Kehadiran Negara Penting Memberi Ruang bagi Pendidikan Perempuan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Memasuki usia yang ke-78, Indonesia mempunyai banyak tantangan yang sangat kompleks. Kaum perempuan mempunyai tugas penting untuk melakukan artikulasi perannya dalam mengisi kemerdekaan.
Presidium Forum Alumni Kohati (Forhati) Nasional Wa Ode Nurhayati mengatakan, tidah boleh ada lagi perempuan Indonesia yang mengalami perlakuan berbeda disegala lini. Kehadiran negara penting memberi ruang akselarasi seluasnya bagi pendidikan perempuan.
“Salah satu langkahnya, kementerian terkait mengevaluasi sejauh apa peran anggaran dalam pendampingan jangka panjang dan jangka pendek terhadap perempuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” kata, Kamis (17/8/2023).
Menurutnya, kehadiran beberapa tokoh perempuan nasional harus disyukuri tetapi tidak boleh berpuas diri, sebab ruang politik hanya salah satu wadah dari sekian ruang sosial yang harus diisi. Sebagaimana pesan perempuan adalah sebagai tiang negara.
“Kita memang pantas berbangga terhadap prestasi politik perempuan di indonesia. Kita pernah punya presiden perempuan, Ibu Megawati dan hari ini kita punya Ketua DPR dari kalangan perempuan. Meski masih keluarga yang sama, tapi ini telah menjadi tonggak sejarah yang membuat negara luar memandang tangguh perempuan-perempuan Indonesia dalam bidang politik,” terangnya.
Politisi Partai Hanura ini memberikan perhatian khusus agar peran perempuan bisa terbuka. Salah satu dimulai dengan memenuhi afirmasi politik 30% untuk perempuan.
Menurutnya, sejauh ini dalam pentas politik respons aktivis perempuan telah beramai-ramai turun kejalan memperjuangkan kuota 30% perempuan. Namun faktanya mereka enggan mengisi komposisi dalam kuota itu.
“Ada bias antara semangat dan kenyataan. Dari sisi hukum masih banyak perempuan mendapat perlakuan berbeda. Padahal kalau kita semua sama dalam memandang perempuan, bahwa di wajahnya ada gambaran ibu kita, saudara perempuan kita, anak perempuan kita, maka Insyallah tidak akan ada kriminalisasi pada perempuan,” tukasnya.
Presidium Forum Alumni Kohati (Forhati) Nasional Wa Ode Nurhayati mengatakan, tidah boleh ada lagi perempuan Indonesia yang mengalami perlakuan berbeda disegala lini. Kehadiran negara penting memberi ruang akselarasi seluasnya bagi pendidikan perempuan.
“Salah satu langkahnya, kementerian terkait mengevaluasi sejauh apa peran anggaran dalam pendampingan jangka panjang dan jangka pendek terhadap perempuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” kata, Kamis (17/8/2023).
Menurutnya, kehadiran beberapa tokoh perempuan nasional harus disyukuri tetapi tidak boleh berpuas diri, sebab ruang politik hanya salah satu wadah dari sekian ruang sosial yang harus diisi. Sebagaimana pesan perempuan adalah sebagai tiang negara.
“Kita memang pantas berbangga terhadap prestasi politik perempuan di indonesia. Kita pernah punya presiden perempuan, Ibu Megawati dan hari ini kita punya Ketua DPR dari kalangan perempuan. Meski masih keluarga yang sama, tapi ini telah menjadi tonggak sejarah yang membuat negara luar memandang tangguh perempuan-perempuan Indonesia dalam bidang politik,” terangnya.
Politisi Partai Hanura ini memberikan perhatian khusus agar peran perempuan bisa terbuka. Salah satu dimulai dengan memenuhi afirmasi politik 30% untuk perempuan.
Menurutnya, sejauh ini dalam pentas politik respons aktivis perempuan telah beramai-ramai turun kejalan memperjuangkan kuota 30% perempuan. Namun faktanya mereka enggan mengisi komposisi dalam kuota itu.
“Ada bias antara semangat dan kenyataan. Dari sisi hukum masih banyak perempuan mendapat perlakuan berbeda. Padahal kalau kita semua sama dalam memandang perempuan, bahwa di wajahnya ada gambaran ibu kita, saudara perempuan kita, anak perempuan kita, maka Insyallah tidak akan ada kriminalisasi pada perempuan,” tukasnya.
(poe)