Kemenag Inisiasi Pembentukan Organisasi Profesi Penyuluh Agama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) menyelenggarakan kongres dan musyawarah kerja nasional bagi para penyuluh agama . Kegiatan yang dimulai pada Rabu (24/5/2023) hari ini dijadwalkan berakhir pada Sabtu (27/5/2023) dengan terbentuknya Pengurus Organisasi Profesi Penyuluh Agama.
Direktur Penerangan Agama Islam pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Ahmad Zayadi menjelaskan, acara ini merupakan upaya mendorong para penyuluh agar lebih terkonsolidasi, memberi ruang inisiatif, membuka peluang kreatif, dan semakin menguatkan peran mereka di tengah masyarakat.
“Penyuluh agama, dalam hal ini penyuluh agama Islam, merupakan kelompok yang berjalan dalam sunyi. Mereka mengabdi kepada negara sepenuh hati, menjadi konektor bagi kelompok masyarakat satu dengan golongan masyarakat lain, membangun keharmonisan, menjadi juru penerang bagi kelompok-kelompok yang kurang beruntung secara rohani, dan banyak fungsi lain,” tuturnya.
Menurut dia, wadah organisasi menjadi kesempatan pagi para penyuluh agama Islam untuk berhimpun. ” Sejak awal kemerdekaan itu, semua mereka lakukan tanpa publikasi. Ini merupakan kesempatan buat para penyuluh untuk berhimpun lebih erat dan merumuskan langkah-langkah mereka ke depan, ini menjadi kongres pertama para penyuluh agama,” kata Zayadi.
Sebagai informasi, para penyuluh agama pada awalnya merupakan pemuka agama yang menyampaikan langsung ceramah kepada masyarakat. Sebelum Indonesia merdeka, penyuluhan tentang agama bisa dikatakan sebagai sebuah gerakan tersembunyi, pernyataan ini didasarkan pada kenyataan bahwa para pemuka agama pada masa itu dianggap sebagai ancaman besar oleh para penjajah, karena di samping berdakwah tentang ajaran agama mereka juga ikut memotivasi jemaahnya untuk merebut kemerdekaan Indonesia.
Pada zaman revolusi fisik kemudian para pemuka agama, khusunya ulama, memfatwakan wajib hukumnya berjuang dalam merebut kemerdekaan dengan jalan apa pun. Pemuka agama selalu di depan memimpin barisan, berjuang berserta rakyat melawan penjajah. Sampai akhirnya bersama kekuatan lain mencapai kemerdekaan, serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
Tidak mengherankan bila Direktorat Penerangan Agama (dahulu Jawatan Penerangan Agama) yang menangani penyuluhan agama merupakan satu dari empat pilar penyangga eksistensi Kementerian Agama selama puluhan tahun, di samping Direktorat Urusan Agama, Direktorat Pendidikan Agama, dan Direktorat Peradilan Agama.
Pada masa-masa awal kemerdekaan hingga 1980-an, para penyuluh agama lebih dikenal sebagai guru agama honorer (GAH). Demikian pula Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 1952 menyebut para penyuluh agama sebagai GAH.
Keputusan menteri Agama Nomor 79 Tahun 1985 menyatakan pemuka agama yang memberikan bimbingan kepada masyarakat diangkat oleh pemerintah (negara) sebagai penyuluh agama honorer (PAH), kepada mereka diberikan uang ikatan silaturahmi, berupa honorarium. Nomenklatur berubah dari guru agama honorer menjadi penyuluh agama honorer berdasarkan keputusan yang terakhir tersebut.
Kini total jumlah yang terdaftar di Kementerian Agama sebagai penyuluh agama PNS dan penyuluh agama non-PNS sudah hampir 100 ribu, dan penyuluh agama Islam menempati posisi paling banyak, kurang lebih 50 ribu orang. Mereka kini berhimpun, berkongres untuk pertama kali, sekaligus menyelenggarakan musyawarah kerja nasional “Pembentukan dan Pelantikan Pengurus Organisasi Profesi Penyuluh Agama 2023.” Pendeklarasian nama organisasi dan pelantikan para pengurusnya akan diselenggarakan pada akhir kongres pertama ini.
Kongres pertama para penyuluh agama nanti dibuka oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kamaruddin Amin. Selain seminar mengenai pentingnya peran penyuluh agama dalam revolusi mental dan pembangunan nasional, dalam kongres juga akan dideklarasikan organisasi profesi dengan nama Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI).
Zayadi mengungkapkan, kongres dan musyawarah kerja nasional yang akan diselenggarakan di wilayah Jakarta Barat ini akan dihadiri oleh 100 penyuluh agama dari 34 provinsi serta dapat diikuti secara daring oleh para penyuluh agama yang tersebar hingga kantor-kantor urusan agama (KUA) kecamatan di seluruh Indonesia. ”Mereka sangat antusias karena acara ini merupakan rekognisi, pengakuan, atas keberadaan mereka. Para penyuluh itu merasa gembira karena selama ini terkadang mereka perlu ruang berbagi dengan sesama penyuluh agama, memecahkan masalah, merumuskan metode baru dalam penyuluhan, juga berkompetisi secara sehat,” ucapnya.
