5 Tingkatan Sabuk dalam Beladiri Chadrick Milik Marinir, Ini Makna dan Filosofinya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Prajurit Marinir dituntut memiliki kemampuan beladiri Chadrick yang merupakan gabungan seni beladiri di Tanah Air dan mancanegara. Beladiri ini memiliki lima tingkatan yang ditandai dengan warna sabuk.
Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Nur Alamsyah menjelaskan, setiap tingkatan beladiri Chadrick memiliki warna sabuk berbeda-beda. Masing-masing warna mempunyai filosofi atau makna sendiri-sendiri.
Pada tingkat pertama disebut Sadawira. Sabuk abu-abu ini memiliki arti seorang prajurit yang tidak kenal takut atau pemberani. Filosofi warna abu-abu diambil dari warna Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) sebagai kamuflase di lautan yang digunakan sebagai sarana angkut pasukan pendarat dalam operasi amfibi untuk merebut tumpuan pantai yang dikuasai atau diduduki ole musuh.
Tingkat dua disebut Bhadrika. Sabuk hijau ini memiliki arti seorang prajurit yang gagah berani dalam setiap palagan. Filosofi warna hijau diambil dari warna pakaian dinas lapangan prajurit TNI sebagai kamuflase prajurit di medan pertempuran dan mempunyai arti sebagai prajurit yang Saptamargais.
Tingkat tiga, Balakosa. Sabuk biru ini memiliki arti kekuatan dan kejayaan. Filosofi warna biru diambil dari medan juang prajurit matra laut, di mana laut sebagai media pasukan pendarat dalam melaksanakan operasi amfibi.
Tingkat empat, Caiden, ditandai dengan sabuk coklat yang memiliki arti pertarungan. Prajurit memiliki jiwa juang bertarung yang kuat siap melaksanakan semua tugas yang diemban dengan penuh semangat. Filosofi warna coklat diambil dari warna pasir pantai sebagai media pasukan ketika melaksanakan operasi amfibi dalam merebut tumpuan pantai yang dikuasai atau diduduki oleh musuh.
Lalu tingkat lima disebut Parama. Sabuk hitam ini memiliki arti paling unggul. Ini merupakan tingkatan paling tinggi dalam beladiri Chadrick Korps Marinir. Filosofi warna hitam diambil dari warna khas pasukan khusus yang memiliki kemampuan khusus di atas rata-rata prajurit, menuntut setiap prajurit untuk mencapai kemampuan maksimal dalam penguasaan ilmu baik beladiri maupun militansi.
Menurut Nur Alamsyah, Chadrick akan menjadi tradisi korps yang harus dilestarikan dan dikembangkan serta wajib dikuasai oleh seluruh prajurit sebagai bekal dalam melaksanakan tugas operasi maupun untuk menjaga diri.
"Sehingga dalam menghadapi situasi yang membahayakan, karena kemampuan beladiri menjadi hal mutlak yang harus dimiliki setiap prajurit petarung Korps Marinir TNI Angkatan Laut," katanya saat memimpin langsung peluncuran beladiri Chadrick di lapangan Mako Kormar Jalan Prajurit Usman dan Harun Nomor 40 Jakarta Pusat, Jumat (28/7/2023) siang.
Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Nur Alamsyah menjelaskan, setiap tingkatan beladiri Chadrick memiliki warna sabuk berbeda-beda. Masing-masing warna mempunyai filosofi atau makna sendiri-sendiri.
Pada tingkat pertama disebut Sadawira. Sabuk abu-abu ini memiliki arti seorang prajurit yang tidak kenal takut atau pemberani. Filosofi warna abu-abu diambil dari warna Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) sebagai kamuflase di lautan yang digunakan sebagai sarana angkut pasukan pendarat dalam operasi amfibi untuk merebut tumpuan pantai yang dikuasai atau diduduki ole musuh.
Tingkat dua disebut Bhadrika. Sabuk hijau ini memiliki arti seorang prajurit yang gagah berani dalam setiap palagan. Filosofi warna hijau diambil dari warna pakaian dinas lapangan prajurit TNI sebagai kamuflase prajurit di medan pertempuran dan mempunyai arti sebagai prajurit yang Saptamargais.
Tingkat tiga, Balakosa. Sabuk biru ini memiliki arti kekuatan dan kejayaan. Filosofi warna biru diambil dari medan juang prajurit matra laut, di mana laut sebagai media pasukan pendarat dalam melaksanakan operasi amfibi.
Tingkat empat, Caiden, ditandai dengan sabuk coklat yang memiliki arti pertarungan. Prajurit memiliki jiwa juang bertarung yang kuat siap melaksanakan semua tugas yang diemban dengan penuh semangat. Filosofi warna coklat diambil dari warna pasir pantai sebagai media pasukan ketika melaksanakan operasi amfibi dalam merebut tumpuan pantai yang dikuasai atau diduduki oleh musuh.
Lalu tingkat lima disebut Parama. Sabuk hitam ini memiliki arti paling unggul. Ini merupakan tingkatan paling tinggi dalam beladiri Chadrick Korps Marinir. Filosofi warna hitam diambil dari warna khas pasukan khusus yang memiliki kemampuan khusus di atas rata-rata prajurit, menuntut setiap prajurit untuk mencapai kemampuan maksimal dalam penguasaan ilmu baik beladiri maupun militansi.
Menurut Nur Alamsyah, Chadrick akan menjadi tradisi korps yang harus dilestarikan dan dikembangkan serta wajib dikuasai oleh seluruh prajurit sebagai bekal dalam melaksanakan tugas operasi maupun untuk menjaga diri.
"Sehingga dalam menghadapi situasi yang membahayakan, karena kemampuan beladiri menjadi hal mutlak yang harus dimiliki setiap prajurit petarung Korps Marinir TNI Angkatan Laut," katanya saat memimpin langsung peluncuran beladiri Chadrick di lapangan Mako Kormar Jalan Prajurit Usman dan Harun Nomor 40 Jakarta Pusat, Jumat (28/7/2023) siang.
(abd)