Energi Baru Pemuda Muhammadiyah
loading...
A
A
A
Sebagai anak panah dakwah Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah harus terus meneguhkan jati dirinya sebagai penggerak dakwah wasathiyyah Islam di Indonesia. Mengingat pemuda atau generasi Z saat ini dianggap sebagai kelompok yang rentan terinfiltrasi pemikiran ekstremisme, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri atau dalam istilah lain ultra-konservatisme dan ultra- liberalisme dalam beragama.
Dalam pandangan penulis, ke depan, Pemuda Muhammadiyah harus menguatkan energi dakwah Islam wasathiyyah-nya. Baik melalui pendekatan kultural maupun struktural melalui program-program dari tingkat pusat hingga daerah dan cabang di seluruh Tanah Air.
Energi Kebersamaan
Sebagai organisasi kader, kekuatan Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi modernis ada pada energi kebersamaannya. Kebersamaan di sini tidak berarti harus sama dalam pilihan politik, dalam berprofesi, bahkan dalam pemikiran.
Kader Pemuda Muhammadiyah yang datang dari berbagai profesi dan latar belakang pilihan politik yang berbeda adalah potensi kekuatan untuk dakwah Pemuda Muhammadiyah itu sendiri. Justru karena alasan perbedaan itulah kebersamaan dirajut. Selama ini terkesan kata “kebersamaan” bersifat simbolis semata.
Kita ingin ke depan budaya saling “asah, asih, asuh” bukan sekedar slogan, tapi tindakan. Perbedaan-perbedaan yang ada, termasuk perbedaan dalam pilihan politik dapat disikapi dengan dewasa.
Untuk menghadapi realitas yang semakin kompleks, kader Pemuda Muhammadiyah harus merawat energi kebersamaan. Tanpa energi kebersamaan, sulit bagi kader Pemuda Muhammadiyah menjadi “negarawan” karena syarat menjadi negarawan adalah kematangannya dalam menyikapi perbedaan tanpa didominasi oleh sentimen-sentimen yang ada, terlebih sentimen golongan dan latar belakang politik.
Dalam pandangan penulis, energi kebersamaan harus terus dirawat. Apa yang positif dibangun selama ini harus dijaga. Apa yang dirasa perlu dijahit maka tidak ada kata terlambat untuk kembali menjahitnya dengan rapih dan indah. Energi kebersamaan ini memerlukan pula kesadaran bersama sehingga agenda-agenda keumatan dan kebangsaan kader Pemuda Muhammadiyah ke depan dapat pula diwujudkan secara bersama.
Energi Kemandirian Ekonomi
Kesadaran untuk membangun kemandirian ekonomi bagi kader Pemuda Muhammadiyah di seluruh Tanah Air seringkali muncul dalam setiap obrolan warung kopi hingga diskusi dalam seminar-seminar yang lebih serius. Keinginan untuk membangun kemandirian ekonomi bagi kader tersebut pada kenyataannya bukanlah hal yang mudah. Setidaknya hingga saat ini upaya-upaya yang telah dilakukan belum menampakkan hasilnya yang signifikan.
Dalam pandangan penulis, untuk membangun kemandirian ekonomi kader harus berangkat dari by design yang diiringi dengan keseriusan untuk mewujudkannya bukan by accident. Upaya-upaya organisatoris dapat dilakukan.
Misalnya membukakan akses terhadap bantuan permodalan, peningkatan SDM dengan melakukan pelatihan atau studi banding ke usaha-usaha yang lebih sukses, mengkonsolidasikan praktisi pengusaha, kolaborasi usaha, pembinaan dan pendampingan UMKM yang dimiliki kader-kader serta upaya-upaya lain yang bisa mendorong terwujudnya kemandirian ekonomi kader.
Dalam pandangan penulis, ke depan, Pemuda Muhammadiyah harus menguatkan energi dakwah Islam wasathiyyah-nya. Baik melalui pendekatan kultural maupun struktural melalui program-program dari tingkat pusat hingga daerah dan cabang di seluruh Tanah Air.
Energi Kebersamaan
Sebagai organisasi kader, kekuatan Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi modernis ada pada energi kebersamaannya. Kebersamaan di sini tidak berarti harus sama dalam pilihan politik, dalam berprofesi, bahkan dalam pemikiran.
Kader Pemuda Muhammadiyah yang datang dari berbagai profesi dan latar belakang pilihan politik yang berbeda adalah potensi kekuatan untuk dakwah Pemuda Muhammadiyah itu sendiri. Justru karena alasan perbedaan itulah kebersamaan dirajut. Selama ini terkesan kata “kebersamaan” bersifat simbolis semata.
Kita ingin ke depan budaya saling “asah, asih, asuh” bukan sekedar slogan, tapi tindakan. Perbedaan-perbedaan yang ada, termasuk perbedaan dalam pilihan politik dapat disikapi dengan dewasa.
Untuk menghadapi realitas yang semakin kompleks, kader Pemuda Muhammadiyah harus merawat energi kebersamaan. Tanpa energi kebersamaan, sulit bagi kader Pemuda Muhammadiyah menjadi “negarawan” karena syarat menjadi negarawan adalah kematangannya dalam menyikapi perbedaan tanpa didominasi oleh sentimen-sentimen yang ada, terlebih sentimen golongan dan latar belakang politik.
Dalam pandangan penulis, energi kebersamaan harus terus dirawat. Apa yang positif dibangun selama ini harus dijaga. Apa yang dirasa perlu dijahit maka tidak ada kata terlambat untuk kembali menjahitnya dengan rapih dan indah. Energi kebersamaan ini memerlukan pula kesadaran bersama sehingga agenda-agenda keumatan dan kebangsaan kader Pemuda Muhammadiyah ke depan dapat pula diwujudkan secara bersama.
Energi Kemandirian Ekonomi
Kesadaran untuk membangun kemandirian ekonomi bagi kader Pemuda Muhammadiyah di seluruh Tanah Air seringkali muncul dalam setiap obrolan warung kopi hingga diskusi dalam seminar-seminar yang lebih serius. Keinginan untuk membangun kemandirian ekonomi bagi kader tersebut pada kenyataannya bukanlah hal yang mudah. Setidaknya hingga saat ini upaya-upaya yang telah dilakukan belum menampakkan hasilnya yang signifikan.
Dalam pandangan penulis, untuk membangun kemandirian ekonomi kader harus berangkat dari by design yang diiringi dengan keseriusan untuk mewujudkannya bukan by accident. Upaya-upaya organisatoris dapat dilakukan.
Misalnya membukakan akses terhadap bantuan permodalan, peningkatan SDM dengan melakukan pelatihan atau studi banding ke usaha-usaha yang lebih sukses, mengkonsolidasikan praktisi pengusaha, kolaborasi usaha, pembinaan dan pendampingan UMKM yang dimiliki kader-kader serta upaya-upaya lain yang bisa mendorong terwujudnya kemandirian ekonomi kader.