Duet Prabowo-Ganjar yang Bikin Panas Cak Imin dan PKB
loading...
A
A
A
Namun duet ini dianggap menemukan momentum ketika tampil bareng bersama Jokowi. Kesan politik yang terbaca kuat adalah Jokowi sedang meng-endorse Prabowo-Ganjar.
Karena itu, sikap PKB soal kemungkinan bubarnya koalisi dengan Gerindra dinilai wajar. ”Wajar Cak Imin menyatakan sikap tegasnya. Jika skema Prabowo-Ganjar kian matang, maka Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang telah disemai Gerindra-PKB akan bubar," ujar Analis Politik Ahmad Khoirul Umam.
Ia mengatakan, skema duet Prabowo-Ganjar yang diasumsikan didukung Gerindra dan PDIP secara tidak langsung akan kembali menegasikan kontribusi partai Islam. Menurutnya, partai Islam dipaksa hanya menjadi jemaah atau makmum dalam koalisi.
"Dalam konteks yang lebih spesifik, suara pemilih Nahdliyyin hanya dijadikan sebagai rebutan saja, sedangkan mesin politik Nahdliyyin seolah tidak diberikan peran memadai dalam ruang kompetisi kepemimpinan nasional," tutur Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indrostrategic) ini.
Ia menyebut, dalam konteks ini, PKB yang merupakan partai berbasis Islam dengan kekuatan suara terbesar hasil Pemilu 2019 lalu, seolah akan dipaksa untuk kesekian kalinya oleh kekuatan politik tertentu untuk mengalah dan mundur menjadi kontestasi Pilpres.
"Di Pilpres 2019 lalu, setelah proposal Cak Imin untuk menjadi Cawapres Jokowi bertepuk sebelah tangan, PKB hampir membentuk koalisi bersama partai lain untuk mengusung Gatot Nurmantyo-Muhaimin. Namun rencana koalisi itu terpaksa digagalkan karena Cak Imin berada di bawah tekanan kekuatan tertentu," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, kini, ikhtiar PKB untuk maju dalam kontestasi Pilpres juga tengah dibayang-bayangi oleh tekanan serupa, yang akan memaksa PKB untuk tunduk pada perintah kekuasaan.
"Karena itu, sikap tegas Muhaimin yang siap menyatakan koalisi Gerindra-PKB bubar jika Prabowo-Ganjar menguat, merupakan bentuk ketegasan atas sikap Gerindra yang hingga hari ini terlihat masih bermain dua kaki (double standard)," pungkasnya.
Karena itu, sikap PKB soal kemungkinan bubarnya koalisi dengan Gerindra dinilai wajar. ”Wajar Cak Imin menyatakan sikap tegasnya. Jika skema Prabowo-Ganjar kian matang, maka Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang telah disemai Gerindra-PKB akan bubar," ujar Analis Politik Ahmad Khoirul Umam.
Ia mengatakan, skema duet Prabowo-Ganjar yang diasumsikan didukung Gerindra dan PDIP secara tidak langsung akan kembali menegasikan kontribusi partai Islam. Menurutnya, partai Islam dipaksa hanya menjadi jemaah atau makmum dalam koalisi.
"Dalam konteks yang lebih spesifik, suara pemilih Nahdliyyin hanya dijadikan sebagai rebutan saja, sedangkan mesin politik Nahdliyyin seolah tidak diberikan peran memadai dalam ruang kompetisi kepemimpinan nasional," tutur Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indrostrategic) ini.
Ia menyebut, dalam konteks ini, PKB yang merupakan partai berbasis Islam dengan kekuatan suara terbesar hasil Pemilu 2019 lalu, seolah akan dipaksa untuk kesekian kalinya oleh kekuatan politik tertentu untuk mengalah dan mundur menjadi kontestasi Pilpres.
"Di Pilpres 2019 lalu, setelah proposal Cak Imin untuk menjadi Cawapres Jokowi bertepuk sebelah tangan, PKB hampir membentuk koalisi bersama partai lain untuk mengusung Gatot Nurmantyo-Muhaimin. Namun rencana koalisi itu terpaksa digagalkan karena Cak Imin berada di bawah tekanan kekuatan tertentu," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, kini, ikhtiar PKB untuk maju dalam kontestasi Pilpres juga tengah dibayang-bayangi oleh tekanan serupa, yang akan memaksa PKB untuk tunduk pada perintah kekuasaan.
"Karena itu, sikap tegas Muhaimin yang siap menyatakan koalisi Gerindra-PKB bubar jika Prabowo-Ganjar menguat, merupakan bentuk ketegasan atas sikap Gerindra yang hingga hari ini terlihat masih bermain dua kaki (double standard)," pungkasnya.
(muh)