Survei Polmatrix, Elektabilitas Gerindra Tempel Ketat PDIP dan Nasdem Anjlok
loading...
A
A
A
JAKARTA - Elektabilitas Partai Gerindra mengalami peningkatan signifikan hingga berpeluang mengejar keunggulan PDIP . Hal ini terjadi dalam kurun lima bulan terakhir.
Seperti terungkap dalam data survei Polmatrix Indonesia yang menunjukkan elektabilitas Gerindra mencapai 15,1%, mendekati PDIP sebesar 16,0%.
PDIP yang mendapat tekanan publik usai batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 belum pulih kembali. Elektabilitas PDIP cenderung stagnan, meskipun telah mempercepat deklarasi Ganjar Pranowo sebagai capres.
Praktis dua kekuatan politik kini tengah berhadap-hadapan, antara PDIP yang mengusung Ganjar dengan Gerindra pengusung Prabowo Subianto. Nasdem yang mengusung Anies Baswedan masih jauh di bawah dengan elektabilitas hanya sebesar 3,1%.
"Elektabilitas Gerindra menempel ketat PDIP, sedangkan Nasdem kembali amblas di bawah parliamentary threshold (PT)," ujar Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto dalam rilisnya, Sabtu (20/5/2023).
Menurut Dendik, tensi politik yang meninggi beberapa waktu terakhir menciptakan dinamika elektoral baru. PDIP yang biasanya selalu unggul jauh di atas partai-partai lain kini harus menghitung cermat ancaman Gerindra yang selama ini berada pada peringkat kedua.
Persinggungan antara pemilu legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) semakin menemukan bentuknya. Identifikasi partai politik dengan calon presiden memberikan efek ekor jas (coattail effect) dalam hal sentimen positif maupun negatif.
"Ketika Ganjar menyuarakan penolakan kehadiran tim Israel pada Piala Dunia U20, publik menghukum dengan anjloknya elektabilitas PDIP," ucap Dendik.
Elektabilitas PDIP berpotensi terus menurun sehingga diputuskan untuk segera mencapreskan Ganjar. Strategi tersebut berhasil menahan tren pelemahan PDIP dan sedikit menghambat laju koalisi besar dengan poros Gerindra.
Seperti terungkap dalam data survei Polmatrix Indonesia yang menunjukkan elektabilitas Gerindra mencapai 15,1%, mendekati PDIP sebesar 16,0%.
PDIP yang mendapat tekanan publik usai batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 belum pulih kembali. Elektabilitas PDIP cenderung stagnan, meskipun telah mempercepat deklarasi Ganjar Pranowo sebagai capres.
Praktis dua kekuatan politik kini tengah berhadap-hadapan, antara PDIP yang mengusung Ganjar dengan Gerindra pengusung Prabowo Subianto. Nasdem yang mengusung Anies Baswedan masih jauh di bawah dengan elektabilitas hanya sebesar 3,1%.
"Elektabilitas Gerindra menempel ketat PDIP, sedangkan Nasdem kembali amblas di bawah parliamentary threshold (PT)," ujar Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto dalam rilisnya, Sabtu (20/5/2023).
Menurut Dendik, tensi politik yang meninggi beberapa waktu terakhir menciptakan dinamika elektoral baru. PDIP yang biasanya selalu unggul jauh di atas partai-partai lain kini harus menghitung cermat ancaman Gerindra yang selama ini berada pada peringkat kedua.
Persinggungan antara pemilu legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) semakin menemukan bentuknya. Identifikasi partai politik dengan calon presiden memberikan efek ekor jas (coattail effect) dalam hal sentimen positif maupun negatif.
"Ketika Ganjar menyuarakan penolakan kehadiran tim Israel pada Piala Dunia U20, publik menghukum dengan anjloknya elektabilitas PDIP," ucap Dendik.
Elektabilitas PDIP berpotensi terus menurun sehingga diputuskan untuk segera mencapreskan Ganjar. Strategi tersebut berhasil menahan tren pelemahan PDIP dan sedikit menghambat laju koalisi besar dengan poros Gerindra.