Galakkan Perilaku Pancasila, Perkuat Narasi Kebangsaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Narasi kebangsaan dinilai penting untuk memperkuat ideologi Pancasila . Narasi itu juga harus betul-betul berisi informasi dan imbauan untuk menguatkan rasa persatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Bisa berupa narasi kebangsaan dan narasi kepancasilaan. Intinya, masyarakat harus diberi kesadaran untuk berperan menggunakan kemurnian berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah perilaku Pancasila itu sendiri,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Syaiful Bakhri di Jakarta, Kamis 16 Juli 2020.
Menurut dia, perilaku Pancasila akan membuat Indonesia terbebas dari ancaman ideologi lain. Ideologi yang bersifat laten dinilainya tidak hanya bisa merusak bangsa dalam sklala besar, tapi bisa mengganti ideologi negara. Apalagi, ideologi laten ini menganggap mereka paling benar, sementara yang lain tidak.
“Ini mesti dibuat kontra narasi secara cerdas dengan melibatkan berbagai kaidah keilmuan dengan distimulus lagi agar bisa diterima rasional oleh masyarakat dan tidak semata-mata berupa doktrinal,” tandas Syaiful.
(
)
Menurut dia, saat ini seluruh potensi potensi bangsa dikerahkan untuk mengatasi musibah pandemi virus Corona (Covid-19).
“Seluruh dunia tengah mengalami musibah non alam yang luar biasa, maka problem setiap negara berbeda dalam mengatasinya. Di Indonesia, di tengah pandemi ini aroma politik terus berlangsung, maka politisasi otomatis juga terjadi,” tuturnya.
“Bisa berupa narasi kebangsaan dan narasi kepancasilaan. Intinya, masyarakat harus diberi kesadaran untuk berperan menggunakan kemurnian berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah perilaku Pancasila itu sendiri,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Syaiful Bakhri di Jakarta, Kamis 16 Juli 2020.
Menurut dia, perilaku Pancasila akan membuat Indonesia terbebas dari ancaman ideologi lain. Ideologi yang bersifat laten dinilainya tidak hanya bisa merusak bangsa dalam sklala besar, tapi bisa mengganti ideologi negara. Apalagi, ideologi laten ini menganggap mereka paling benar, sementara yang lain tidak.
“Ini mesti dibuat kontra narasi secara cerdas dengan melibatkan berbagai kaidah keilmuan dengan distimulus lagi agar bisa diterima rasional oleh masyarakat dan tidak semata-mata berupa doktrinal,” tandas Syaiful.
(
Baca Juga
Menurut dia, saat ini seluruh potensi potensi bangsa dikerahkan untuk mengatasi musibah pandemi virus Corona (Covid-19).
“Seluruh dunia tengah mengalami musibah non alam yang luar biasa, maka problem setiap negara berbeda dalam mengatasinya. Di Indonesia, di tengah pandemi ini aroma politik terus berlangsung, maka politisasi otomatis juga terjadi,” tuturnya.
(dam)