Dahsyat! Jenderal Kopassus Ini Andalkan Perang Psikologis untuk Lumpuhkan Ratusan Anggota GAM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keberhasilan dalam sebuah operasi militer tak melulu melalui desingan peluru. Menerapkan perang psikologis, Jenderal TNI ini sukses mengajak sisa-sisa kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Dia adalah Letjen TNI (Purn) Sutiyoso , tentara yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kopassus. Prajurit kelahiran Semarang, 6 Desember 1944 itu mencatatkan prestasi gemilang karena berhasil membujuk Din Minimi alias alias Nurdin bin Ismail, pimpinan kelompok bersenjata mantan anggota GAM paling dicari pascapenandatanganan kesepakatan Helsinki di Finlandia pada 15 Agustus 2005.
Menariknya, tinta emas itu ditorehkan saat Sutiyoso tak lagi aktif di militer tapi ketika menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) pada 29 Desember 2015. Saat itu usia Sutiyoso sudah 71 tahun. Seperti kata Jenderal Besar Amerika Serikat, Daouglas Mc Arthur, "The old soldier never die, they just fade away".
Sutiyoso menceritakan alasannya terpanggil turun langsung meredam pergerakan mantan kombatan GAM Din Minimi di Aceh.
"Saya pikir yang belum aman di Aceh dan Papua. Ini cuma satu kelompok maka saya selesaikan dulu ini," kenang Sutiyoso dalam kanal YouTube Refly Harun yang dikutip SINDOnews, Minggu (23/7/2023).
"Din Minimi, kelompok GAM yang masih ada jumlahnya 120 orang. Nama aslinya Nurdin, sedangkan Minimi itu sebutan senjata tangguh. Sudah 4 tahun lebih dia diburu aparat," ucap Bang Yos, sapaan akrabnya.
Mantan Wadanjen Kopassus itu memilih terjun langsung ke medan operasi hanya ditemani dua anak buahnya, yakni Kapten Desna dan Sersan Wayan. Ketiganya masuk hutan mencari tempat persembunyian Din Minimi. Setelah melalui perjalanan panjang dengan medan yang berat, mantan Pangdam Jaya ini akhirnya berhasil menemukan markas Din Minimi di tengah hutan.
"Waktu saya sampai di gubuknya jam 6.30, sudah gelap gulita di tengah hutan. Dia di atas pakai kaus loreng, celana loreng, dan senjata sudah ditrigger, senjatanya," tuturnya.
Dia adalah Letjen TNI (Purn) Sutiyoso , tentara yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kopassus. Prajurit kelahiran Semarang, 6 Desember 1944 itu mencatatkan prestasi gemilang karena berhasil membujuk Din Minimi alias alias Nurdin bin Ismail, pimpinan kelompok bersenjata mantan anggota GAM paling dicari pascapenandatanganan kesepakatan Helsinki di Finlandia pada 15 Agustus 2005.
Menariknya, tinta emas itu ditorehkan saat Sutiyoso tak lagi aktif di militer tapi ketika menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) pada 29 Desember 2015. Saat itu usia Sutiyoso sudah 71 tahun. Seperti kata Jenderal Besar Amerika Serikat, Daouglas Mc Arthur, "The old soldier never die, they just fade away".
Baca Juga
Sutiyoso menceritakan alasannya terpanggil turun langsung meredam pergerakan mantan kombatan GAM Din Minimi di Aceh.
"Saya pikir yang belum aman di Aceh dan Papua. Ini cuma satu kelompok maka saya selesaikan dulu ini," kenang Sutiyoso dalam kanal YouTube Refly Harun yang dikutip SINDOnews, Minggu (23/7/2023).
"Din Minimi, kelompok GAM yang masih ada jumlahnya 120 orang. Nama aslinya Nurdin, sedangkan Minimi itu sebutan senjata tangguh. Sudah 4 tahun lebih dia diburu aparat," ucap Bang Yos, sapaan akrabnya.
Mantan Wadanjen Kopassus itu memilih terjun langsung ke medan operasi hanya ditemani dua anak buahnya, yakni Kapten Desna dan Sersan Wayan. Ketiganya masuk hutan mencari tempat persembunyian Din Minimi. Setelah melalui perjalanan panjang dengan medan yang berat, mantan Pangdam Jaya ini akhirnya berhasil menemukan markas Din Minimi di tengah hutan.
"Waktu saya sampai di gubuknya jam 6.30, sudah gelap gulita di tengah hutan. Dia di atas pakai kaus loreng, celana loreng, dan senjata sudah ditrigger, senjatanya," tuturnya.
Baca Juga