Aji Mumpung Anak Mahkota di Pilkada

Kamis, 16 Juli 2020 - 08:04 WIB
loading...
Aji Mumpung Anak Mahkota di Pilkada
Foto: dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Politik Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir diwarnai dengan menguatnya politik dinasti . Regenerasi pimpinan di level eksekutif maupun legislatif kental dengan hubungan darah. Pemusatan kekuasaan di kelompok kecil elite (oligarki) di berbagai level dan wilayah pun kian terasa.

Gambar setengah badan H Pilar Saga Ichsan kini terpasang hampir di semua sudut Kota Tangerang Selatan. Memakai baju biru berkacamata, pemuda berusia 29 itu tampak tersenyum lebar. Deretan gigi putihnya tampak cemerlang. Gambar Pilar kadang terpasang sendiri di tiang listrik. Kadang berdekatan dengan gambar Benyamin Davnie. Pola gambar Benyamin Davnie tak jauh beda dengan Pilar. Memakai baju biru, juga tersenyum lebar.

Hanya saja, Wakil Wali Kota Tangerang Selatan dua periode itu memakai peci. Tampak kebapakan. Benyamin-Pilar merupakan calon wali kota dan calon wakil wali kota Tangerang Selatan periode 2020–2025. Pasangan ini resmi mengantongi rekomendasi dari Partai Golkar. Dengan 10 kursi Golkar di DPRD Tangerang Selatan, pasangan ini dipastikan maju dalam gelanggang Pilkada Tangerang Selatan 2020.

“Iya betul, SK untuk Pak Benyamin dan Pak Pilar sudah resmi keluar kemarin, dan diserahkan langsung dari DPP kepada pasangan calon yang diusung Golkar untuk Pilkada Tangsel, yaitu Pak Benyamin dan Pak Pilar. Ini nama Benyamin-Pilar sudah sesuai dengan apa yang kami usulkan dari Golkar Tangsel,” kata Sekretaris DPD Partai Golkar Tangerang Selatan, Abdul Rasyid, beberapa waktu lalu. (Baca: Mahfud MD ke DPR Besok, Sampaikan Sikap resmiPemerintah Soal RUU HIP)

Bagi sebagian besar warga Kota Tangerang Selatan, sosok Pilar Saga Ichsan memang terasa asing. Beda dengan Benyamin yang dikenal sebagai pendamping Airin Rachmi Diany sebagi wakil wali kota selama 10 tahun terakhir. Namun bagi sebagian kecil warga, Pilar Saga bukan sosok lain. Dia adalah putra dari Bupati Serang sekaligus Ketua DPD Partai Golkar Banten H Tatu Chasanah. Keponakan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany ini merupakan seorang arsitek dan aktif di struktur Partai Golkar. Orang pun mahfum, meskipun masih hijau dalam politik, di belakang Pilar ada keluarga besar mantan Gubernur Banten Ratu Atut.

Meskipun saat ini Ratu Atut menjalani hukuman penjara karena kasus korupsi, namun jejaring politiknya di Banten tak surut. Dari keluarga besar Atut saat ini tercatat banyak menduduki kursi pejabat eksekutif maupun legislatif. Anak Atut, Andika Hazrumi duduk sebagai Wakil Gubernur Banten. Adde Rossi Khoirun Nissa, istri Andika Hazrumi, duduk sebagai anggota DPR dari Partai Golkar. Adik kandung Andika, Andhiara Aprilia Hikmat duduk sebagai anggota DPD. Sedangkan sang suami Andhiara, yakni Tanto Warsono Arban, duduk sebagai Wakil Bupati Serang. Saudara kandung Atut, Tatu Chasanah duduk sebagai Bupati Serang, Airin sang ipar Wali Kota Tangsel, sang saudara tiri Tubagus Haerul Jaman anggota DPR RI, dan beberapa nama lainnya.

Dalam Pilkada Serentak 2020, Pilar Saga Ichsan bukan satu-satunya anak mahkota yang bakal berkompetisi. Maju sebagai saingan Pilar Ichsan di Tangerang Selatan, telah muncul nama Rahayu Saraswati, putri Hasjim Djojohadikusomo. Keponakan Menhan Prabowo Subianto itu telah mengantongi rekomendasi dari partai yang didirikan sang paman Gerindra. (Baca juga: Partai Pengusung Kaji Pendamping Anak dan Menantu Jokowi di Pilkada)

Selain itu, juga muncul nama Siti Azizah, putri Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang mengantongi rekomendasi dari Partai Demokrat. Sementara di Solo, putra pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming sedang harap-harap cemas menanti rekomendasi dari PDI Perjuangan untuk maju sebagai calon wali kota. Begitu juga dengan sang adik ipar Bobby Nasution yang mendeklarasikan diri maju sebagai calon Wali Kota Medan. Mereka masih menunggu tiket resmi dari partai politik untuk bisa maju berlaga dalam Pilkada Serentak 2020.

