Djoko Tjandra Sudah Akrab dengan Bumi Papua Sejak Belia

Kamis, 30 Juli 2020 - 22:30 WIB
loading...
Djoko Tjandra Sudah...
Djoko Soegiarto Tjandra. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Djoko Tjandra atau lengkapnya Djoko Soegiarto Tjandra, merupakan lelaki kelahiran Sanggau, Kalimantan Barat, 27 Agustus 1951. Lelaki bernama Tionghoa Tjan Kok Hui yang menyandang status terpidana kasus pengalihan hak tagih Bank Baliitu sukses kabur ke Papua Nugini pada 2009 dan akhirnya menjadi warga negara tersebut.

Bukan tanpa alasan Djoko Tjandra memilih negara itu sebagai pintu pertama pelariannya. Sejak belia, Djoko Tjandra dengan bakat bisnisnya sudah akrab dengan bumi Papua. Pada usia 17 tahun sudah merantau ke Papua. Dia mendirikan usaha grosir bernama Toko Sama-Sama di Jayapura.

(Baca: Djoko Tjandra Dijemput Bareskrim Polri di Bandara Halim Malam Ini)

Empat tahun berselang, ia sudah membuka toko bernama Papindo di Papua Nugini lalu merintis bisnis jasa distribusi di Melbourne pada 1974. Sukses di timur, Djoko Tjandra pun mulai “menyerang” wilayah barat.

Pada tahun 1975, dia mendirikan PT Bersama Mulia, sebuah perusahaan kontraktor di Jakarta. Lewat perusahaan inilah, kelak namanya kian berkibar sebagai salah satu orang top yang diperhitungkan para pengusaha, sekaligus disegani para pejabat pemerintahan.

Tiga tahun setelah mendirikan PT Bersama Mulia, Djoko Tjandra banyak memperoleh proyek dari Pertamina, PLN dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Dari 1979 hingga 1981, dia mendapat proyek pengembangan pembangkit listrik Belawan di Sumatera Utara, perluasan kilang minyak di Balikpapan, pengembangan Hydrocracking Complex di Dumai, pembangunan kilang minyak di Cilacap, dan pupuk Kaltim di Bontang.

(Baca: Perjalanan Kasus Djoko Tjandra)

Grup Mulia milik keluarga Djoko Tjandra terus berkembang pesat dan menjadi “penguasa” dalam kepemilikan properti perkantoran seperti Five Pillars Office Park, Lippo Life Building, Kuningan Tower, BRI II, dan Mulia Center di era 1990-an. Plaza 89, Atrium Mulia, wisma antara, Plaza BRI Surabaya, Taman Anggrek Mall & Condominium. Grup Mulia juga menaungi sebanyak 41 anak perusahaan di dalam dan di luar negeri. Selain properti, grup yang pada tahun 1998 memiliki aset sebesar Rp 11,5 triliun itu juga mulai merambah ke bisnis keramik, metal dan gelas.

Di penghujung akhir masa krisis moneter, nama Djoko Tjandra membetot perhatian. Namanya disebut-sebut berkaitan dengan kasus pengalihan hak tagih Bank Bali ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Sempat dua kali diadili dan dibebaskan di tingkat pengadilan pertama, Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan vonis dua tahun penjara dalam peninjauan kembali yang diajukan jaksa penuntut umum. Tapi, sehari sebelum putusan dijatuhkan, Djoko Tjandra mendarat mulus di Papua Nugini pada 10 Juni 2009.
(muh)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1340 seconds (0.1#10.140)