Gaya Asyik Kedai Kopi Bumi Citarik Menguliti Buku Susuk Kapal Borobudur
loading...
A
A
A
“Kedai kami ini tidak hanya menyajikan makanan dan minuman, tapi kami ingin pengunjung dapat nilai tambah lain, misalnya membaca buku. Sebagai langkah awal, kami mengadakan bedah buku berjudul Susuk Kapal Borobudur. Ke depannya siapa yang ingin bedah buku, kami sangat terbuka,” serunya.
Dirinyamengaku, sengaja memilih novel bergenre perjalanan/petualangan di acara pertama bedah buku, juga lantaran keinginannya untuk mengunggah semangat kemaritiman di kalangan anak muda.
“Kebetulan tempat ini (Kedai Kopi Citarik) tempat ngumpulnya anak-anak penggiat alam bebas, dan suasana alaminya juga dapat. Nah Kebetulan ada buku yang baru diterbitkan tentang petualangan laut, kan cocok,” terangowner perusahaan yang memproduksi perlengkapan alam bebas merek Boogie ini.
baca juga: KTT G20, Langkah Strategis Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia
Ia menuturkan, upaya meningkatkan minat baca telah ia lakukan jauh sebelum dibukanya Kopi Bumi Citarik. Malah, awalnya ia menyediakan perpustakaan di depan rumahnya yang juga berlokasi di kawasan Warung Jambu.
“Saat itu banyak anak-anak yang mampir untuk membaca komik, dan buku-buku lainnya. Jadi bedah buku ini hanya kelanjutan upaya kami untuk menumbuhkan minat baca,” tandasnya.
Menggelorakan Narasi Besar Kebaharian Nusantara
Cerita buku novel “Susuk Kapal Borobudur” diambil dari kisah perjalanan para kru Ekspedisi Kapal Borobudur yang berlayar dari Indonesia menuju Afrika dalam rangka membawa misi kebudayaan, pada 2003 silam.
Selain bercerita tentang petualangan, historis, dan seabrek dinamika selama pelayaran, kisah di novel ini tentunya membangkitkan memori sekaligus menggelorakan narasi besar bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari. Narasi besar ini juga sejurus dengan visi pemerintahan Presiden Jokowi , yang hendak menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia .
“Besar harapan novel ini bisa menginspirasi anak muda Indonesia hingga memiliki semangat untuk menggelorakan narasi besar kebaharian Nusantara,” tutur penulis Muhammad Habibie.
Dirinyamengaku, sengaja memilih novel bergenre perjalanan/petualangan di acara pertama bedah buku, juga lantaran keinginannya untuk mengunggah semangat kemaritiman di kalangan anak muda.
“Kebetulan tempat ini (Kedai Kopi Citarik) tempat ngumpulnya anak-anak penggiat alam bebas, dan suasana alaminya juga dapat. Nah Kebetulan ada buku yang baru diterbitkan tentang petualangan laut, kan cocok,” terangowner perusahaan yang memproduksi perlengkapan alam bebas merek Boogie ini.
baca juga: KTT G20, Langkah Strategis Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia
Ia menuturkan, upaya meningkatkan minat baca telah ia lakukan jauh sebelum dibukanya Kopi Bumi Citarik. Malah, awalnya ia menyediakan perpustakaan di depan rumahnya yang juga berlokasi di kawasan Warung Jambu.
“Saat itu banyak anak-anak yang mampir untuk membaca komik, dan buku-buku lainnya. Jadi bedah buku ini hanya kelanjutan upaya kami untuk menumbuhkan minat baca,” tandasnya.
Menggelorakan Narasi Besar Kebaharian Nusantara
Cerita buku novel “Susuk Kapal Borobudur” diambil dari kisah perjalanan para kru Ekspedisi Kapal Borobudur yang berlayar dari Indonesia menuju Afrika dalam rangka membawa misi kebudayaan, pada 2003 silam.
Selain bercerita tentang petualangan, historis, dan seabrek dinamika selama pelayaran, kisah di novel ini tentunya membangkitkan memori sekaligus menggelorakan narasi besar bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari. Narasi besar ini juga sejurus dengan visi pemerintahan Presiden Jokowi , yang hendak menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia .
“Besar harapan novel ini bisa menginspirasi anak muda Indonesia hingga memiliki semangat untuk menggelorakan narasi besar kebaharian Nusantara,” tutur penulis Muhammad Habibie.