Kabar bakal munculnya anak mahkota juga tersiar di Jawa Timur. Fredy Adliyansah putra Bupati Tuban Fathul Huda dan Amir Aslichin putra Bupati Sidoarjo nonaktif Saiful Ilah juga santer akan ikut berlaga di Pilkada 2020. Dari Lampung, fenomena majunya anak mahkota juga menyeruak ke permukaan. Isfansa Mahani, anak Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, dan Ardito Wijaya, anak Wali Kota Metro Pairin, dikabarkan bakal turun gelanggang. Isfansa Mahani direncanakan maju pada Pemilihan Bupati (Pilbup) Way Kanan. Sedangkan Ardito Wijaya untuk Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Metro.

Dari Sinjunjung, Sumatera Barat, bakal maju Benny Dwifa Yuswir putra mahkota Bupati Yuswir Arifin. Di Jawa Tengah, adik ipar Gubernur Ganjar Pranowo Zaini Makarim Suprayitno dipastikan akan maju sebagai calon Wakil Bupati Purbalingga. Pria yang akrab disapa Jeni itu akan berpasangan dengan calon bupati Muhammad Sulhan Fauzi. Keduanya telah mengantongi rekomendasi dari PKB. “Pasangan Muhammad Sulhan Fauzi dan Zaini Makarim Supriyatno merupakan kader dari ormas Nahdlatul Ulama (NU). Saya yakin, keduanya akan menyatukan warga NU dalam satu gerbong besar menuju kemenangan dalam Pilkada 2020,” ujar Ketua DPW PKB Jawa Tengah KH Yusuf Chuldori.

Pengaruh Feodalisme

Pakar politik dari Universitas Trunojoyo, Surokim Abdussalam menuturkan, fenomena politik dinasti dan politik kekerabatan dalam struktur kekuasaan masyarakat memang masih menjadi tren di Indonesia. Budaya patronase memang menjadi tradisi dan sulit dihindari di ruang-ruang politik. “Apalagi jika itu dilakukan secara absah melalui penguasaan struktur lembaga formal, maka bisa dipastikan akan dominan dan bertambah kuat,” kata Surokim, kemarin. (Baca juga: AS Tidak Tutup Kemungkinan Sanksi China Terkait Laut China Selatan)

Ia mengatakan, efektivitas politik dinasti lebih masif ketika para tokoh patron yang menjadi pengendali utama dalam kekerabatan itu masih beredar dan eksis sehingga sulit dihindari adanya kemunculan kuasa oligarki. “Ya, itu tantangan sulit untuk dieliminasi. Karena struktur makro kekuasaan kita memang masih mementingkan aspek kekerabatan daripada merit sistem,” ucapnya.

Peneliti Surabaya Survey Center itu menambahkan, struktur masyarakat kita masih dominan dari kelas bawah tradisional dan emosional jika dibandingkan dengan kelompok masyarakat kelas menengah rasional. Dalam struktur masyarakat yang dominan kelas bawah seperti itu, sulit menghindari munculnya fenomena politik dinasti. “Apalagi jika dipelihara terus menerus oleh elite, di sisi lain struktur politik arus bawah kita masih anut grubyuk. Rasanya sulit berubah dalam jangka pendek ini. Karena dalam konteks masyarakat kritis yang didominasi oleh struktur kelas menengah otonom yang bisa mengubah situasi itu,” katanya.

Semua ini memang terasa sulit ketika struktur masyarakat di Indonesia masih ada relasi. Jalannya komunikasi bisa simbiosis mutualisme di antara aktor-aktor yang melanggengkan struktur kuasa itu. Realitas ini harus diterima sebagai fakta politik negara berkembang. Pasalnya, regulasi di Indonesia juga belum progresif untuk bisa menghadangnya. “Saya pikir, masih sulit sepanjang perangkat regulasi tidak progresif membatasi hal itu dalam format politik kita,” katanya. (Lihat videonya: Viral, Janda di Bangka Belitung Jual Rumah Beserta Pemilik)

Dekan Fakultas Ilmu Politik dan Budaya Universitas Trunojoyo itu menambahkan, harus ada regulasi progresif yang bisa membatasi dan mengeliminasi politik dinasti serta kekerabatan dalam struktur politik di Indonesia. Dengan begitu, ada regenerasi politik yang membawa kesetaraan dan fungsional untuk tumbuhnya partisipasi masif publik, serta tidak menjadi dominasi beberapa kelompok orang saja. Jika tidak dibatasi oleh regulasi yang progresif, katanya, akan potensial membuat struktur politik oligarki masif. Semua itu jelas disfungsional terhadap demokrasi politik kekuasaan di berbagai daerah di Indonesia. (Aan Haryono)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1853 seconds (0.1#10.140)