Dokter Reisa Ungkap Soal Perlindungan Anak di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Satuan Tugas Penanganan Covid-19 (virus Corona), dr Reisa Broto Asmoro mengatakan, banyak anak-anak Indonesia masih terlindungi dari penyebaran virus Corona. (Baca juga: Update, 1.207 WNI di Luar Negeri Positif Covid-19)
"Sudah 4 bulan lamanya kita menghadapi pandemi Covid-19. Berita bagusnya banyak anak Indonesia yang masih terlindungi dari ancaman Covid-19 hari ini. Namun tanpa tindakan segera, Covid-19 memberikan dampak yang panjang terhadap keselamatan, kesejahteraan dan masa depan anak-anak di Indonesia," kata Reisa di Media Center Satgas Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Kamis (23/7/2020).
(Baca juga: Berimbang, Positif Covid-19 Tambah 1.906 Sembuh Naik 1.909)
Reisa menjelaskan, virus ini juga berdampak pada kestabilan ekonomi masyarakat. "Selain virus Corona yang telah secara luas menyebar dan sebagian membuat anak-anak Indonesia sakit. Pandemi juga mengganggu kestabilan pendapatan warga keluarga Indonesia. Kehilangan pekerjaan dan pendapatan secara mendadak tentunya dapat memicu situasi kemiskinan bagi jutaan anak," ucap Reisa.
Kondisi ini kata Reisa, bisa mengancam status gizi, pendidikan dan perlindungan anak sekaligus dapat membuat ketimpangan yang sudah ada terkait gender, ekonomi, akses anak dengan disabilitas. "Anak-anak di Indonesia akan terus merasakan dampak pandeminya selama bertahun-tahun ke depan. Seperti ujaran perwakilan UNICEF untuk Indonesia Debora Comini," jelasnya.
Menurtunya, mengatakan agar tidak menyebabkan kerugian jangka panjang terhadap anak Indonesia ada tiga ala Satgas Covid-19, Kementerian pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia juga UNICEF Indonesia untuk melindungi anak Indonesia.
Tiga yang pertama, dukung keluarga memenuhi kebutuhan gizi anak. Sosialisasikan panduan dan sediakan sarana pelayanan kesehatan sosial berkelanjutan untuk remaja, perempuan usia subur, ibu hamil dan menyusui, dan balita.
Kedua, dukung anak agar tetap belajar. Perluas opsi belajar dari rumah agar tersedia pula metode yang minim atau tanpa teknologi. Awasi pembelajaran dan partisipasi murid melalui platform daring.
Ketiga, lindungi anak dari kekerasan, eksploitasi dan pelecehan. Berikan dukungan kesehatan jiwa dan psiko sosial kepada anak yang rentan. Rumuskan strategi untuk merumuskan kekerasan berbasis gender dan kekerasan terhadap anak.
"Termasuk pemetaan layanan panduan rujukan perluasan mekanisme pelaporan dan respon. Dan pastikan pekerja sosial dapat bekerja dengan aman menggunakan alat bantu agar pelayanan dan manajemen kasus bisa terus diselenggarakan untuk kelompok yang paling rentan," jelas Reisa.
"Sudah 4 bulan lamanya kita menghadapi pandemi Covid-19. Berita bagusnya banyak anak Indonesia yang masih terlindungi dari ancaman Covid-19 hari ini. Namun tanpa tindakan segera, Covid-19 memberikan dampak yang panjang terhadap keselamatan, kesejahteraan dan masa depan anak-anak di Indonesia," kata Reisa di Media Center Satgas Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Kamis (23/7/2020).
(Baca juga: Berimbang, Positif Covid-19 Tambah 1.906 Sembuh Naik 1.909)
Reisa menjelaskan, virus ini juga berdampak pada kestabilan ekonomi masyarakat. "Selain virus Corona yang telah secara luas menyebar dan sebagian membuat anak-anak Indonesia sakit. Pandemi juga mengganggu kestabilan pendapatan warga keluarga Indonesia. Kehilangan pekerjaan dan pendapatan secara mendadak tentunya dapat memicu situasi kemiskinan bagi jutaan anak," ucap Reisa.
Kondisi ini kata Reisa, bisa mengancam status gizi, pendidikan dan perlindungan anak sekaligus dapat membuat ketimpangan yang sudah ada terkait gender, ekonomi, akses anak dengan disabilitas. "Anak-anak di Indonesia akan terus merasakan dampak pandeminya selama bertahun-tahun ke depan. Seperti ujaran perwakilan UNICEF untuk Indonesia Debora Comini," jelasnya.
Menurtunya, mengatakan agar tidak menyebabkan kerugian jangka panjang terhadap anak Indonesia ada tiga ala Satgas Covid-19, Kementerian pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia juga UNICEF Indonesia untuk melindungi anak Indonesia.
Tiga yang pertama, dukung keluarga memenuhi kebutuhan gizi anak. Sosialisasikan panduan dan sediakan sarana pelayanan kesehatan sosial berkelanjutan untuk remaja, perempuan usia subur, ibu hamil dan menyusui, dan balita.
Kedua, dukung anak agar tetap belajar. Perluas opsi belajar dari rumah agar tersedia pula metode yang minim atau tanpa teknologi. Awasi pembelajaran dan partisipasi murid melalui platform daring.
Ketiga, lindungi anak dari kekerasan, eksploitasi dan pelecehan. Berikan dukungan kesehatan jiwa dan psiko sosial kepada anak yang rentan. Rumuskan strategi untuk merumuskan kekerasan berbasis gender dan kekerasan terhadap anak.
"Termasuk pemetaan layanan panduan rujukan perluasan mekanisme pelaporan dan respon. Dan pastikan pekerja sosial dapat bekerja dengan aman menggunakan alat bantu agar pelayanan dan manajemen kasus bisa terus diselenggarakan untuk kelompok yang paling rentan," jelas Reisa.
(maf)