Pantau Kesehatan Jemaah Haji di Saudi, Kemenkes Kerahkan 520 Dokter dan 1.040 Perawat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengerahkan ratusan dokter spesialis dan ribuan perawat pada penyelenggaraan ibadah haji 1444H/2023M. Para petugas kesehatan tersebut akan memantau kondisi kesehatan jemaah haji selama di Arab Saudi.
"Jadi setiap satu kloter ada satu dokter dan dua perawat. Jadi kalau 520 kloter berarti ada 520 dokter dan 1.040 perawat. Jadi totalnya 1.560 tenaga kesehatan," ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo saat memberikan pembekalan kepada Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) 2023 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (12/4/2023).
Berdasarkan data yang dihimpun, kata Liliek, ada 50 jemaah haji di setiap kloter yang harus diperiksa kesehatannya secara berkala. Mereka adalah jemaah yang memang memiliki risiko paling tinggi kesehatan. "Setiap kloter ada 50 jemaah yang menjadi pasien prioritas untuk dilakukan pemeriksaan secara berkala. Setiap minggu mereka tiga kali untuk medical check up," katanya.
Tujuannya, supaya kesehatan jemaah terjaga pada saat menjalankan ibadah pada puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Sebab, dari data yang dihimpun sejak 2018 hingga 2022 penyebab kematian jemaah haji Indonesia terbanyak karena penyakit jantung dan paru akibat aktivitas fisik yang melelahkan.
"Puncak kematian harian tertinggi terjadi pada masa Armuzna sampai 5 hari pasca Armuzna, ini masa-masa kritis karena jemaah harus berjalan kaki," kata dia.
Untuk memantau kesehatan jemaah haji, kata Liliek, pihaknya akan menugaskan dokter-dokter spesialis di setiap sektor. Mereka akan berada di luar hotel seperti di tempat ibadah agar lebih mendekat kepada jemaah.
"Di situ kita tempatkan dokter-dokter spesialis sehingga bisa langsung diidentifikasi jemaah yang sakit apakah ini bisa dirujuk ke rumah sakit haji indonesia yang sifatnya darurat atau di klinik arab saudi supaya jemaah ini dapat penangnan yang cepat dan tepat," ucapnya.
"Jadi setiap satu kloter ada satu dokter dan dua perawat. Jadi kalau 520 kloter berarti ada 520 dokter dan 1.040 perawat. Jadi totalnya 1.560 tenaga kesehatan," ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo saat memberikan pembekalan kepada Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) 2023 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (12/4/2023).
Berdasarkan data yang dihimpun, kata Liliek, ada 50 jemaah haji di setiap kloter yang harus diperiksa kesehatannya secara berkala. Mereka adalah jemaah yang memang memiliki risiko paling tinggi kesehatan. "Setiap kloter ada 50 jemaah yang menjadi pasien prioritas untuk dilakukan pemeriksaan secara berkala. Setiap minggu mereka tiga kali untuk medical check up," katanya.
Tujuannya, supaya kesehatan jemaah terjaga pada saat menjalankan ibadah pada puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Sebab, dari data yang dihimpun sejak 2018 hingga 2022 penyebab kematian jemaah haji Indonesia terbanyak karena penyakit jantung dan paru akibat aktivitas fisik yang melelahkan.
"Puncak kematian harian tertinggi terjadi pada masa Armuzna sampai 5 hari pasca Armuzna, ini masa-masa kritis karena jemaah harus berjalan kaki," kata dia.
Untuk memantau kesehatan jemaah haji, kata Liliek, pihaknya akan menugaskan dokter-dokter spesialis di setiap sektor. Mereka akan berada di luar hotel seperti di tempat ibadah agar lebih mendekat kepada jemaah.
"Di situ kita tempatkan dokter-dokter spesialis sehingga bisa langsung diidentifikasi jemaah yang sakit apakah ini bisa dirujuk ke rumah sakit haji indonesia yang sifatnya darurat atau di klinik arab saudi supaya jemaah ini dapat penangnan yang cepat dan tepat," ucapnya.
(cip)