terkejut mendapati rumah orang nomor satu di TNI tersebut dalam keadaan gelap dan tanpa penjagaan. Setelah memencet bel, seorang pembantu keluar. Selanjutnya, pembantu tersebut membawanya ke ruang tamu yang juga gelap.

Sederhana, Panglima TNI Kesayangan Prajurit Ini Tak Miliki Apa-apa di Rumahnya

Jenderal TNI M. Jusuf saat sertijab Panglima TNI. Foto/istimewa

Bersamaan dengan itu, lampu ruangan pun dinyalakan. ”Mengapa lampu tak hidup?” tanya Prabowo. “Lampu yang menyala saat malam hanya ruang tidur dan ruang pembantu, Pak,” jawab pembantu tersebut.

Setelah lampu menyala, betapa kagetnya Prabowo karena tidak ada yang berubah dengan perabot di rumah Jenderal M Jusuf. Bahkan beberapa di antaranya sudah terlihat kusam.

”Saya kaget semua furniture, kursi dan mebel yang ada di rumah tersebut sama persis dengan yang saya lihat waktu dulu ke rumah beliau ini pada tahun 1982. Warnanya sudah terlihat sangat belel bahkan kursi-kursinya dan benang-benangnya sudah mulai lepas,” ucap Prabowo.

Jenderal M. Jusuf bukan orang sembarangan. Dia pernah menduduki sejumlah jabatan penting di pemerintahan Presiden Soeharto seperti, Menteri Perdagangan, Menhankam/Pangab selama 5 tahun, Menteri Perindustrian selama 10 tahun serta Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 5 tahun, namun kehidupannya jauh dari kata glamour. ”Tapi beliau tidak mau membeli mobil baru, tidak memiliki penjagaan dan tidak mempunyai ajudan.”

Melihat kondisi M. Jusuf seperti itu, Prabowo kemudian menawarkan pengawal dan ajudan dari Kopassus. Terhadap tawaran itu, M. Jusuf mengatakan akan menghubunginya jika membutuhkan pengawalan dan ajudan. Namun seiring perjalanan waktu, M. Jusuf tidak pernah menghubunginya.

”Saya sangat terkesan dengan Jenderal Jusuf. Hidupnya sangat sederhana. Beliau ini adalah prajurit, jenderal dan seorang panglima yang tidak ingin menyusahkan bekas anak buahnya yang sedang aktif dengan meminta berbagai fasilitas. Beliau ingin mandiri, berdiri di atas kaki sendiri,” ujar mantan Danjen Kopassus tersebut.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2204 seconds (0.1#10.140)