Menebak Pilihan PDIP di Pilpres 2024: Jadi Magnet atau Lone Wolf?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) hingga saat ini belum mau buka-bukaan tentang arah koalisi Pilpres 2024 , termasuk siapa yang bakal dijagokan sebagai calon presidennya. Namun, PDIP lewat beberapa elitenya telah menyampaikan ingin bekerja sama dengan partai politik (parpol) lain pada Pilpres 2024.
Di sisi lain, sejumlah parpol sedang mewacanakan Koalisi Besar alias gabungan dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Adapun KIB terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sementara itu, KKIR terdiri dari Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Politikus Senior PDIP Hendrawan Supratikno tak mempermasalahkan adanya wacana pembentukan Koalisi Besar untuk Pilpres 2024.
"Intinya kami tentu akan bekerja sama dengan parpol lain. Karena kami sudah punya tiket, dan berangkat dari niat baik, maka kami percaya banyak yang akan berminat. Ibarat kereta api, lokomotifnya dengan enerji besar, sudah siap berangkat," ujar Hendrawan Supratikno, Jumat (14/4/2023).
Lalu, apakah PDIP menjadi magnet politik atau justru sendirian pada Pilpres 2024?
“Pertama, PDIP patut bersenang hati karena menjadi satu-satunya parpol yang berhak mengusung capres/cawapres sendiri,” kata Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis Fadhli Harahab kepada SINDOnews, Senin (17/4/2023).
Kedua, kata dia, melihat hasil riset sejumlah lembaga survei, elektabilitas PDIP juga sampai saat ini masih pada posisi teratas, meskipun belakangan ada sedikit penurunan. Ketiga, lanjut dia, PDIP punya kader potensial untuk diusung di Pilpres 2024.
“Modal besar ini menjadikan PDIP berada pada posisi strategis dan mampu menarik kelompok mana pun untuk ikut dalam gerbong koalisi. Meski demikian, PDIP tentu perlu waspada dan tak merasa puas diri karena sangat terlihat ada gerakan besar yang coba membayangi mereka, yakni KIB dan KKIR,” ujarnya.
Dia melihat jika kepentingan kelompok-kelompok tersebut bisa terakomodir akan menjadi kekuatan super besar di pilpres nanti. “Tetapi jika kepentingannya tidak terakomodir, maka masing-masing akan cari gerbong sendiri dan pada akhirnya yang punya peluang besar menang pilpres yang paling potensial yang didukung,” ucapnya.
Dia yakin bahwa PDIP tentu tak mau kehilangan momentum hattrick di pemilu mendatang, serta memenangkan kader sendiri di pilpres. “Syaratnya, PDIP mesti mampu mengonsolidasi kekuatan besar pula. Caranya, bisa mengakomodir berbagai kepentingan kelompok,” pungkasnya.
Pendapat berbeda dikatakan oleh Analis Politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Power Ikhwan Arif. “PDI Perjuangan tidak mau ketinggalan dengan koalisi lain, terbukti PDIP merespons cepat wacana koalisi besar yang digagas Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto,” ujar Ikhwan Arif dihubungi terpisah.
Ikhwan menilai PDIP ingin merapat ke koalisi besar lantaran muncul narasi Prabowo Subianto-Airlangga Hartarto dan tidak mau ketinggalan dengan partai pemerintah lainnya. “Keyakinan PDIP sebagai tuan rumah koalisi merupakan respons dari ketakutan PDIP ditinggalkan koalisi pemerintah, sehingga PDIP harus mengambil langkah percaya diri sebagai tuan rumah dari koalisi. Menurut saya PDIP berpotensi besar sebagai koalisi tunggal di Pilpres 2024,” imbuhnya.
Dia mengatakan, berdasarkan aturan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold, PDIP menjadi satu-satunya partai yang mempunyai golden tiket untuk dapat mengusung bakal capres tanpa berkoalisi dengan partai lain. Dengan modal kursi di DPR saat ini, kata dia, PDIP dapat mencalonkan presiden dan wakil presiden sendiri.
“PDIP punya dua nominasi kandidat capres di 2024, berdasarkan hitung-hitungan presidential threshold, PDIP bisa saja nunjuk Puan atau Ganjar tanpa berkoalisi dengan partai politik lain. Tapi dalam tradisi pilpres gabungan partai politik sangat dibutuhkan untuk menambah kekuatan politik dalam merebut suara pemilih,” ungkapnya.
Dia berpendapat, PDIP akan kewalahan jika mengusung capres dan cawapres sendiri. Namun, ujar dia, PDIP mempunyai infrastruktur politik yang kuat.
Berdasarkan pada hasil pemilu sebelumnya, lanjut dia, PDIP berhasil menjalankan mesin partai, sehingga memperoleh kemenangan berturut-turut. “Inilah potensi besar PDIP akan membentuk koalisi tunggal,” ucapnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, berkaca pada pemilu sebelumnya PDIP berhasil memperoleh kursi terbanyak di tingkat legislatif dan juga eksekutif. “Tidak menutup kemungkinan PDIP percaya diri di Pilpres 2024 dengan mengusung kandidatnya sendiri,” katanya.
