Kiai Said Aqil Berharap Kasus Ety binti Toyib Jadi Pelajaran TKI

Kamis, 30 Juli 2020 - 22:33 WIB
loading...
Kiai Said Aqil Berharap...
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Majalengka, Jawa Barat, Ety binti Toyib Anwar yang dinyatakan bebas dari hukuman mati dari penjara Arab Saudi dan bisa kembali pulang ke Indonesia melakukan audiensi dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj secara virtual, Kamis (30/7/2020).

Etty datang ke Gedung PBNU di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat sekitar pukul 14.00 WIB. Kehadiran Ety bersama anak sulung dan pihak Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) langsung disambut jajaran Pengurus Harian PBNU.

"Selamat datang kembali Ibu Ety di Tanah Air,” ucap Kiai Said saat menyampaikan kata sambutan jarak jauh.

Kiai Said lantas mengucapkan rasa syukur atas tibanya Ety binti Toyib ke Tanah Air. Kiai Said menginginkan peristiwa kelam yang dialami Ety tersebut dijadikan pelajaran bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang saat ini menjadi pekerja migran di sejumlah negara.

Sementara itu, Ety disambut Bendahara Umum PBNU H Bina Suhendra, Ketua Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas, dan Ketua NU Care-LAZISNU H Achmad Sudrajat.

( )

Sebelumnya, Ety binti Toyib terjerat kasus hukum di Arab Saudi dan dinyatakan resmi bebas dari hukuman mati setelah mampu membayar diyat (denda) sebesar Rp15, 5 miliar. Sebanyak 80% denda tersebut atau sebesar Rp12,5 miliar dibantu Nahdlatul Ulama yang diupayakan NU Care-LAZISNU.

Achmad Sudrajat menuturkan, untuk mendapatkan uang sebesar itu, LAZISNU selama tujuh sampai delapan bulan berusaha menemui banyak kalangan. Mulai dari para kiai, santri, pejabat, pengusaha, dan masyarakat umum.

"Komunikasi ini kita bangun dengan berbagai jejaring dan terutama komunitas NU dan lembaga-lembaga yang tertarik kepada program kemanusiaan. Kita mendatangi anggota MPR, Kemenaker untuk menggalang sekuat kemampuan kita untuk jumlah yang ditentukan. Setelah tidak sampai, kita hanya mampu 80 persen, kita serahkan ke pemerintah," ujarnya.

Dia menambahkan, saat itu antusias santri, kiai, dan warga NU sangat tinggi untuk membantu Ety sangat terlihat ketika LAZISNU datang ke pesantren-pesantren di Jawa Barat, Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Hal itu ditunjukkan dengan menyumbang uang dalam bentuk kontan dan kiriman melalui rekening.

Motivasi mereka bergotong-royong membantu nyawa Ety merupakan bagian dari menjalankan ajaran Islam. Menurut Ajat, di dalam Alquran, misalnya, dinyatakan, menyelamatkan nyawa satu orang sama artinya dengan menyelamatkan seluruh orang.

“NU identik dengan masyarakat kaum bawah. Ketika salah seorang saudaranya tak mampu dengan apa yang dibutuhkan maka kewajiban NU membantunya sebagai bagian dari masyarakat NU. Yang pasti dia (Ety-red) orang desa yang yang mencari peruntungan nasib di Arab Saudi,” tuturnya.
(dam)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1637 seconds (0.1#10.140)