Pada Jumat (26/5/2023) malam, deklarasi organisasi profesi penyuluh agama, IPARI, dan pelantikan pengurus akan dilakukan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sekaligus menutup rangkaian Kongres IPARI Pertama ini.
Direktur Penerangan Agama Islam pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Ahmad Zayadi menjelaskan, acara ini merupakan upaya mendorong para penyuluh agar lebih terkonsolidasi, memberi ruang inisiatif, membuka peluang kreatif, dan semakin menguatkan peran mereka di tengah masyarakat.
“Penyuluh agama, dalam hal ini penyuluh agama Islam, merupakan kelompok yang berjalan dalam sunyi. Mereka mengabdi kepada negara sepenuh hati, menjadi konektor bagi kelompok masyarakat satu dengan golongan masyarakat lain, membangun keharmonisan, menjadi juru penerang bagi kelompok-kelompok yang kurang beruntung secara rohani, dan banyak fungsi lain,” tuturnya.
Menurut dia, wadah organisasi menjadi kesempatan pagi para penyuluh agama Islam untuk berhimpun. ” Sejak awal kemerdekaan itu, semua mereka lakukan tanpa publikasi. Ini merupakan kesempatan buat para penyuluh untuk berhimpun lebih erat dan merumuskan langkah-langkah mereka ke depan, ini menjadi kongres pertama para penyuluh agama,” kata Zayadi.
Sebagai informasi, para penyuluh agama pada awalnya merupakan pemuka agama yang menyampaikan langsung ceramah kepada masyarakat. Sebelum Indonesia merdeka, penyuluhan tentang agama bisa dikatakan sebagai sebuah gerakan tersembunyi, pernyataan ini didasarkan pada kenyataan bahwa para pemuka agama pada masa itu dianggap sebagai ancaman besar oleh para penjajah, karena di samping berdakwah tentang ajaran agama mereka juga ikut memotivasi jemaahnya untuk merebut kemerdekaan Indonesia.
Pada zaman revolusi fisik kemudian para pemuka agama, khusunya ulama, memfatwakan wajib hukumnya berjuang dalam merebut kemerdekaan dengan jalan apa pun. Pemuka agama selalu di depan memimpin barisan, berjuang berserta rakyat melawan penjajah. Sampai akhirnya bersama kekuatan lain mencapai kemerdekaan, serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
Tidak mengherankan bila Direktorat Penerangan Agama (dahulu Jawatan Penerangan Agama) yang menangani penyuluhan agama merupakan satu dari empat pilar penyangga eksistensi Kementerian Agama selama puluhan tahun, di samping Direktorat Urusan Agama, Direktorat Pendidikan Agama, dan Direktorat Peradilan Agama.
Pada masa-masa awal kemerdekaan hingga 1980-an, para penyuluh agama lebih dikenal sebagai guru agama honorer (GAH). Demikian pula Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 1952 menyebut para penyuluh agama sebagai GAH.
Keputusan menteri Agama Nomor 79 Tahun 1985 menyatakan pemuka agama yang memberikan bimbingan kepada masyarakat diangkat oleh pemerintah (negara) sebagai penyuluh agama honorer (PAH), kepada mereka diberikan uang ikatan silaturahmi, berupa honorarium. Nomenklatur berubah dari guru agama honorer menjadi penyuluh agama honorer berdasarkan keputusan yang terakhir tersebut.
Kini total jumlah yang terdaftar di Kementerian Agama sebagai penyuluh agama PNS dan penyuluh agama non-PNS sudah hampir 100 ribu, dan penyuluh agama Islam menempati posisi paling banyak, kurang lebih 50 ribu orang. Mereka kini berhimpun, berkongres untuk pertama kali, sekaligus menyelenggarakan musyawarah kerja nasional “Pembentukan dan Pelantikan Pengurus Organisasi Profesi Penyuluh Agama 2023.” Pendeklarasian nama organisasi dan pelantikan para pengurusnya akan diselenggarakan pada akhir kongres pertama ini.
Kongres pertama para penyuluh agama nanti dibuka oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kamaruddin Amin. Selain seminar mengenai pentingnya peran penyuluh agama dalam revolusi mental dan pembangunan nasional, dalam kongres juga akan dideklarasikan organisasi profesi dengan nama Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI).
Zayadi mengungkapkan, kongres dan musyawarah kerja nasional yang akan diselenggarakan di wilayah Jakarta Barat ini akan dihadiri oleh 100 penyuluh agama dari 34 provinsi serta dapat diikuti secara daring oleh para penyuluh agama yang tersebar hingga kantor-kantor urusan agama (KUA) kecamatan di seluruh Indonesia. ”Mereka sangat antusias karena acara ini merupakan rekognisi, pengakuan, atas keberadaan mereka. Para penyuluh itu merasa gembira karena selama ini terkadang mereka perlu ruang berbagi dengan sesama penyuluh agama, memecahkan masalah, merumuskan metode baru dalam penyuluhan, juga berkompetisi secara sehat,” ucapnya.
Pada Jumat (26/5/2023) malam, deklarasi organisasi profesi penyuluh agama, IPARI, dan pelantikan pengurus akan dilakukan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sekaligus menutup rangkaian Kongres IPARI Pertama ini.
(muh)