Duet Prabowo-Ganjar yang Bikin Panas Cak Imin dan PKB
loading...
A
A
A
JAKARTA - Duet Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo menguat setelah keduanya tampil di hadapan publik bersama Presiden Jokowi. Isu menggelinding makin kencang begitu Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo membuka peluang duet Prabowo-Ganjar.
Menariknya, pernyataan itu disampaikan Hashim bersamaan ketika Prabowo bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Sidoarjo, Jawa Timur. Setelah pertemuan tertutup di Ponpes Progresif Bumi Sholawat tersebut, Cak Imin mengaku didoakan pengasuh ponpes KH Agoes Ali Masyhuri agar bersama Prabowo menjadi pasangan yang sukses.
"Alhamdulillah Gus Ali mendoakan pasangan kita supaya sukses. Semoga, semoga," kata Cak Imin di Sidoarjo Minggu (12/3/2023).
Sementara di Jakarta, Hashim mengatakan koalisi Gerindra-PKB tidak mengharuskan Prabowo harus berpasangan dengan Cak Imin. Komunikasi dengan PKB beberapa waktu terakhir belum ada yang secara blak-blakan menyepakati cawapres Prabowo Subianto haruslah Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
"Saya kira bukan. Itu calon-calon yang disetujui dan tentu dicalonkan oleh PKB," kata Hashim dalam acara Prabowo Mania 08 di Jakarta pada hari yang sama.
Itu sebabnya, Hashim menyatakan duet Prabowo-Ganjar tetap berpeluang terjadi. Yang penting, kata Hashim, Prabowo harus menjadi capres, bukan sebaliknya. "Kemungkinan itu terbuka kalau Pak Ganjar mau jadi (cawapres). Tapi harus disetujui oleh PKB. Kan begitu harus disetujui PKB," ujar Hashim.
PKB pun bereaksi tegas. Cak Imin menyatakan koalisi PKB dengan Gerindra bubar bila Prabowo berpasangan dengan Ganjar. "Ya berarti koalisinya bubar dong. Ya toh?" ujar Muhaimin saat ditanya kemungkinan Prabowo memilih Ganjar sebagai Cawapres 2024 di DPP PKB, Jakarta Pusat, Kamis (16/3/2023).
Prabowo bersama Ganjar dan Jokowi dalam panen raya di Jateng. Foto/Twitter
Cak Imin mengaku telah merelakan tidak menjadi capres. Paling dekat PKB memang akann mengusung Prabowo. Tetapi pasangannya bukan nama lain, harus Cak Imin. "Iya. Paling dekat paling memungkinkan (KKIR usung Prabowo sebagai capres)," tutur Cak Imin.
Wacana duet Prabowo-Ganjar sebenarnya sudah lama disuarakan. Sejumlah hasil simulasi survei menunjukkan tingginya elektabilitas pasangan ini sejak akhir tahun lalu.
Namun duet ini dianggap menemukan momentum ketika tampil bareng bersama Jokowi. Kesan politik yang terbaca kuat adalah Jokowi sedang meng-endorse Prabowo-Ganjar.
Karena itu, sikap PKB soal kemungkinan bubarnya koalisi dengan Gerindra dinilai wajar. ”Wajar Cak Imin menyatakan sikap tegasnya. Jika skema Prabowo-Ganjar kian matang, maka Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang telah disemai Gerindra-PKB akan bubar," ujar Analis Politik Ahmad Khoirul Umam.
Ia mengatakan, skema duet Prabowo-Ganjar yang diasumsikan didukung Gerindra dan PDIP secara tidak langsung akan kembali menegasikan kontribusi partai Islam. Menurutnya, partai Islam dipaksa hanya menjadi jemaah atau makmum dalam koalisi.
"Dalam konteks yang lebih spesifik, suara pemilih Nahdliyyin hanya dijadikan sebagai rebutan saja, sedangkan mesin politik Nahdliyyin seolah tidak diberikan peran memadai dalam ruang kompetisi kepemimpinan nasional," tutur Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indrostrategic) ini.
Ia menyebut, dalam konteks ini, PKB yang merupakan partai berbasis Islam dengan kekuatan suara terbesar hasil Pemilu 2019 lalu, seolah akan dipaksa untuk kesekian kalinya oleh kekuatan politik tertentu untuk mengalah dan mundur menjadi kontestasi Pilpres.
"Di Pilpres 2019 lalu, setelah proposal Cak Imin untuk menjadi Cawapres Jokowi bertepuk sebelah tangan, PKB hampir membentuk koalisi bersama partai lain untuk mengusung Gatot Nurmantyo-Muhaimin. Namun rencana koalisi itu terpaksa digagalkan karena Cak Imin berada di bawah tekanan kekuatan tertentu," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, kini, ikhtiar PKB untuk maju dalam kontestasi Pilpres juga tengah dibayang-bayangi oleh tekanan serupa, yang akan memaksa PKB untuk tunduk pada perintah kekuasaan.
