Optimisme di Tengah Tantangan Transisi Energi
loading...
A
A
A
Pada semester I 2023, realisasi investasi hulu migas mencapai USD5,7 miliar, lebih baik dari tahun lalu year on year (yoy). Investasi ini penting bagi Indonesia untuk menjawab kebutuhan energi yang meningkat. Tren peningkatan investasi ini tentunya harus terus dijaga untuk mengejar target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari dan gas 12 ribu MMscfd seperti yang ditargetkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo .
baca juga: Dukung Pencapaian Net Zero Emission, Pertamina Kontribusi Aktif Pengelolaan Perhutanan Sosial
Memang, dunia sedang berpacu memperbesar porsi EBT dalam bauran energinya. Pun demikian dengan Indonesia, yang memiliki komitmen Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat. Perubahan ini tidak akan berjalan singkat, perlu ada transisi, bukan tiba-tiba ke EBT. Sehingga, peran industri hulu migas tetap penting dalam memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, sambil hulu migas terus mengurangi emisi karbon seperti dikatakan pada aturan CCS/CCUS.
Pemerintah harus mengejar agar ada pilot project CCS/CCUS bisa terealisasi. CCS/CCUS ini juga menjadi salah satu isi dari White Paper yang diluncurkan oleh IPA. Secara garis besar, White Paper ini berisi rekomendasi serta usulan IPA dalam meningkatkan gairah investasi demi mengejar target produksi migas di tengah era transisi energi. Selain itu upaya meningkatkan produksi migas juga harus dilakukan seiring dengan keberlanjutan lingkungan.
Rekomendasi IPA ini disusun dengan bekerja sama dengan WoodMeckenzie yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Para pelaku usaha sekarang dihadapkan pada target peningkatan produksi dan di sisi lain industri migas juga harus mengurangi emisi.
baca juga: Transisi Energi, PHE Didorong Tingkatkan Produksi Gas
Untuk bisa mengejarnya pelaku usaha membutuhkan fleksibilitas. Penerapan CCS/CCUS memiliki keuntungan lebih bagi penurunan emisi karbon dan peningkatan produksi. CCS/CCUS akan menghadirkan peluang bisnis dan dengan bisnis baru ada multiplier effect.
Isu penting dalam White Paper termasuk mengenai implementasi CCS dan CCUS menjadi salah satu poin pembahasan yang menjadi fokus tahun ini. Ini bisa menjadi peluang peningkatan investasi, dan pengembangan CCS/CCUS diharapkan mendapatkan momentum melalui IPA Convex ini. Setidaknya, hal itu yang menjadi harapan Chairman Committee IPA Convex 2023 Krishna Ismaputra.
Implementasi CCS/CCUS sangat penting bagi kelangsungan industri hulu migas untuk bisa memproteksi kepentingan negara dalam memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat di masa depan. Tidak ada opsi lain, karena pemerintah juga harus menjaga investasi. Polemik mana yang harus menjadii prioritas, apakah meningkatkan produksi ekonomi kemudian melindungi lingkungan? Tentunya, keduanya harus berjalan beriringan.
Sebagai negara yang berkembang dengan pesat dan memiliki kekayan sumber daya alam berlimpah, Indonesia tentunya bisa menjadi salah satu pemain utama dalam proses transisi energi. Komitmen industri migas di dalam negeri, bisa dikolaborasikan dengan investor-investor baru dari dalam maupun luar negeri agar ongkos energi yang kelak akan dinikmati rakyat bisa semakin murah. Pada akhirnya, masyarakat pun akan berbondong-bondong untuk beralih menggunakan energi yang lebih bersih.
baca juga: Dukung Pencapaian Net Zero Emission, Pertamina Kontribusi Aktif Pengelolaan Perhutanan Sosial
Memang, dunia sedang berpacu memperbesar porsi EBT dalam bauran energinya. Pun demikian dengan Indonesia, yang memiliki komitmen Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat. Perubahan ini tidak akan berjalan singkat, perlu ada transisi, bukan tiba-tiba ke EBT. Sehingga, peran industri hulu migas tetap penting dalam memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, sambil hulu migas terus mengurangi emisi karbon seperti dikatakan pada aturan CCS/CCUS.
Pemerintah harus mengejar agar ada pilot project CCS/CCUS bisa terealisasi. CCS/CCUS ini juga menjadi salah satu isi dari White Paper yang diluncurkan oleh IPA. Secara garis besar, White Paper ini berisi rekomendasi serta usulan IPA dalam meningkatkan gairah investasi demi mengejar target produksi migas di tengah era transisi energi. Selain itu upaya meningkatkan produksi migas juga harus dilakukan seiring dengan keberlanjutan lingkungan.
Rekomendasi IPA ini disusun dengan bekerja sama dengan WoodMeckenzie yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Para pelaku usaha sekarang dihadapkan pada target peningkatan produksi dan di sisi lain industri migas juga harus mengurangi emisi.
baca juga: Transisi Energi, PHE Didorong Tingkatkan Produksi Gas
Untuk bisa mengejarnya pelaku usaha membutuhkan fleksibilitas. Penerapan CCS/CCUS memiliki keuntungan lebih bagi penurunan emisi karbon dan peningkatan produksi. CCS/CCUS akan menghadirkan peluang bisnis dan dengan bisnis baru ada multiplier effect.
Isu penting dalam White Paper termasuk mengenai implementasi CCS dan CCUS menjadi salah satu poin pembahasan yang menjadi fokus tahun ini. Ini bisa menjadi peluang peningkatan investasi, dan pengembangan CCS/CCUS diharapkan mendapatkan momentum melalui IPA Convex ini. Setidaknya, hal itu yang menjadi harapan Chairman Committee IPA Convex 2023 Krishna Ismaputra.
Implementasi CCS/CCUS sangat penting bagi kelangsungan industri hulu migas untuk bisa memproteksi kepentingan negara dalam memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat di masa depan. Tidak ada opsi lain, karena pemerintah juga harus menjaga investasi. Polemik mana yang harus menjadii prioritas, apakah meningkatkan produksi ekonomi kemudian melindungi lingkungan? Tentunya, keduanya harus berjalan beriringan.
Sebagai negara yang berkembang dengan pesat dan memiliki kekayan sumber daya alam berlimpah, Indonesia tentunya bisa menjadi salah satu pemain utama dalam proses transisi energi. Komitmen industri migas di dalam negeri, bisa dikolaborasikan dengan investor-investor baru dari dalam maupun luar negeri agar ongkos energi yang kelak akan dinikmati rakyat bisa semakin murah. Pada akhirnya, masyarakat pun akan berbondong-bondong untuk beralih menggunakan energi yang lebih bersih.