BNPB: Fenomena Kekeringan di Papua Tengah Pengaruh Udara Dingin dari Australia

Selasa, 08 Agustus 2023 - 11:43 WIB
loading...
BNPB: Fenomena Kekeringan...
Tiga distrik Agandugume, Lambewi, dan Oneri di Papua Tengah kini tengah mengalami kekeringan. Bahkan, 7.500 orang terdampak krisis pangan akibat kekeringan yang melanda Papua Tengah. Foto/ILustrasi/ANTARA
A A A
JAKARTA - Tiga distrik Agandugume, Lambewi, dan Oneri di Papua Tengah kini tengah mengalami kekeringan. Bahkan, 7.500 orang terdampak krisis pangan akibat kekeringan yang melanda Papua Tengah.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan fenomena kekeringan di Papua harus dilihat dari berbagai latar belakangnya.



“Sebenarnya kalau misalkan kita melihat lebih jauh ke belakang, jadi kita di BNPB ketika kita mau merumuskan penanganan bencana ke depan yang cukup signifikan kita lihat dulu ke belakang karena history kejadian bencana itu biasanya bisa mengajari kita beberapa hal,” ujar Aam sapaan akrab Abdul Muhari dalam keterangannya, Selasa (8/8/2023).

Aam pun mengatakan kekeringan di Papua Tengah terkait cuaca ekstrem bukan kemarau akibat tidak turun hujan. “Kejadian bencana di Papua terkait dengan cuaca ekstrem sebenarnya, cuaca ekstremnya itu bukan kemarau, jadi ketika kita bicara kekeringan di Papua kekeringannya ini bukan kekeringan karena enggak ada hujan. Sewaktu kami di sana hujan itu turun pagi sore dan awan itu tebal, jadi hujan bukan masalah di situ,” jelasnya.

Dia pun menjelaskan bahwa cuaca ekstrem di Papua Tengah dipengaruhi adanya udara dingin dari Australia. “Yang menjadi masalah pada periode Juli sampai Agustus ini itu di Australia itu kan Winter. Nah ini ada pengaruh udara dingin ini sampai ke sana.”

“Kalau misalkan kita bicara winter di luar negeri, pada saat winter itu kan tumbuhan enggak ada yang tumbuh, biasanya kan sebelum hemat air karena winter membawa kekeringan karena dia menghisap udara air yang ada di udara. Nah ini sebenarnya terjadi,” sambungnya.

Selain itu, kata Aam, wilayah Papua merupakan dataran tinggi sehingga udara dingin di malam hari akan membawa kabut es sehingga merusak tumbuhan khususnya umbi-umbian yang menjadi sumber makanan utama masyarakat Papua.

“Jadi ketika di daerah dataran tinggi Papua itu udaranya sangat dingin pagi-pagi atau malam itu ada kabut sangat dingin kabut es dan biasanya di tanah itu seperti yang terjadi di Dieng itu ada butiran es, ada kabut upas jadi ada butiran es, nah ini yang kemudian membuat tumbuhan (rusak),” jelas Aam.



“Jadi masyarakat di 3 distrik terdampak ini. Pada saat terjadi di periode Juli sampai Agustus ini seperti ini yang terjadi sehingga ketika butiran es itu setiap malam atau setiap pagi muncul dia akan menggembosi umbi-umbian yang ada di dalam tanah itu yang menjadi sumber makanan utama bagi saudara-saudara kita di Papua,” tutupnya.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7635 seconds (0.1#10.140)