Cegah Perpecahan Bangsa, Islah Bahrawi: Pancasila sebagai Falsafah Negara Harus Dirawat

Jum'at, 09 Juni 2023 - 02:12 WIB
loading...
Cegah Perpecahan Bangsa,...
Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menegaskan hari kelahiran Pancasila harus diingat oleh setiap bangsa Indonesia. Foto: SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Di tengah tantangan global yang mendera banyak negara, khususnya dalam penanganan radikalisme dan ekstremisme berbasis kekerasan, Pancasila telah hadir sebagai penuntun bangsa Indonesia dalam menentukan arah bernegara.

Oleh karena itu, Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni harus menjadi pengingat bagi bangsa Indonesia akan pentingnya Pancasila sebagai falsafah bangsa yang menyatukan semua suku, golongan, dan kepercayaan.

Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menegaskan, hari kelahiran Pancasila harus diingat oleh setiap bangsa Indonesia. Pancasila bisa menyelamatkan kemajemukan Indonesia walaupun terdiri dari begitu banyak perbedaan di dalamnya.

"Kalau kita berkaca ke negara-negara Arab, bisa dikatakan mereka yang terdiri dari satu suku, satu bahasa, satu hamparan, dan satu daratan, tapi ternyata mereka tidak bisa berhimpun dalam satu negara yang utuh. Mereka terpecah-belah menjadi negara-negara kecil akibat tidak bisa bersatu dalam satu konsep tunggal seperti Pancasila yang dilakukan oleh Indonesia," ujar Islah dalam keterangannya, Kamis (8/6/2023).


Islah menilai kecintaan bangsa Indonesia terhadap Pancasila sebagai falsafah negara tidak boleh luntur. Hal ini lantaran Pancasila adalah titik awal bersatunya seluruh bangsa Indonesia dengan segala kemajemukannya. Sebab itu, relevansi Pancasila dalam menjawab tantangan berbagai zaman tidak perlu dipertanyakan lagi.

“Tentu saja, Pancasila ini masih sangat relevan untuk dijadikan sebagai falsafah dasar dan ideologi negara. Filosofi grondslag kalau bahasa Belandanya," katanya.

Mengacu kepada negara-negara yang saat ini sedang berkonflik, misalnya di Afrika, Asia Selatan, Timur Tengah, atau Amerika Selatan, menurut dia hal uty terjadi karena negara-negara tersebut tidak punya satu konsep tunggal atau kesepakatan bersama.


Konsep tunggal itu yang bisa mengikat semua warga negara di negaranya masing-masing untuk saling menghargai martabat warga negaranya tanpa harus melihat latar belakangnya. Seperti halnya pancasila yang mengatur itu semua secara detail.

Ia mencontohkan, negara-negara seperti Suriah, Libia, Somalia, Nigeria, Afghanistan, dan Pakistan, tidak memiliki satu bejana bersama yang mengatur semua orang dengan segala perbedaannya dan bisa memiliki hak dan kewajiban yang sama. Sementara Indonesia memiliki Pancasila yang mengatur mulai dari konsep ketuhanan sampai konsep berkeadilan.

“Negara-negara yang sedang bertikai, terlibat dalam konflik perang sipil, atau negara-negara yang telah terpecah-belah seperti Yugoslavia yang sekarang menjadi tujuh negara pecahan, ini sebenarnya karena mereka memang tidak punya falsafah dasar yang sanggup mengikat semua warganya yang berbeda," katanya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2127 seconds (0.1#10.140)