Masindo Ajak Masyarakat Indonesia Tumbuhkan Budaya Sadar Risiko

Selasa, 06 Desember 2022 - 16:13 WIB
loading...
Masindo Ajak Masyarakat...
Ketua Masindo Dimas Syailendra R mengatakan masyarakat seringkali bertindak tanpa menyadari risiko dari tindakannya tersebut. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Masih minimnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap risiko yang ada di sekitarnya dan cara menanggulanginya mendorong terbentuknya Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) . Perkumpulan ini terdiri dari individu dan organisasi yang memiliki persamaan pandangan dan visi untuk memasyarakatkan budaya sadar risiko.

Melalui edukasi, advokasi, kajian, dan informasi berbasis bukti ilmiah, Masindo berharap bisa mewujudkan visi tersebut. Pada acara Festival Masindo: Road to Hari Sadar Risiko 2022 yang digelar Minggu 4 Desember 2022 diperkenalkan ragam pengurangan risiko yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Baca juga: Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Mencegah Terjadinya Keloid

Acara ini merupakan bentuk kolaborasi antara Masindo dan komunitas maupun individu penggiat budaya sadar risiko di Kota Bandung. Ketua Masindo Dimas Syailendra R mengatakan masyarakat seringkali bertindak tanpa menyadari risiko dari tindakannya tersebut.

“Masindo mempunyai visi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sadar dan peduli risiko untuk hidup lebih sehat secara jasmani dan rohani. Untuk merealisasikan visi tersebut, Masindo berupaya membangun kesadaran mengenai risiko, dampak, dan strategi menguranginya,” ujarnya dalam keterangannya, Selasa (6/12/2022).

Salah satu upaya yang sedang aktif dilakukan oleh Masindo adalah edukasi terkait konsep pengurangan bahaya (harm reduction) guna mengurangi risiko kesehatan, lingkungan, dan sosial terkait dengan kebiasaan tertentu. Konsep pengurangan bahaya memperkenalkan masyarakat pada alternatif yang lebih rendah risiko, terutama jika berhenti total sulit dilakukan.

“Konsep ini telah banyak diadopsi dalam kebijakan pemerintah maupun kebiasaan masyarakat, contoh yang paling sering ditemui belakangan ini adalah penerapan protokol kesehatan untuk mengurangi risiko terpapar virus,” ungkap Dimas.

Dimas juga menambahkan beberapa contoh lain dari pengurangan bahaya seperti menggunakan sabuk pengaman dan helm saat berkendara, inovasi kendaraan listrik, dan subtitusi kantong plastik sekali pakai. Dia menambahkan bahwa pengurangan bahaya juga dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, termasuk masalah yang muncul akibat kebiasaan merokok.

“Banyak masalah kesehatan yang muncul akibat kebiasaan yang berisiko seperti kebiasaan merokok. Untuk hal ini, produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan dapat menjadi alternatif yang lebih rendah risiko utamanya bagi perokok dewasa yang sulit berhenti,” jelas Dimas.

Sementara, Kepala Bidang Ketahanan, Ekonomi, sosial, Budaya, Agama dan Ormas, Kesbangpol Kota Bandung, Apep Insan Farid menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif yang diambil oleh Masindo untuk membangun kesadaran terhadap perilaku berisiko di masyarakat.

“Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam membangun paradigma. Di sini kita memerlukan peran serta komunitas seperti Masindo untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Presidium Jakatarub Wawan Gunawan juga menyebutkan pentingnya konsep sadar risiko dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya bagi Kota Bandung yang memiliki komposisi penduduk yang beragam. Ciri heterogenitas sosial Bandung tampak jelas dengan persebaran para pendatang yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Keberagaman identitas selalu dapat memantik konflik selama dimaknai sebagai ajang rivalitas tak sehat.

“Seseorang cenderung menjadi tidak moderat, toleran, dan mencintai perdamaian karena terbentuk oleh lingkungan. Risiko ini dapat kita hindari dengan membuka dialog persahabatan antaragama,” terang Wawan.

Untuk itu, Jakatarub aktif menyelenggarakan beragam kegiatan di antaranya, Ngobrol Pintar Teologi (NGOPI), Kemah Pemuda Lintas Agama (Youth Interfaith Camp), Jelajahi Jalur Bhineka, Kampanye Toleransi, Workshop Jurnalisme Damai, Pentas Seni, Penerbitan Buku Dialog 100 yang berisi kisah toleransi, dan Gerakan Bandung Lautan Damai.

“Indonesia itu dibangun oleh kebhinekaan kita. Dengan diamalkannya toleransi secara baik, sadar risiko dan jiwa empati untuk saling menghargai akan bertumbuh dan berbuah kerukunan masyarakat,” pungkas Wawan.

Acara Festival Masindo: Road to Hari Sadar Risiko 2022 juga turut dihadiri oleh pelaku bisnis Decky Sastra. Decky berpendapat kesadaran terhadap perilaku berisiko harus ditanamkan sejak dini demi mewariskan lingkungan yang lebih baik.

Ia memberikan contoh kehadiran mobil listrik sebagai kendaraan alternatif menjadi satu langkah untuk kemajuan teknologi dan bidang energi terbarukan, khususnya di Jawa Barat.

“Ke depannya kita tidak bisa terus mengandalkan minyak bumi sebagai bahan bakar. Apa lagi dengan potensi energi terbarukan yang ada di Jawa Barat, jadi ada banyak manfaat dari konversi kendaraan listrik,” ujar Decky.

Menurutnya, konversi kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan adalah salah satu bentuk penerapan prinsip pengurangan risiko yang juga dibawa oleh Masindo. Agar perubahan positif dapat tercapai, kerja sama semua pemangku kepentingan dan masyarakat harus berjalan.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1481 seconds (0.1#10.140)