35 Orang Lolos Sekolah Staf Presiden, Moeldoko: Mereka Memiliki Rekam Jejak Kepemimpinan dan Semangat Kontribusi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 35 orang lolos mengikuti Sekolah Staf Presiden (SSP) Tahun 2023. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut mereka merupakan yang terbaik dari puluhan ribu pendaftar.
"Dari total yang mendaftar itu 66.299 yang diterima 35 orang. Satu kursi di sini direbutkan oleh 1.809 orang," kata Moeldoko dalam keterangannya di Kantor KSP, Senin (3/7/2023).
Moeldoko menjelaskan kriteria-kriteria peserta yang lolos tersebut di antaranya terbaik dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Selain itu, beberapa peserta ada yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri.
"Berikutnya juga bersekolah di berbagai mancanegara, ada yang dari Taiwan, Tokyo, ada yang dari Belanda. Mereka lolos bukan saja karena pintar. Namun, mereka juga memiliki rekam jejak kepemimpinan dan semangat kontribusi melalui berbagai kegiatan sosial," jelasnya.
Moeldoko mengungkapkan bahwa proses seleksi SSP melalui esai dan wawancara. Namun, dirinya sangat menyayangkan masih ditemukannya plagiarisme dalam esai yang ditulis oleh beberapa peserta.
"Ada hal yang saya sangat sesalkan ada plagiasi. Dalam proses seleksi kami menemukan tingginya tingkat plagiasi dalam esai yang dikirim oleh para peserta. Plagiasi ini bisa sampai 50-80 persen. Ini menurut saya adalah sangat mengkhawatirkan. Pesan moral yang ingin saya sampaikan adalah jangan menjadi generasi copy paste," tegasnya.
Terkait peserta yang lolos, Moeldoko menyebut 35 orang tersebut berasal dari berbagai macam latar belakang dan profesi. Mulai dari insinyur, doktor, ekonom, hingga hukum dan kenegaraan.
"Di sini kita juga akomodasi teman-teman disabilitas, difabel ada dua orang di sini yang kita akomodir untuk bisa bersama-sama kita semuanya. Bukan karena afirmasi, tapi memang karena prestasi yang dimiliki (mereka)," kata Moeldoko.
Pihaknya juga mengakomodir dari lingkungan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). "Ada juga dari peserta dari IPDN. Kita berharap setelah mereka mengikuti kegiatan di sini nanti bisa mendistribusikan kepada teman-temannya yang ada di IPDN yang saat ini sedang belajar sehingga mereka paham bagaimana sebuah policy kebijakan publik digarap di sini."
Selain itu, Moeldoko mengatakan bahwa tujuan dibentuknya SSP yakni agar generasi muda calon pemimpin bangsa dapat memahami kompleksitas dalam mengelola negara.
"Yang kedua membangun semangat berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara. Generasi muda banyak yang pintar, kritis, dan punya semangat kontribusi, tetapi menjadi pemimpin bangsa mereka perlu memahami kompleksitas mengelola negara agar mereka bisa menciptakan solusi dari berbagai persoalan yang ada," kata Moeldoko.
Lihat Juga: Sekolah Harus Jadi Tempat Nyaman untuk Siswa, Bebas dari Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying
"Dari total yang mendaftar itu 66.299 yang diterima 35 orang. Satu kursi di sini direbutkan oleh 1.809 orang," kata Moeldoko dalam keterangannya di Kantor KSP, Senin (3/7/2023).
Moeldoko menjelaskan kriteria-kriteria peserta yang lolos tersebut di antaranya terbaik dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Selain itu, beberapa peserta ada yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri.
"Berikutnya juga bersekolah di berbagai mancanegara, ada yang dari Taiwan, Tokyo, ada yang dari Belanda. Mereka lolos bukan saja karena pintar. Namun, mereka juga memiliki rekam jejak kepemimpinan dan semangat kontribusi melalui berbagai kegiatan sosial," jelasnya.
Moeldoko mengungkapkan bahwa proses seleksi SSP melalui esai dan wawancara. Namun, dirinya sangat menyayangkan masih ditemukannya plagiarisme dalam esai yang ditulis oleh beberapa peserta.
"Ada hal yang saya sangat sesalkan ada plagiasi. Dalam proses seleksi kami menemukan tingginya tingkat plagiasi dalam esai yang dikirim oleh para peserta. Plagiasi ini bisa sampai 50-80 persen. Ini menurut saya adalah sangat mengkhawatirkan. Pesan moral yang ingin saya sampaikan adalah jangan menjadi generasi copy paste," tegasnya.
Terkait peserta yang lolos, Moeldoko menyebut 35 orang tersebut berasal dari berbagai macam latar belakang dan profesi. Mulai dari insinyur, doktor, ekonom, hingga hukum dan kenegaraan.
"Di sini kita juga akomodasi teman-teman disabilitas, difabel ada dua orang di sini yang kita akomodir untuk bisa bersama-sama kita semuanya. Bukan karena afirmasi, tapi memang karena prestasi yang dimiliki (mereka)," kata Moeldoko.
Pihaknya juga mengakomodir dari lingkungan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). "Ada juga dari peserta dari IPDN. Kita berharap setelah mereka mengikuti kegiatan di sini nanti bisa mendistribusikan kepada teman-temannya yang ada di IPDN yang saat ini sedang belajar sehingga mereka paham bagaimana sebuah policy kebijakan publik digarap di sini."
Selain itu, Moeldoko mengatakan bahwa tujuan dibentuknya SSP yakni agar generasi muda calon pemimpin bangsa dapat memahami kompleksitas dalam mengelola negara.
"Yang kedua membangun semangat berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara. Generasi muda banyak yang pintar, kritis, dan punya semangat kontribusi, tetapi menjadi pemimpin bangsa mereka perlu memahami kompleksitas mengelola negara agar mereka bisa menciptakan solusi dari berbagai persoalan yang ada," kata Moeldoko.
Lihat Juga: Sekolah Harus Jadi Tempat Nyaman untuk Siswa, Bebas dari Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying
(zik)