Jenderal Marinir Alumni AAL 1970-an, Nomor 2 Lulusan 3 Pendidikan Pasukan Elite Dunia
loading...
A
A
A
Selain menduduki sejumlah jabatan strategis, Safzen Nurdin juga kenyang dengan pengalaman di medan operasi. Dia pernah diterjunkan dalam Operasi Timor Timur dan Aceh. Termasuk tugas operasi di luar negeri yakni, di Irak dan Kamboja.
Foto/istimewa
Mengawali karier militernya sebagai Komandan Peleton (Danton) MO-81, Komandan Peleton 2 Ki F, dan Komandan Peleton Markas, Nono Sampono pernah dipercaya menjadi ajudan Pangalima ABRI (Pangab) Jenderal TNI LB Moerdani.
Selama mengabdikan diri di militer, Nono Sampono banyak menduduki jabatan strategis. Tidak hanya di kesatuannya Korps Marinir, tapi juga di TNI AL, Mabes TNI hingga di luar struktur militer. Di antaranya, Komandan Denjaka pada periode 1988–1993.
Kemudian Komandan Yonif 4/Marinir, Wakil Danpaspampres (Wadan Paspampres) di awal-awal Reformasi pada 2000–2001 hingga menjadi Komandan Paspampres (Danpaspampres) ke-13. Nono menjabat sebagai Danpaspampres selama dua tahun di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 2001–2003.
Setelah menjadi perisai hidup Gus Dur, karier militer Nono terus melejit. Nono kemudian dipercaya menjabat sebagai Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL), Inspektur Jenderal Mabes TNI AL, Komandan Korps Marinir (Dankormar) ke 16. Kemudian Danjen Akademi TNI hingga akhirnya menjadi Kabasarnas di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tak hanya memegang jabatan strategis, Nono juga berprestasi dalam bidang akademis. Banyak pendidikan militer yang dilaluinya, mulai dari Pendidikan Komando Pendidikan Spesialis Perwira, Pendidikan Taifib, Pendidikan PTAL.
Yang tidak kalah pentingnya, Nono merupakan Perwira Tinggi (Pati) TNI yang pernah mengikuti pendidikan khusus tiga pasukan elite dunia yakni, Pendidikan Pasukan Khusus Antiteror di Den 81/Gultor Kopassus, Pendidikan Pasukan Khusus di Hawaii, Amerika Serikat, dan Pendidikan Pasukan Khusus di Korea Selatan (Korsel). Termasuk Seskoad dan Sesko ABRI angkatan XXII.
Foto/istimewa
2. Letjen TNI (Mar) Purn. Nono Sampono
Lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan XXI pada 1976 ini merupakan tokoh militer yang cukup disegani di Indonesia. Pria kelahiran Bangkalan, Madura pada 1 Maret 1953 ini memiliki segudang prestasi yang sulit ditandingi.Mengawali karier militernya sebagai Komandan Peleton (Danton) MO-81, Komandan Peleton 2 Ki F, dan Komandan Peleton Markas, Nono Sampono pernah dipercaya menjadi ajudan Pangalima ABRI (Pangab) Jenderal TNI LB Moerdani.
Selama mengabdikan diri di militer, Nono Sampono banyak menduduki jabatan strategis. Tidak hanya di kesatuannya Korps Marinir, tapi juga di TNI AL, Mabes TNI hingga di luar struktur militer. Di antaranya, Komandan Denjaka pada periode 1988–1993.
Kemudian Komandan Yonif 4/Marinir, Wakil Danpaspampres (Wadan Paspampres) di awal-awal Reformasi pada 2000–2001 hingga menjadi Komandan Paspampres (Danpaspampres) ke-13. Nono menjabat sebagai Danpaspampres selama dua tahun di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 2001–2003.
Setelah menjadi perisai hidup Gus Dur, karier militer Nono terus melejit. Nono kemudian dipercaya menjabat sebagai Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL), Inspektur Jenderal Mabes TNI AL, Komandan Korps Marinir (Dankormar) ke 16. Kemudian Danjen Akademi TNI hingga akhirnya menjadi Kabasarnas di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tak hanya memegang jabatan strategis, Nono juga berprestasi dalam bidang akademis. Banyak pendidikan militer yang dilaluinya, mulai dari Pendidikan Komando Pendidikan Spesialis Perwira, Pendidikan Taifib, Pendidikan PTAL.
Yang tidak kalah pentingnya, Nono merupakan Perwira Tinggi (Pati) TNI yang pernah mengikuti pendidikan khusus tiga pasukan elite dunia yakni, Pendidikan Pasukan Khusus Antiteror di Den 81/Gultor Kopassus, Pendidikan Pasukan Khusus di Hawaii, Amerika Serikat, dan Pendidikan Pasukan Khusus di Korea Selatan (Korsel). Termasuk Seskoad dan Sesko ABRI angkatan XXII.
(cip)