"Karena itu, sikap tegas Muhaimin yang siap menyatakan koalisi Gerindra-PKB bubar jika Prabowo-Ganjar menguat, merupakan bentuk ketegasan atas sikap Gerindra yang hingga hari ini terlihat masih bermain dua kaki (double standard)," pungkasnya.
Menariknya, pernyataan itu disampaikan Hashim bersamaan ketika Prabowo bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Sidoarjo, Jawa Timur. Setelah pertemuan tertutup di Ponpes Progresif Bumi Sholawat tersebut, Cak Imin mengaku didoakan pengasuh ponpes KH Agoes Ali Masyhuri agar bersama Prabowo menjadi pasangan yang sukses.
"Alhamdulillah Gus Ali mendoakan pasangan kita supaya sukses. Semoga, semoga," kata Cak Imin di Sidoarjo Minggu (12/3/2023).
Sementara di Jakarta, Hashim mengatakan koalisi Gerindra-PKB tidak mengharuskan Prabowo harus berpasangan dengan Cak Imin. Komunikasi dengan PKB beberapa waktu terakhir belum ada yang secara blak-blakan menyepakati cawapres Prabowo Subianto haruslah Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
"Saya kira bukan. Itu calon-calon yang disetujui dan tentu dicalonkan oleh PKB," kata Hashim dalam acara Prabowo Mania 08 di Jakarta pada hari yang sama.
Itu sebabnya, Hashim menyatakan duet Prabowo-Ganjar tetap berpeluang terjadi. Yang penting, kata Hashim, Prabowo harus menjadi capres, bukan sebaliknya. "Kemungkinan itu terbuka kalau Pak Ganjar mau jadi (cawapres). Tapi harus disetujui oleh PKB. Kan begitu harus disetujui PKB," ujar Hashim.
PKB pun bereaksi tegas. Cak Imin menyatakan koalisi PKB dengan Gerindra bubar bila Prabowo berpasangan dengan Ganjar. "Ya berarti koalisinya bubar dong. Ya toh?" ujar Muhaimin saat ditanya kemungkinan Prabowo memilih Ganjar sebagai Cawapres 2024 di DPP PKB, Jakarta Pusat, Kamis (16/3/2023).
Prabowo bersama Ganjar dan Jokowi dalam panen raya di Jateng. Foto/Twitter
Cak Imin mengaku telah merelakan tidak menjadi capres. Paling dekat PKB memang akann mengusung Prabowo. Tetapi pasangannya bukan nama lain, harus Cak Imin. "Iya. Paling dekat paling memungkinkan (KKIR usung Prabowo sebagai capres)," tutur Cak Imin.
Wacana duet Prabowo-Ganjar sebenarnya sudah lama disuarakan. Sejumlah hasil simulasi survei menunjukkan tingginya elektabilitas pasangan ini sejak akhir tahun lalu.
Namun duet ini dianggap menemukan momentum ketika tampil bareng bersama Jokowi. Kesan politik yang terbaca kuat adalah Jokowi sedang meng-endorse Prabowo-Ganjar.
Karena itu, sikap PKB soal kemungkinan bubarnya koalisi dengan Gerindra dinilai wajar. ”Wajar Cak Imin menyatakan sikap tegasnya. Jika skema Prabowo-Ganjar kian matang, maka Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang telah disemai Gerindra-PKB akan bubar," ujar Analis Politik Ahmad Khoirul Umam.
Ia mengatakan, skema duet Prabowo-Ganjar yang diasumsikan didukung Gerindra dan PDIP secara tidak langsung akan kembali menegasikan kontribusi partai Islam. Menurutnya, partai Islam dipaksa hanya menjadi jemaah atau makmum dalam koalisi.
"Dalam konteks yang lebih spesifik, suara pemilih Nahdliyyin hanya dijadikan sebagai rebutan saja, sedangkan mesin politik Nahdliyyin seolah tidak diberikan peran memadai dalam ruang kompetisi kepemimpinan nasional," tutur Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indrostrategic) ini.
Ia menyebut, dalam konteks ini, PKB yang merupakan partai berbasis Islam dengan kekuatan suara terbesar hasil Pemilu 2019 lalu, seolah akan dipaksa untuk kesekian kalinya oleh kekuatan politik tertentu untuk mengalah dan mundur menjadi kontestasi Pilpres.
"Di Pilpres 2019 lalu, setelah proposal Cak Imin untuk menjadi Cawapres Jokowi bertepuk sebelah tangan, PKB hampir membentuk koalisi bersama partai lain untuk mengusung Gatot Nurmantyo-Muhaimin. Namun rencana koalisi itu terpaksa digagalkan karena Cak Imin berada di bawah tekanan kekuatan tertentu," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, kini, ikhtiar PKB untuk maju dalam kontestasi Pilpres juga tengah dibayang-bayangi oleh tekanan serupa, yang akan memaksa PKB untuk tunduk pada perintah kekuasaan.
"Karena itu, sikap tegas Muhaimin yang siap menyatakan koalisi Gerindra-PKB bubar jika Prabowo-Ganjar menguat, merupakan bentuk ketegasan atas sikap Gerindra yang hingga hari ini terlihat masih bermain dua kaki (double standard)," pungkasnya.
(muh)