Di sisi lain, sejumlah parpol sedang mewacanakan Koalisi Besar alias gabungan dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Adapun KIB terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sementara itu, KKIR terdiri dari Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Politikus Senior PDIP Hendrawan Supratikno tak mempermasalahkan adanya wacana pembentukan Koalisi Besar untuk Pilpres 2024.
"Intinya kami tentu akan bekerja sama dengan parpol lain. Karena kami sudah punya tiket, dan berangkat dari niat baik, maka kami percaya banyak yang akan berminat. Ibarat kereta api, lokomotifnya dengan enerji besar, sudah siap berangkat," ujar Hendrawan Supratikno, Jumat (14/4/2023).
Lalu, apakah PDIP menjadi magnet politik atau justru sendirian pada Pilpres 2024?
“Pertama, PDIP patut bersenang hati karena menjadi satu-satunya parpol yang berhak mengusung capres/cawapres sendiri,” kata Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis Fadhli Harahab kepada SINDOnews, Senin (17/4/2023).
Kedua, kata dia, melihat hasil riset sejumlah lembaga survei, elektabilitas PDIP juga sampai saat ini masih pada posisi teratas, meskipun belakangan ada sedikit penurunan. Ketiga, lanjut dia, PDIP punya kader potensial untuk diusung di Pilpres 2024.
“Modal besar ini menjadikan PDIP berada pada posisi strategis dan mampu menarik kelompok mana pun untuk ikut dalam gerbong koalisi. Meski demikian, PDIP tentu perlu waspada dan tak merasa puas diri karena sangat terlihat ada gerakan besar yang coba membayangi mereka, yakni KIB dan KKIR,” ujarnya.
Dia melihat jika kepentingan kelompok-kelompok tersebut bisa terakomodir akan menjadi kekuatan super besar di pilpres nanti. “Tetapi jika kepentingannya tidak terakomodir, maka masing-masing akan cari gerbong sendiri dan pada akhirnya yang punya peluang besar menang pilpres yang paling potensial yang didukung,” ucapnya.
Dia yakin bahwa PDIP tentu tak mau kehilangan momentum hattrick di pemilu mendatang, serta memenangkan kader sendiri di pilpres. “Syaratnya, PDIP mesti mampu mengonsolidasi kekuatan besar pula. Caranya, bisa mengakomodir berbagai kepentingan kelompok,” pungkasnya.
Pendapat berbeda dikatakan oleh Analis Politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Power Ikhwan Arif. “PDI Perjuangan tidak mau ketinggalan dengan koalisi lain, terbukti PDIP merespons cepat wacana koalisi besar yang digagas Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto,” ujar Ikhwan Arif dihubungi terpisah.
Ikhwan menilai PDIP ingin merapat ke koalisi besar lantaran muncul narasi Prabowo Subianto-Airlangga Hartarto dan tidak mau ketinggalan dengan partai pemerintah lainnya. “Keyakinan PDIP sebagai tuan rumah koalisi merupakan respons dari ketakutan PDIP ditinggalkan koalisi pemerintah, sehingga PDIP harus mengambil langkah percaya diri sebagai tuan rumah dari koalisi. Menurut saya PDIP berpotensi besar sebagai koalisi tunggal di Pilpres 2024,” imbuhnya.
Dia mengatakan, berdasarkan aturan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold, PDIP menjadi satu-satunya partai yang mempunyai golden tiket untuk dapat mengusung bakal capres tanpa berkoalisi dengan partai lain. Dengan modal kursi di DPR saat ini, kata dia, PDIP dapat mencalonkan presiden dan wakil presiden sendiri.
“PDIP punya dua nominasi kandidat capres di 2024, berdasarkan hitung-hitungan presidential threshold, PDIP bisa saja nunjuk Puan atau Ganjar tanpa berkoalisi dengan partai politik lain. Tapi dalam tradisi pilpres gabungan partai politik sangat dibutuhkan untuk menambah kekuatan politik dalam merebut suara pemilih,” ungkapnya.
Dia berpendapat, PDIP akan kewalahan jika mengusung capres dan cawapres sendiri. Namun, ujar dia, PDIP mempunyai infrastruktur politik yang kuat.
Berdasarkan pada hasil pemilu sebelumnya, lanjut dia, PDIP berhasil menjalankan mesin partai, sehingga memperoleh kemenangan berturut-turut. “Inilah potensi besar PDIP akan membentuk koalisi tunggal,” ucapnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, berkaca pada pemilu sebelumnya PDIP berhasil memperoleh kursi terbanyak di tingkat legislatif dan juga eksekutif. “Tidak menutup kemungkinan PDIP percaya diri di Pilpres 2024 dengan mengusung kandidatnya sendiri,” katanya.
(rca)