Polemik Ponpes Al Zaytun, SAS Institute Beri Penjelasan Begini

Selasa, 02 Mei 2023 - 16:05 WIB
loading...
Polemik Ponpes Al Zaytun, SAS Institute Beri Penjelasan Begini
Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj (SAS) Institute. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Pada awal Syawal, beredar sebuah video yang mempertontonkan sebuah prosesi salat Ied dengan mencampur saf pria dan wanita dalam satu barisan. Setelah ditelusuri, kejadian itu terjadi pada waktu salat Ied 1 Syawal 1444 di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun , Indramayu.

Polemik publik terus berjalan, dikarenakan pemberitaan terkait video tersebut juga begitu gencar di media sosial. Kejanggalan lain juga bukan saja terkait saf yang dicampur. Namun juga bagaimana para jemaah salat Ied duduk di atas kursi lipat dengan kerapatan saf yang sangat renggang.

Dalam sebuah penjelasan pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang menjelaskan, hal itu adalah urusan perempuan. Dalam penjelasannya dia mengatakan, dibebaskan kaum perempuan untuk mengambil saf depan di belakang Imam salat.



Dirinya juga menekankan, mazhab yang dianut adalah mazhab Bung Karno. "Kalau ditanya mazhabnya apa, nanti saya jelaskan aneh lagi. Ini Mazhab Bung Karno. Karena saya pernah bertemu beliau saat kelas 3 SD (Sekolah Rakyat)," jelas Panji Gumilang.

"Saya membaca (buku) Di bawah Bendera Revolusi (DBR) secara mendalam, hingga tuntas. Bukan hanya membaca, bahkan saya menghafal setiap baris isi buku," jelas Panji Gumilang dalam memaparkan video singkat yang beredar.



Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj (SAS) Institute menilai, ada sebuah prakondisi Pemilu 2024 dengan kembali menarik-narik isu Islam.

"Ini ada operasi intelijen yang bekerja untuk kepentingan Pemilu 2024. Kenapa video ini baru muncul tiba-tiba tahun ini? Sebenarnya, secara dalil hukum dan hadis sudah dijelaskan oleh Kiai Marsudi Syuhud dari MUI secara gamblang dan jelas. Bisa ditonton di YouTube, itu tuntas sudah semuanya beliau jelaskan," jelasnya.

Abi Rekso melihat, ada indikasi yang ingin kembali menggunakan isu Islam, untuk mengeruhkan situasi menjelang Pemilu 2024. Dirinya mencatat, ada dua hal penting yang harus dipahami publik terkait isu ini.

Pertama, ada kesan kontroversi ini sengaja diciptakan dengan pendekatan intelijen politik tertentu. Kedua, dengan menyatakan, bahwa aturan saf salat dicampur mengacu pada Mazhab Bung Karno, ini juga keliru bahkan cenderung sesat.

Ketika ditanya lebih dalam terkait operasi intelijen dari pihak mana, Abi Rekso menyatakan, ada kelompok yang sedang bekerja untuk kepentingan politik tertentu menjelang Pemilu 2024.

"Produk intelijen itu tidak selalu diciptakan dari BIN (Negara), organisasi intelijen asing atau swasta juga bisa melakukan cipta kondisi itu. Ya, kita tahu Al Zaytun sendiri adalah produk intelijen dari rezim lama," papar Sekretaris Eksekutif SAS Institute.

Kaitannya dengan pernyataan Panji Gumilang terkait mazhab Bung Karno, Abi Rekso menilai, ini yang perlu diluruskan karena bisa menjadi hal yang sensitif bagi kaum Muslimin di Indonesia.

"Pernyataan saudara Panji Gumilang ini berbahaya. Karena Bung Karno dalam Di bawah Bendera Revolusi tidak pernah membahas terkait dengan tata cara dan syariat salat," tegasnya.

"Selain itu, Islam hanya mengenal empat mazhab; Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Maliki dan Imam Hambali. Jadi tidak ada itu Syariat Islam mazhab Bung Karno, itu pernyataan sesat. Pernyataan saudara Panji ini berpotensi menghasut umat Muslim Indonesia," sambungnya.

Dirinya pun mengimbau kepada masyarakat Muslim untuk tidak mudah terhasut dengan isu-isu seperti ini. "Karena MUI sudah memberikan penjelasan yang lugas, dan masyarakat bisa mengacu kembali kepada MUI jika ada hal-hal yang rancu seperti ini," tutupnya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1689 seconds (0.1#10.140)