Lambatkan Tes Covid-19 Bisa Jadi Bom Waktu, Berbahaya bagi Warga

Rabu, 29 Juli 2020 - 10:16 WIB
loading...
Lambatkan Tes Covid-19 Bisa Jadi Bom Waktu, Berbahaya bagi Warga
Pelaksanaan uji usap atau swab test Covid-19. Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Anggota DPD RI Fahira Idris meminta pemerintah daerah memasifkan tes Covid-19 untuk menemukan kasus positif baru. Jika lambat melakukan tes, malah membahayakan warga.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris menilai langkah yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta memasifkan tes Covid-19 sudah tepat. Di beberapa negara, usaha untuk menekan transmisi virus Sars Cov-II dengan meningkatkan jumlah tes PCR.

Setelah itu, diikuti dengan tindakan medis dan pelacakan kepada orang-orang yang diduga terpapar Covid-19. Fahira mengatakan, lonjakan kasus positif Covid-19 di DKI dalam beberapa hari ini bukti Pemprov bekerja dan berusaha mengendalikan pandemi ini. "Bahkan saat ini tes yang dilakukan Jakarta hampir empat kali lipat standar yang dianjurkan WHO. Lonjakan kasus yang didahului tes massal dengan metode active case finding menandakan Pemprov bekerja," ujar Fahira, Rabu (29/7/2020).

Fahira kembali menekan tes massal sebagai satu-satunya cara untuk mengendalikan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama lima bulan di Indonesia. DKI Jakarta merupakan daerah yang jumlah tesnya sudah empat kali lipat standar World Health Organization (WHO).( ).

Senator asal DKI itu menyatakan lonjakan kasus di Jakarta bukanlah sebuah kegagalan. Justru itu merupakan fase yang harus dilewati untuk mengendalikan pandemi. Lonjakan kasus, menurutnya, menjadi cara untuk mengunci penyebaran virus pada orang tanpa gejala (OTG).

Putri politisi senior Partai Golkar Fahmi Idris itu menyarankan pemerintah daerah lain untuk meningkatkan tes massal seperti DKI Jakarta. "Jangan mengurangi atau melambatkan jumlah tes hanya untuk memberikan kesan ke publik bahwa kasus positif di daerah Anda turun. Ini bisa menjadi ‘bom waktu’ yang berbahaya bagi warga," pungkasnya.

Diketahui, jumlah orang yang terpapar Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Data terakhir, ada penambahan kasus positif sebanyak 1.748 orang, sehingga total menjadi 102.051 orang.

Tambahan kasus positif itu terjadi di beberapa provinsi besar. Berdasarkan data 28 Juli 2020, DKI Jakarta 409, Jawa Barat 128, Jawa Tengah 185, Jawa Timur 313, dan Sulawesi Selatan 132 orang positif Covid-19.( ).

Bahkan, sekarang perkantoran di Ibu Kota menjadi klaster baru penyebaran virus Sars Cov-II. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus meningkatkan jumlah tes polymerase chain reaction (PCR).
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1846 seconds (0.1#10.140)