Menko PMK Ungkap Ada Pejabat yang Berupaya Tutupi Kelaparan di Papua Tengah

Jum'at, 11 Agustus 2023 - 22:12 WIB
loading...
Menko PMK Ungkap Ada...
Menko PMK Muhadjir Effendy memberikan keterangan kepada media usai Rakernas Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Suara Muhammadiyah Tower, Kota Yogyakarta, Jumat (11/8/2023). FOTO/MPI/ERFAN ERLIN
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ( Menko PMK ) Muhadjir Effendi mengungkap ada pejabat yang mencoba menutup-nutupi bencana krisis pangan dan kelaparan yang melanda Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Pejabat tersebut ingin dianggap prestasinya tetap baik.

"Sudah tahu rakyatnya lapar, (tapi) ada pejabatnya yang masih minta supaya tidak diumumkan," kata Muhadjir di hadapan peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Suara Muhammadiyah Tower, Kota Yogyakarta, Jumat (11/8/2023).

"(Pejabat itu bilang) 'jangan lapar, itu hanya diare'. (Saya jawab) Ya diare karena lapar, gitu," katanya.



Muhadjir lantas mengakui jika visum dokter secara medis menyebut karena diare. Sebab visum dokter tidak pernah menyatakan kematian seseorang akibat kelaparan.

Hanya, dalam kasus di Papua Tengah, adanya warga yang meninggal itu adalah dampak dari kelaparan. Diagnosis awal memang karena diare yang menjadi pemicu kematian.

Hasil anasila menyebutkan jika warga tersebut diare karena masyarakat mengonsumsi tanaman umbi-umbian yang membusuk. Umbi-umbian tersebut membusuk akibat cuaca ekstrem usai kemunculan kabut es.

"Ya meski busuk dan penuh bakteri berbahaya tetapi tetap dikonsumsi karena tidak ada pilihan lain. Ya meninggal lah dia," katanya.



"Lha kenapa kok makan umbi-umbian yang sudah membusuk, karena enggak ada yang tidak busuk. Kalau ada yang tidak busuk, kok makan yang busuk, pasti aneh kan," kata Muhadjir.

Muhadjir mengklaim bencana kelaparan di Papua tengah sudah tertangani. Saat ini tiap hari sudah dipasok bahan pangan. Sebagian langsung ke Bandara Agandugume dan sebagian ditempatkan di Bandara Sina. Meski sudah ditempatkan di Sina, tapi masih harus diambil melalui jalan kaki selama dua hari satu malam.

"Oleh karena itu kita upayakan sekarang ini semaksimal mungkin bisa diturunkan di Bandara Agandugume," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1673 seconds (0.1#10.140)