Hindari Konten Negatif, Masyarakat Diminta Bijak Gunakan Medsos selama Ramadan

Minggu, 02 April 2023 - 07:23 WIB
loading...
Hindari Konten Negatif, Masyarakat Diminta Bijak Gunakan Medsos selama Ramadan
Besarnya penggunaan media sosial membuat sejumlah orang mengampanyekan Gerakan Detox Media Sosial selama Ramadan. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Besarnya penggunaan media sosial membuat sejumlah orang mengampanyekan Gerakan Detox Media Sosial selama Ramadan. Tujuannya untuk mencegah sekaligus menjaga diri dari konten dan komentar negatif.

Hal itu dibahas dalam kegiatan Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) Ngabuburit dengan tema “Detox Media Sosial di Bulan Ramadhan, perlukah?” yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama GNLD Siberkreasi.

Founder Muslimmilenial Romzi Ahmad menjelaskan detox dalam media sosial artinya memilih untuk berhenti dalam waktu tertentu dalam aktivitas bermedia sosial. Di bulan suci Ramadan, penguna media sosial diharapkan tetap mawas diri dan bijaksana dalam bermedia sosial.



Menurut Romzi, hukum agama mewajibkan untuk berinteraksi antar manusia dengan cara yang baik. Ia mengatakan standar moral interaksi baik di ruang digital maupun di ruang nyata pada dasarnya sama. “Menahan diri atau menahan jempol untuk tidak mengeluarkan komentar-komentar negatif,” kata Romzi, Minggu (2/4/2023).


Karena batasan di ruang digital semakin kabur, maka anjuran untuk menahan diri agar menjalin hubungan baik dengan pengguna media sosial lainnya semakin relevan. Terkait toleransi antar perbedaan, Romzi menyatakan toleransi bukanlah sikap mengabaikan orang lain. Namun, toleransi berarti sikap berani menerima perbedaan yang merupakan bagian dari hukum alam atau sunnatullah.

“Ada sejumlah alasan orang-orang memilih puasa media sosial, dari mulai menghilangkan distraksi hingga menjaga diri dari konten negatif. Tetapi, ada pula orang yang memilih lebih aktif media sosial dengan berhubungan dengan momen bulan Ramadan,” ucapnya.

Komika sekaligus content creator, Adrian Qalbi mengatakan pilihan untuk melakukan detox media sosial sebaiknya tidak perlu diperlihatkan. Sikap tersebut justru bertolak belakang dengan tujuan untuk mendapatkan kesehatan mental yang lebih baik. “Media sosial rawan dijadikan ruang mencari validasi. Karena itu, tindakan tersebut dapat diatasi dengan detoks media sosial,” katanya.

Sementara itu, dr. Dhea Mangun dari Portal Kesehatan Masyarakat (Portkesmas) menyatakan media sosial dapat jadi penyebaran informasi kesehatan. Dia menyarankan kolaborasi bersama influencer kesehatan agar penyebaran informasi menjadi jauh lebih luas. “Kita kolaborasi dengan influencernya ya tenaga kesehatan yang kredibel,“ jelasnya.

Dia mengutip studi dari Kemenkes yang menyatakan tenaga kesehatan merupakan pihak yang paling dipercaya oleh masyarakat dalam menyampaikan informasi kesehatan. Kemudian, penggunaan aplikasi berisi informasi kesehatan juga dapat jadi referensi yang dapat dipromosikan pula. Selain itu, masyarakat dapat melakukan kerjasama dengan Lembaga kesehatan di daerahnya.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2100 seconds (0.1#10.140)