Masindo Ajak Masyarakat Indonesia Tumbuhkan Budaya Sadar Risiko
Selasa, 06 Desember 2022 - 16:13 WIB
“Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam membangun paradigma. Di sini kita memerlukan peran serta komunitas seperti Masindo untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Presidium Jakatarub Wawan Gunawan juga menyebutkan pentingnya konsep sadar risiko dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya bagi Kota Bandung yang memiliki komposisi penduduk yang beragam. Ciri heterogenitas sosial Bandung tampak jelas dengan persebaran para pendatang yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Keberagaman identitas selalu dapat memantik konflik selama dimaknai sebagai ajang rivalitas tak sehat.
“Seseorang cenderung menjadi tidak moderat, toleran, dan mencintai perdamaian karena terbentuk oleh lingkungan. Risiko ini dapat kita hindari dengan membuka dialog persahabatan antaragama,” terang Wawan.
Untuk itu, Jakatarub aktif menyelenggarakan beragam kegiatan di antaranya, Ngobrol Pintar Teologi (NGOPI), Kemah Pemuda Lintas Agama (Youth Interfaith Camp), Jelajahi Jalur Bhineka, Kampanye Toleransi, Workshop Jurnalisme Damai, Pentas Seni, Penerbitan Buku Dialog 100 yang berisi kisah toleransi, dan Gerakan Bandung Lautan Damai.
“Indonesia itu dibangun oleh kebhinekaan kita. Dengan diamalkannya toleransi secara baik, sadar risiko dan jiwa empati untuk saling menghargai akan bertumbuh dan berbuah kerukunan masyarakat,” pungkas Wawan.
Acara Festival Masindo: Road to Hari Sadar Risiko 2022 juga turut dihadiri oleh pelaku bisnis Decky Sastra. Decky berpendapat kesadaran terhadap perilaku berisiko harus ditanamkan sejak dini demi mewariskan lingkungan yang lebih baik.
Ia memberikan contoh kehadiran mobil listrik sebagai kendaraan alternatif menjadi satu langkah untuk kemajuan teknologi dan bidang energi terbarukan, khususnya di Jawa Barat.
“Ke depannya kita tidak bisa terus mengandalkan minyak bumi sebagai bahan bakar. Apa lagi dengan potensi energi terbarukan yang ada di Jawa Barat, jadi ada banyak manfaat dari konversi kendaraan listrik,” ujar Decky.
Menurutnya, konversi kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan adalah salah satu bentuk penerapan prinsip pengurangan risiko yang juga dibawa oleh Masindo. Agar perubahan positif dapat tercapai, kerja sama semua pemangku kepentingan dan masyarakat harus berjalan.
Pada kesempatan yang sama, Presidium Jakatarub Wawan Gunawan juga menyebutkan pentingnya konsep sadar risiko dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya bagi Kota Bandung yang memiliki komposisi penduduk yang beragam. Ciri heterogenitas sosial Bandung tampak jelas dengan persebaran para pendatang yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Keberagaman identitas selalu dapat memantik konflik selama dimaknai sebagai ajang rivalitas tak sehat.
“Seseorang cenderung menjadi tidak moderat, toleran, dan mencintai perdamaian karena terbentuk oleh lingkungan. Risiko ini dapat kita hindari dengan membuka dialog persahabatan antaragama,” terang Wawan.
Untuk itu, Jakatarub aktif menyelenggarakan beragam kegiatan di antaranya, Ngobrol Pintar Teologi (NGOPI), Kemah Pemuda Lintas Agama (Youth Interfaith Camp), Jelajahi Jalur Bhineka, Kampanye Toleransi, Workshop Jurnalisme Damai, Pentas Seni, Penerbitan Buku Dialog 100 yang berisi kisah toleransi, dan Gerakan Bandung Lautan Damai.
“Indonesia itu dibangun oleh kebhinekaan kita. Dengan diamalkannya toleransi secara baik, sadar risiko dan jiwa empati untuk saling menghargai akan bertumbuh dan berbuah kerukunan masyarakat,” pungkas Wawan.
Acara Festival Masindo: Road to Hari Sadar Risiko 2022 juga turut dihadiri oleh pelaku bisnis Decky Sastra. Decky berpendapat kesadaran terhadap perilaku berisiko harus ditanamkan sejak dini demi mewariskan lingkungan yang lebih baik.
Ia memberikan contoh kehadiran mobil listrik sebagai kendaraan alternatif menjadi satu langkah untuk kemajuan teknologi dan bidang energi terbarukan, khususnya di Jawa Barat.
“Ke depannya kita tidak bisa terus mengandalkan minyak bumi sebagai bahan bakar. Apa lagi dengan potensi energi terbarukan yang ada di Jawa Barat, jadi ada banyak manfaat dari konversi kendaraan listrik,” ujar Decky.
Menurutnya, konversi kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan adalah salah satu bentuk penerapan prinsip pengurangan risiko yang juga dibawa oleh Masindo. Agar perubahan positif dapat tercapai, kerja sama semua pemangku kepentingan dan masyarakat harus berjalan.
(kri)
tulis komentar anda